NASIHAT EMAS IBNU TAIMIYYAH-4.
MUQADDIMAH.
KEUTAMAAN MEMANAH FI SABILILLAH. 

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Memanah fi sabilillah,[1]menikam fi sabilillah, dan memancung fi sabilillah; semua itu termasuk apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan RasulNya. Allah Ta’ala telah menyebutkan ketiga hal tersebut firmanNya:
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) Maka pancunglah batang leher mereka. sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka Maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. (QS. Muhammad: 4)

Maka peganglah kepala mereka, dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka (Al Anfal: 12)

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan tombakmu. (Al Ma’idah: 94)
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (Al Anfal: 60)

Sungguh telah dinyatakan dalam Shahih Muslim dan juga yang lainnya dari Nabi saw, bahwasannya beliau membaca ayat tersebut (Al Anfal: 60) di atas mimbar kemudian bersabda:
Ketahuilah bahwasannya kekuatan itu adalah ar Ramyu! Ketahuilah bahwasannya kekuatan itu adalah ar Ramyu! Ketahuilah bahwasannya kekuatan itu adalah ar Ramyu![2]
Dinyatakan dalm as Shahih, dari Nabi saw beliau bersabda:
Panahlah dan naiklah! Kalian memanah lebih aku sukai dari pada menaiki (kuda-kuda kalian). Maka barangsiapa yang telah belajar memanah kemudian melupakannya bukanlah dari golongan kami.[3]

Dalam riwayat lain:
Barangsiapa yang telah belajar memanah kemudian melupakannya, maka itu adalah suatu nikmat yang diingkarinya.[4]
Dan di dalam as Sunnah beliau bersabda:
Setiap permainan yang dimainkan oleh seseorang adalah kebatilan, kecuali memanah, melatih kuda, dan bercengkrama dengan isterinya, karena itu termasuk kebenaran.[5]

Beliau juga bersabda:
Akan ditaklukkan atas kalian bumi-bumi, dan Allah mencukupi kalian, maka seseorang dari kalian jangan sampai tidak mampu memainkan anak panahnya.[6]


Makhul berkata, “Umar bin Khattab telah mengirim surat ke Syam (yang isinya): anak-anak kalian hendaknya kalian ajari memanah dan naik kuda.”[7]

Di dalam Shahih Bukhari dari Nabi saw, beliau bersabda:
Bani Isra’il, panahlah! Karena sesungguhnya bapak-bapak kalian adalah pemanah.[8]
Dan beliau melewati sekelompok orang yang sedang melakukan lomba memanah, kemudian beliau bersabda: “Panahlah wahai Bani Isra’il, karena sesungguhnya bapak-bapak kalian adalah pemanah. Panahlah dan saya bersama Bani Fulan.” Kemudian salah satu kelompok tersebut menahan tangannya  (tidak mau memanah), lalu beliau bersabda, “mengapa kalian tidak mau memanah?” mereka menjawab, “bagaimana kami memanah, sementara anda bersama mereka.” Beliau bersabda, “panahlah dan saya bersama kalian semua.[9]

Dan Sa’ad bin Abi Waqas r.a. berkata, “Rasulullah Saw pada perang Uhud melepaskan tempat anak panahnya dan memberikannya kepadaku seraya bersabda:
Panahlah! Tebusanmu adalah bapak dan ibuku.

Dan Ali bin Aib Thalib berkata, “saya tidak melihat Rasulullah Saw menghimpun kedua orang tuanya untuk seseorang kecuali kepada Sa’ad. Beliau bersabda:
Panahlah wahai Sa’ad! Tebusanmu adalah bapak dan ibuku.[10]

Anas bin Mali berkata, Rasulullah Saw bersabda:
Suara Abi Thalhah dalam barisan lebih baik dari seratus.
Ketika di dalam satu pasukan dia berada di hadapan Beliau mengeluarkan tempat anak panahnya, kemudian berkata, “jiwaku adalah tebusan untuk jiwamu dan wajahku adalah pelindung untuk wajahmu.[11]

Nabi Saw juga memiliki pedang, busur dan tombak, di dalam as Sunan dari beliau saw bersabda:
Barangsiapa yang meluncurkan anak panahnya fi sabilillah – sampai ataupun tidak – baginya adalah sama dengan (pahala) membebaskan budak.[12]
Sesungguhnya Allah dengan satu anak panah memasukkan tiga orang ke dalam surga, yaitu pembuatnya yang dalam membuatnya menganggap suatu kebaikan, yang meluncurkannya dan yang memberikan bantuan dengan hal tersebut.[13]

Karena perbuatan demikian adalah termasuk perbuatan-perbuatan jihad. Dan jihad adalah sebaik-baik perbuatan yang dilakukan oleh manusia dengan suka rela, dan melakukan jihad dengan sukarela adalah lebih baik dari melakukan haji secara suka rela dan perbuatan lainnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal,
Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (At Taubah: 19 – 22)

















0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------