BAB SATU ; URGENSI FARDIYAH DAN JAMA`IYAH BAGI MANUSIAH

Kecenderungan individualistik (fardiyyah)merupakan kecenderungan seseorang untuk lebih mementingkan diri sendiri, memelihara keberadannya, kebebbasannya dan kepentingannnya. Adapun kecenderungan sosialistik (jama’iyyah) merupakan kecenderungan hidup berkelompok dalam sebuah jama’ah, dimana kecenderungan tersebut merupakan bagian dari kecenderungan utama yang selalu ada secara berpasangan dalam hidup manusia.

          Masing ­ masing kecenderungan itu, ada yang menjadi pasangan bagi lainnya, dan ada pula yang berlawanan, sebagaimana terbukti dalam kenyataan hidup manusia sehari­harinya.

          Dapat kita saksikan bahwa anak kecil semenjak kuku­kuku jarinya masih lunak, ia telah timbul keinginan berusaha mempertahankan kehendaknya terhadap sesuatu, ia juga memiliki kecenderungan untuk bergaul bersama teman­temannya yang sebaya, mewujudkan kemauan bebasnya, yang sering membutuhkan pengorbanan, dan terkadang harus mengalah atas sebagian yang dimilikinya. Sebab hanya dengan demikianlah ia bisa hidup dengan teman­temannya.

          Demikian pula anda dapat saksikan pada sebagian nash­nash syar’iyyahyang berbicara tentang persoalan manusia menyangkut aktifitasnya, baik yang bersifat fardie maupun jama’i. Antara lain tersebut di dalam firmanNya:

“Dan setiap manusia kami tetapkan perbuatannya seperti tetapnya kalung pada leher dan kami keluarkan dia pada hari kiamat yang baginya sebuah kitab dijumpainya dalam keadaan terbuka, bacalah itu, dan cukuplah diri sebagai penghisab terhadap dirimu” (Al Isra’:13).

“Dan orang berdosa tidak akan memikul dosa yang lain dan bila seseorang yang merasa berat dosanya memanggil (orang lain) untuk menanggungnya maka tidak akan dipikulkan sedikit pun walaupun (yang dipanggil) itu keluarganya” (Fathir : 18)/

“Dan tak ada yang diperoleh manusia itu kecuali dari apa yang telah diusahakan, dan sesungguhnya akan diperlihatkannya kelak, kemudian di balas dengan balasan yang sempurna” (An Najm: 39­45).

“Setiap manusia terhadap apa yang telah dilakukannya adalah bertanggung jawab” (Ath Thur: 21)  

“Setiap manusia pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya” (‘Abasa: 37).

“Bahkan manusia pada hari itu sebagi saksi atas dirinya sendiri, meskipun dia mengemukakan alasannya” (Al Qiyamah : 13 ­14)

          Semua merupakan nash Al Qur’an yang berkaitan dengan kecenderungan individualistik (fardiyyah).

          Adapun yang berkaitan dengan jama’iyyah maka Allah SWT berfirman:

“Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah, sekiranya ahli­kitab beriman tentulah ia lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang mukmin dan kebanyakan mereka itu orang­orang yang fasik” (Ali Imran : 110)

“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang­orang dzalim saja di antara kamu, dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaannya” (Al Anfal : 25).

“Wahai orang­orang yang beriman; perangilah orang­orang kafir yang ada disekitarmu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan darimu”  (At Taubah : 123).

“Wahai orang­orang yang beriman; jika kamu menolong (Din*) Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukan mu” (Muhammad : 7)

“Dan jika ada dua golongan dari orang­orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya, kalau salah satu dari mereka itu berbuat aniaya pada golongan lain, maka perangilah golongan aniaya itu sehingga golongan itu kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlaku adillah sesungguhnya Allah menyukai  orang­orang yang adil” (Al Hujurat : 9)

          Setiap kecenderungan­kecenderungan yang saling berpasangan ini, baik yang saling menguatkan atau yang berlawanan, jika diarahkan kepada jalan yang baik, dan secara proporsional, tetap dan benar, maka dapat berpengaruh secara positif dan tepat guna pada jiwa dan kehidupan manusia. Namun jika unsur­unsur itu dibiarkan berjalan tanpa arah yang benar, menyimpang dari perjalanannya yang bena, maka dapat menimbulkan kegoncangan dan konflik batin, yang berlanjut pada akibat timbulnya keragu­raguan dan ketidak stabilan di dalam kehidupan diri manusia.

          Prof. Dr. Mohammad Quthb berkata:

           Fardiyyah dan jama’iyyah merupakan bagian dari jaringan­jaringan yang terdapat pada diri manusia. Dan kedua kecenderungan ini meskipun kontradiktif namun mempunyai keterikatan kuat satu sama lain, seperti perasaan manusia pada unsure ego­nya. Dan juga kecenderungan untuk hidup berkelompok, bermasyarakat, fakta demikian ini memiliki andil sangat besar dalam kehidupan manusia … dan struktur masyarakat adalah berdasar usaha mempersatukan kedua kecenderungan tadi, setiap dari keduanya adalah bersifat asasi dan esensi, konflik batin pun terjadi, sebagaimana terjadi sikap ragu­ragu di dalam kenyataan hidup, ketika ukuran yang ditetapkan pada orang tertentu dilanggar (terlampaui batasnya), lalu menyimpang dari jalannyadan melewati batas­batas dari yang lain, akan tetapi jika keduanya jalan pada tempatnya yang benar, maka tidaklah terjadi konflik pada individu maupun masyarakat, dan tidak pula terjadi perselisihan”[1])

          Agar pembicaraan kita ini tidak bersifat verbalistis, maka seyogyanya kita memasuki pembahasan menyangkut pengaruh­pengaruh atau akibat­akibat yang positif maupun negatif terhadap seorang muslim dan juga kehidupannya dari setiap kecenderungan Fardiyyah maupun Jama’iyyah.



[1]) Manhaj At Tarbiyyah al­islamiyyah, Mohammad Quthb : 1/162­163



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------