205 TANYA JAWAB AQIDAH AHLUS SUNNAH
BAGIAN-8 :
BAB IX
BERIMAN KEPADA ALLAH

043.
Tanya:
Apa makna Iman kepada Allah?
Jawab:
Mengimani Allah artinya membenarkan dengan hati yang murni dan pasti tentang wujud DzatNya. Dialah al awwal wal akhir, Dialah Zhahir diatas segala-galanya sehingga tidak ada sesuatu pun yang berada diatasNya. Dia juga Bathin sehingga tidak ada lagi yang dibawahNya. Maha Hidup, qayyum, Esa, dan tempat berlindung. Sebagaimana firmanNya:
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”(Al Ikhlash: 1-4).
Selain itu, tauhidNya meliputi uluhiyyah, rububiyyah, asma, dan sifatNya.

044.
Tanya:
Apa yang dimaksud dengan tauhid ilahiyyah itu?
Jawab:
Tauhid ilahiyyah itu mengacu kepada Penunggalan Allah ‘Azza wa jalla melalui seluruh bentuk ibadah, lahir maupun batin, perkataan maupun perbuatan, serta menolak peribadahan kepada selain Allah. Tauhid ini telah memenuhi kesaksian bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia ...”(Al Israa: 23).
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun ...”(An Nisaa: 36).
“Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.”(Thaahaa: 14).

045.
Tanya:
Apa yang menghalangi adanya tauhid ilahiyyah?
Jawab:
Tauhid ilahiyyah terhalangi oleh sifat syirik yang terbagi atas syirik besar, yaitu penolakan tauhid secara totalitas; dan syirik kecil, yaitu menolak kesempurnaan tauhid itu sendiri.

046.
Tanya:
Apa yang dimaksud dengan syirik besar itu?
Jawab:
Syirik besar adalah sikap yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan, mensejajarkannya dengan Rabbul ‘Alamiin. Mencintainya seperti halnya mencintai Allah, takut kepadanya seperti takut kepada Allah, bersandar kepadanya, berdoa kepadanya, cemas dan berharap kepadanya, menyampaikan keinginan kepadanya, bertawakkal kepadanya, menaatinya untuk memaksiati Allah, atau mengikutinya untuk mencari ridha selain keridhaan Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”(An Nisaa: 48).
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (An Nisaa: 116).
“... Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka ...” (Al Maaidah: 72).
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”(Al Hajj: 31).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Hak Allah atas hamba agar mereka mengabdi kepada Allah dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun, dan hak hamba atas Allah adalah bahwa Dia tidak menyiksa hambaNya yang tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu apapun.” (HR. Muslim).
Syirik yang dilakukan dengan terang-terangan dapat diartikan sebagai keluar dari Islam sebagaimana halnya orang-orang kafir Quraisy. Sementara itu, golongan yang tidak menampakkan kesyirikan atau kekufuran, dia dikatakan sebagai golongan pendusta atau munafiqun. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan Mengadakan perbaikan[369] dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.”(An Nisaa: 145-146).

047.
Tanya:
Apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu?
Jawab:
Yang dapat digolongkan ke dalam syirik kecil itu adalah berlaku riya’ ketika mengerjakan suatu perbuatan baik. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”(Al Kahfi: 110).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam besabda:
“Yang sangat aku takutkan menimpa kalia adalah syirik kecil (riya’).”(HR. Muslim).
Kemudian, beliau menafsirkan sabdanya itu dengan:
“(Misal) ada seseorang yang berdiri melakukan shalat, lalu dia membagus-baguskan shalatnya karena ada orang yang memperhatikannya.”
Bersumpah dengan selain Allah pun dapat digolongkan kedalam syirik kecil, misalnya saja bersumpah atas nama nenek moyang, tuhan-tuhan tandingan, Ka’bah, berhala Manat dan yang lain-lainnya. Untuk itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah kamu berkata demi Ka’bah, namun katakanlha demi Rabb pemilik Ka’bah.”(Muttafaqun ‘alaih).
          “Janganlah kalian bersumpah kecuali dengan (nama) Allah.”
“Barangsiapa bersumpah atas nama berhala Manat, maka dia bukanlah termasuk golonganku.”
“Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka kafirlah dia atau syiriklah dia.”(HR. Muslim).
Ketika ada orang yang berkata masya Allah wa syi’ta, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya, “Apakah kamu hendak menjadikanku sebagai tandingan Allah? Yang berkehendak itu hanyalah Allah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah kalian berkata apa yang dikehendaki Allah dan dikehendaki fulan tetapi katakanlah apa yang dikehendaki Allah kemudian dikehendaki fulan.”
Menurut para ulama kita boleh mengatakan kalau bukan karena Allah kemudian karena fulan dan tidak boleh berkata: kalau bukan karena Allah dan fulan.

048.
Tanya:
Perbedaan konsep apa yang terkandung dalam wawu dan tsumma dalam wa syi’ta dan tsumma syi’ta?
Jawab:
Dua kata yang dirangkaikan dengan wawu bermakna muqaranah (membandingkan) dan taswiyyah (mensejajarkan). Dengan demikian pengucapan masya Allah wa syi’ta berarti telah mensejajarkan kehendak hamba dengan kehendak Allah dalam satu tingkatan. Berbeda dengan penggunaan tsumma yang bermakna tab’iyyah (pengikutsertaan/ketergantungan). Maka, jika ada orang yang berkata masya Allah tsumma syi’ta, dia bermaksud ‘mengakui bahwa kehendak hamba itu mengikuti kehendak Allah, sesuatu tidak terjadi kecuali atas kehendakNya’, sebagaimana firmanNya:
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(Al Insaan: 30).

049.
Tanya:
Makna apa yang terkandung dalam tauhid rububiyyah?
Jawab:
Tauhid rububiyyah adalah kepastian bahwa Allah subhanahu wata’ala adalah Rabb segala sesuatu, yang menguasai dan memiliki, yang menciptakan dan mengatur, serta kuasa berbuat apapun; tidak ada serikat bagiNya dalam kekuasaanNya, tidak memerlukan penjagaan dari kehinaan, tak ada yang mampu menolak karunia dan hukumNya, tidak ada yang sanggup melawan, menyerupai, dan membantah sedikitpun atas ketentuan asma da sifatNya. Maha Benar Allah yang berfirman:
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang, Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.”(Al An’aam: 1).
          “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”(Al Faatihah: 1).
“Katakanlah: ‘Siapakah Tuhan langit dan bumi?’ Jawabnya: ‘Allah’. Katakanlah: ‘Maka Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?’. Katakanlah: ‘Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?’ Katakanlah: ‘Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa’.”(Ar Ra’d: 16).
“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (Ar Ruum: 40).
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).”(Ath Thuur: 35-36).
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”(Maryam: 65).
“... tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.”(Asy Syuura: 11).
“Dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.”(Al Israa: 111).
“Katakanlah: " serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. dan Tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" mereka menjawab: (perkataan) yang benar", dan Dia-lah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.”(Saba’: 22-23).

050.
Tanya:
Apa yang menghalangi keberadaan tauhid rububiyyah itu?
Jawab:
Tauhid tersebut akan terhalangi jika timbul suatu keyakinan bahwa selain Allah ada makhluq yang bebas melakukan perbuatannya, baik mengatur, mengadakan, atau meniadakan alam, menghidupkan atau mematikan, mendatagkan kebaikan atau menolak kejahatan, dan perkara lain yang berhubungan dengan rububiyyah. Selain itu, juga timbul akibat adanya bantahan atas kepastian asma dan sifat Allah, seperti mengetahui hal-hal gaib, bersikap angkuh dan sombong, dan lain-lain. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, Maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah Maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?”(Faathir: 2-3).
“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, Maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”(Al An’aam: 17).
“... Katakanlah: ‘Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaKu, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?’. Katakanlah: ‘Cukuplah Allah bagiku’. kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.”(Az Zumar: 38).
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri ...”(Al An’aam: 59).
“... dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya...” (Al Baqarah: 255).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Allah ta’ala berfirman: ‘Keagungan itu sarungKu dan kesombongan itu mantelKu. Maka, bagi siapa menandingiKu dengan merebut salah satu dari kedua sifatKu itu, maka akan Kutempatkannya dalam api nerakaKu.” (HR. Muslim).

051.
Tanya:
Apa yang dimaksud dengan tauhid Asma dan sifat-sifat itu?
Jawab:
Makna yang terkandung dalam tauhid itu adalah mengimani segala sesuatu tentang diriNya yang Dia sifatkan didalam kitabNya atau melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berupa nama-nama yang bagus dan sifat-sifat yang luhur. Semua diterima apa adanya sesuai dengan kandungan kitabNya tanpa menuntut visualisasi. Dalam hal ini, Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.”(Thaahaa: 110).
“... Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.”(Asy Syuura: 11).
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.”(Al An’aam: 103).
Didalam hadits riwayat Turmudzi dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu dikatakan, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempersoalkan tuhan-tuhan kaum musyrik, mereka balik bertanya: “Siapa Rabbmu?” maka turunlah firman berikut:
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.”(Al Ikhlash: 1-3).
Karenanya, tak ada yang dilahirkan kecuali akan merasakan mati, dan tidak ada sesuatu yang mati kecuali akan Allah wariskan kepadanya surga atau neraka. Sesungguhnya, Allah wariskan kepadanya surga atau neraka. Sesungguhnya, Allah subhanahu wata’ala itu tidak akan mati dan tidak diwarisi.
          “Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”(Al Ikhlash: 4).

052.
Tanya:
Dalil manakah yang mendasari Asma’ul Husna?
Jawab:
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Hanya milik Allah asma’ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Al A’raaf: 180).
“Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al asma’ul husna (nama-nama yang baik),”(Thaahaa: 8).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bagi Allah itu (mempunyai) 99 nama, maka bagi siapa yang pandai menghitungnya (menghafalkannya) maka dia masuk surga.”(HR. Turmudzi dari Abu Hurairah).
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Aku memohon kepadaMu dengan semua nama yang Engkau namakan bagi diriMu atau Engkau turunkan dalam kitabMu atau Engkau ajarkan kepada seorang hambaMu, atau Engkau simpan dalam ilmu gaib yag ada padaMu. Semoga Kaujadikan Al Qur’an sebagai penghibur hatiku, penerang dadaku, dan penghapus duka laraku.
053.
Tanya:
AyatAl Qur’an mana saja yang menyebutkan asma’ul husna?
Jawab:
Perhatikan firman-firman Allah berikut:
          “... Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” (An Nisaa: 34).
“... Sesungguhnya Allah adalah Maha lembut lagi Maha mengetahui.”(Al Ahzab: 34).
“... Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”(Faathir: 44).
“... Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka,”(At Taubah: 117).
“... Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.”(Huud: 73).
“... Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Al Baqarah: 263).
“... Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha pemelihara segala sesuatu.” (Huud: 57).
“... Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An Nisaa: 1).
“... Cukuplah Allah menjadi Pelindung.”(An Nisaa: 81).
“... dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan.”(Al Ahzab: 39).
“...Cukuplah Allah yang mengakuinya.”(An Nisaa: 166).
“... Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(An Nisaa: 23).
“... Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” (Huud: 61).
“... Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (An Nisaa: 85).
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya) ...” (Al Baqarah: 255).
“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” (Al Hadiid: 3).
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik ...”(Al Hasyr: 22-24).

054.
Tanya:
Hadits manakah yang menyebutkan asma’ul husna?
Jawab:
Didalam beberapa hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun. Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, Rabb ‘Arsy yang agung, Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah Rabb langit dan bumi, Rabb ‘Arsy yang mulia.”
“Hai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri sendiri. Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan. Hai yang mengadakan langit dan bumi tanpa perantaraan contoh.”
“Dengan nama Allah yang tidak memudharatkan dengan namaNya sesuatu apapun dibumi ini maupun dilangit, dan Dialah Maha Mendengar lagi Mengetahui.”
Ya Allah, Yang Maha Mengetahui hal-hal gaib dan yang nyata. Pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu sekaligus sebagai Pemilik dan Penguasanya.”
“Ya Allah, Yang Memiliki dan Memelihara langit berlapis tujuh, Rabb ‘Arsy yang agung, Rabb kami dan Rabb segala sesuatu, Yang Membelah biji-bijian, Yang Menurunkan Taurat dan Injil serta Al Qur’an. Aku berlindung kepadaMu dari segala bentuk kejahatan, Engkau Al Awwal tiada yang mendahuluiMu sebelumnya, Engkau Al Akhir tiada sesuatu pun setelahMu, Engkau Azh Zahir tiada sesuatu pun diatasMu, Engkau Al Bathin tiada sesuatu pun dibawahMu.”
“Ya Allah, Segala Puji untukMu, Engkaulah Cahaya langit dan bumi dan yang ada didalam keduanya.”
“Ya Allah, aku memohon kepadaMu, bahwa aku bersaksi Engkau Allah tiada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, tempat bergantung segala sesuatu, tidak beranak dan tidak pula diperanakan, dan tiada sesuatu pun yang setara dengan Dia.”
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“... Katakanlah: ‘Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib, Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)’,”(Saba’: 3).
Dengan menyandang nama Al Qadir, kekuasanNya meliputi segala sesuatu yang baik, yang nyata maupun yang tidak nyata. Selain itu juga mencakup berbagai nama lain yang mencakup sifat perbuatan, seperti, Al Khaliq (Maha Pencipta), Ar Razzaq (Maha Pemberi Rizqi), Al Bari’, Al Mushawwir, atau yang mengandung penyucianNya seperti Al Quddus dan As Salaam.

055.
Tanya:
Ada berapa kategori dalil-dalil yang berhubungan dengan asma’ul husna itu?
Jawab:
Ada tiga kategori, yaitu dalil-dalil yang merujuk pada Dzat yang bersesuaian, dalil-dalil sifat yang mempunyai akar kata, dan dalil-dalil sifat yang tidak mempunyai akar kata. Misalnya, nama yang menunjuk pada sifat yang hanya dimiliki Allah adalah Ar Rahman dan Ar Rahiim; yang menunjuk pada sifat yang memiliki akar kata, misalnya Ar Rahmah; dan yang menunjuk pada sifat yang tidak memiliki akar kata adalah Al Hayah dan  Al Qudrah. Berbeda dengan manusia yang diberi nama oleh makhluk-makhlukNya, seperti dia dinamai hakiim sedangkan dia jaahil (bodoh), diberi nama hakaam sedangkan dia zhalim, dan diberi nama nama ‘aziiz (mulia) sedangkan dia rendah, dan diberi nama sa’iid (bahagia) sedangkan dia sengsara.

056.
Tanya:
Dipandang dari segi cakupannya, ada berapa bagian dalil-dalil asma’ul husna itu?
Jawab:
Bidang cakupan asma’ul husna ada empat bagian, yaitu:
Nama yang mencakup seluruh makna asma’ul husna dan mendatangkan sifat bagiNya, sebagaimana tercantum dalam firmanNya berikut:
“Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai nama-nama yang paling baik ...”(Al Hasyr: 24).
Nama yang mencakup sifat Dzat Allah, seperti As Samii’ yang berhubungan dengan pendengaranNya Yang Maha Luas meliputi seluruh suara, baik yang rahasia maupun yang terang-terangan; Al Bashir yang mencakup penglihatanNya yang cermat meliputi seluruh yang ada, baik kecil (susah diamati oleh makhluk) maupun yang besar (jelas); Al ‘Aliim yang mencakup ilmu dan seluruh jangkauanNya sebagaimana firmanNya ini:
“... yang mengetahui yang ghaib, Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)’,”(Saba’: 3).
Dan namaNya yang dikenal dengan Al Qadiir mencakup kekuasaanNya terhadap segala sesuatu, mewujudkan maupun meniadakan.
Nama yang mencakup sifat perbuatan Allah, seperti Al Khaliq (Maha Pencipta), Ar Razzaq (Maha Pemberi Rizqi), Al Bari, Al Mushawwir, dan lain-lain.
Nama yang mencakup penyucianNya dari seluruh kekurangan, seperti Al Quddus dan As Salaam.

057.
Tanya:
Bagaimanakah pengkhususan asma’ul husna dilihat dari kemutlakan yang dimiliki Allah?
Jawab:
Nama-nama yang menunjukkan kemutlakan Allah berhubungan dengan kesempurnaanNya, seperti Al Hayyu, Al Qayyum, Al Ahad, Ash Shamad, dan lain-lainnya. Sedangkan dengan nama-nama yang tidak menyiratkan kemutlakan berhubungan dengan siapa yang tengah dihadapi, seperti Adh Dhaarr, An Naafi’, Al Hafizh, Ar Raafi’, Al Mu’thi, Al Mu’izz, Al Mudzill, dan lain-lain.
Dan tidak boleh menggunakan sifat Allah secara mutlak seperti: pemberi mudharat, yang merendahkan, yang menolak – yang menghinakan, untuk dipakai terhadap diri Allah kecuali terhadap sasaran (obyek). Diantaranya asma dan sifat Muntaqim (yang membalas) yang disebut dalam Al Qur’an disertai menyebut sasaranya, seperti firman Allah:
“... Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.”(As Sajdah: 22).
Atau dengan tambahan Dzu (mempunyai) untuk sifat yang kearah sasaran (obyek) yang berarti mempunyai kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Firman Allah:
“... Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.”(Al Maaidah: 95).







0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------