Allah Subhanahu wa Ta`ala Berabda:
أفأمنوا مكر الله. فلايأمن مكر الله إلا القوم الخاسرون
99. Maka Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. QS al A`raf: 99.

Simaklah ayat-ayat sebelumnya berikut ini:
96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
97. Maka Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?
98. Atau Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? QS Al A`raf: 96-98


Pada ayat 99 surat al A`raf di atas, terdapat dua topik besar : yaitu (1) Rasa aman dari makar (tipu daya) Allah ; dan (2) Rasa putus asa dari rahmat Allah. Dimana kedua masalah ini saling tolak menolak.

Bukti rasa aman pada sebagian penduduk negeri digambarkan oleh Allah pada ayat sebelumnya, (97), dimana Allah menggunakan nungkapan (wa hum na`imuun = dimana mereka dalam keadaan tidur nyenyak), ini menunjukkan adanya kesempurnaan rasa aman karena mereka berada di dalam negeri mereka sendiri. Sementara orang yang dalam keadaan rasa takut sangat tentulah selalu dalam keadaan gelisah dan tak bisa (merasakan sulitnya) tidur, karena dihantui oleh kekhawatiran dan ketakutan yang sangat. Adapun ungkapan Allah "dluhan wahum yal`abuun" diwaktu matahari sepenggalan naik ketika mereka sedang bermain, juga menunjukkan kepada kesempurnaan rasa aman, damai sejahtera, dan tak ada rasa kesempitan sedikitpun.

Coba bandingkan, bagaimana keadaan orang-orang musyrik dahulu, dimana mereka merasa aman dan tak ada rasa takut sedikitpun ketika berada dalam keadaan lapang (fis sarra`), tidak seperti halnya ketika dalam keadaan kesempitan dan sangat ketakutan akan bahaya yang mengancam, yaitu ketika "mengarungi lautan samudera luas" hendak menuju ke negeri seberang. Begitu takutnya kepada "sang Khaliq" (yang ketika lapang mereka sama sekali tidak ada rasa takut dan benar-benar merasakan aman, al-amnu min arlillah), selalu mereka berdoa dengan penuh ketakutan kepada "KHaliqnya" agar Dia menyelamatkan perjalanan panjang nya dalam mengarungi samudera luas. Namun ternyata ketika Allah menyelematkan "rihlah" mereka, saat itu pula prilaku syiriknya muncul kembali secara cepat, tak peduli lagi Allah yang menyelamatkannya. Begitu lah gambaran orang-orang musyrik dahulu, di dalam ayat Allah. Berbeda halnya dengan orang musyrik masa kini, mereka tetap syirik dan merasa aman dari maker Allah, baik ketika lapang maupun ketika sempit. Jelaslah keadaan ini lebih parah dari pada syirik jaman dahulu.
Contoh lain, pada masa jahiliyah, ketika kaum musyrik thawaf mengitari Ka`bah, yang dianggapnya sebagai ibadah wajib bagi mereka, dan hjarus dilakukan oleh mereka dengan "Telanjang badan", maka mereka pun dengan "ikhlash" (karena Dzat yang dipujanya) melakukannya pada "malam hari" (karena merasa malu telanjang), bukan pada siang hari. Sementara kaum muslimin, khususnya kaum wanitanya, mereka "tak ada rasa malu sedikitpun" berpakaian (hakikatnya telanjang), ala jahiliyah, tanpa menutup aurat, ketat, dan tipis serta menonjolkan lekukan-lekukan tubuhnya guna menggoda kaum pria. Padahal wanita jahiliyah (musyrik) dahulu merasa malu membuka aurat … ?

Kembali kita perhatikan ayat 97 di atas, jika memang mereka merasa sempit dalam kehidupan, pastilah mereka di pagi harim pergi mencari rezeki – tidak justru bermain-main, di pantai, di lapangan olahraga, di kolam renang, di pasar-pasar, dll –.
Na`udzubillah min dzlik : mereka itu di siang hari bermainh-main, di malam harinya tidur pulas, seakan-akan tak ada masalah sedikitpun, tak ada rasa takut akan makar Allah, bahkan mersan sempurna dalam rasa aman dari maker Allah.  Hal ini tak pantas sama sekali bagi seorang mukmin, apalagi selepas usainya "ibadah ramadlan", yang selama 1 bulan penuh telah menundukkan dan melatih jiwanya untuk berusaha "menundukkan diri, mendekatkan diri kepada Allah, memaksimalkan ibadah dan mu`amalah (hati dan anggota badan, individu dan social). Syawwal maknanya bangkit, yaitu bangkit dari kesadarannya sebagai "hamba Allah yang muslim", bangkit dari kebiasaannya yang dijalaninya saat ramadlan, karena kuatnya keinginan untuk menggapai pahala, ampunan dan rahmatNya …. Agar bergembira "saat ifthar" dan "saat perjumpaannya dengan Allah kelak di akhirat". (farhatun `indal ifthar wa farhatun `inda liqa'I rabbihi).

Seorang mukmin yang shaim, pasti sadar betul bahwa "amal semata, sebaik apapun" tak dapat menjamin secara otomatis akan memasukkannya ke dalam surge Allah atau menjauhkan dari siksa (Neraka) Nya, namun ia yakin bahwa karena rahmat dan karunia Allah lah seorang hamba dimasukkan surge-Nya. JIka Allah memanggil hamba-hamba yang mukmin untuk masuk surga karena (sebab) amal-amal shalihnya (amalan hati maupun anggota badannya, namun keunggulan amal itu tak seimbang dengan besarnya "al fadhl dan ar rahmah Allah" (karunia dan rahmat Allah) jika ditimbang besarnya amal itu dengan nilai karunia dan rahmat Allah.  Oleh karena itu Rasulullah Saw bersabda, "Saddiduu wa qaaribuu….. Lan yanjuu ahadun bi `amalihi …. Illaa an yataghammadillah bifadhlin wa rahmah", dan Allah berfirman "wa nuuduu an tilkumul jannata uuritstumuuha bimaa kuntum ta`malun". (Silahkan baca penjelasananya, antara lain dalam kitab "A`lamus sunnah al Mansyurah Li i`tiqad at Thaifah an Najiyah an Manshurah, oleh Syaikh al Hafizh al Hakami rahimahullah", soal 135 dan 136 halaman 124, Th 1377 H / 1342 M.

Kembali kepada ayat 99 di atas : "Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tak terduga-duga ?), ….. "Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah, kecuali orang-orang yang merugi"..
Padahal yang memberikan berbagai nikmat, kebahagiaan, dan kemewahan kepadanya adalah Allah, sedangkan mereka tetap dalam kemaksiatan kepada-Nya karena menyanghka bahwa dirinya akan beruntung yang sebenarnya dirinya dalam kerugian.
Jika Allah telah memberi Anda nikmat dari berbagai penjuru : memberikan makan ketika lapar, memberikan rasa aman ketika merasa takut, memberikan pakaian ketika telanjang; maka janganlah menyangka bahwa Anda beruntung ketika Anda tetap kokoh dalam kemaksiatan kepada Allah, tetapi Anda merugi karena semua itu adalah bagian dari makar Allah kepada Anda.

tA$s% `tBur äÝuZø)tƒ `ÏB ÏpyJôm§ ÿ¾ÏmÎn/u žwÎ) šcq9!$žÒ9$# ÇÎÏÈ
56. Ibrahim berkata: "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat". QS al Hijr : 56.

Ayat ini dapat dimaknai dengan "Tidak akan merasa putus asa dari rahmat Allah, melainkan orang-orang yang sesat, yaitu setiap mereka yang kehilangan petunjuk. Orang bingung yang tidak mengetahui apa yang wajib dilakukan demi Allah Ta`ala. Padahal Allah itu sangat dekat dengan kecemburuan.
Putus asa dari rahmat Allah adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan, sebab sikap itu adalah prasangka buruk kepada Allah Azza wajalla, hal ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:

Pertama: Sikap itu merupakan tindak kejahatan kepada qudrat Allah. Karena siapa saja yang mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, maka dia tidak akan menjauhkan sedikitpun qudrat Allah.
Kedua: Sikapitu adalah tindak kejahatan terhadap rahmat Allah. Karena siapa saja yangmengetahui bahwa Allah itu Maha Penyayang, maka tidak terlalu jauh Allah Ta`ala akan memberinya rahmat. Oleh karena itu orang yang poutus asa terhadap rahmat Allah adalah sesat.

Perhatikanlah sabda Nabi Shallahu `alaihi wasallam di bawah ini:
عن ابن عباس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سُئل عن الكبائر فقال : الشرك بالله ، واليأس من روح الله، والأمن من مكرالله  
Dari Ibnu Abbas Ra bahwa Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam ditanya tentang dosa-dosa besar,  maka beliau bersabda, 'Syirik kepada Allah, putus asa dari rahmat Allah, merasa aman dari tipu daya Allah'. Diriwayatkan oleh al Bazzar dan ath Thabrani dengan para perawinya yang terpercaya.
وعن ابن مسعود قال: أكبر الكبائر : الإشراك بالله، والأمن من مكر الله ، والقنوط من رحمة الله، واليأس من روح الله.
Dari ibnu Mas`ud Ra berkata, Dosa besar yang paling besar itu adalah: Syirik kepada Allah, merasa aman dari tipu daya Allah, putus asa dari rahmat Allah".ath Thabarani dalam al Kabir, 8783 dan 8784, Ibnu Jarir 5/26, dishahihkan oleh al Haitsami dalam Majma` az Zawaij, 1/104 Isnad ath Thabrani.

(Untuk kajian lebih jelas dengan perkara ini, silahkan baca buku "Al Qaulul Mufid `alaa Kitabiut Tauhid, karya Syaikh Mohammad bin Shalih al Utsaimin).




Realitas Kaum Muslimin Ketika Menyambut 1 Syawwal :

Barangkali berangkat dari "Kesalahpahaman" terhadap sejumlah nash (al Qur'an maupun as sunnah) berkaitan dengan shaum ramadlan, atau seringnya mendengar dan menggunakan hadits-hadits paslu dan munkar yang terkait dengan ramadlan berikut amalan-amalan dan keutamaannya, sehingga yang terjadi adalah "Hura-hura, Israf dan tabdzir, foya-foya, dan merasa aman dari makar Allah dalam menjalankan kemaksiatan-kemaksiatan dan kemunkaran, baik saat ramadlan maupunn setelahnya"……
Sebagai contoh:
1.    Berdalil dengan "siapa yang shaum atau shalat malanya dengan dasar iman dan ihtisab, maka dosa-dosanya yang masa lalu akan diampuni Allah"….. benar hadits ini dan yang hadits lain sejenisnya ini shahih. Namun harus dipahami dengan benar, bahwa "dosa-dosa" yang diampuni karena shaum dan shalat malamnya, adalah terbatas dosa-dosa kecil. Karena memang ada kifarat untuknya. Sesuai dengan ayat Allah dalam QS an Nisa: 31 : Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). Dan dijelaskan oleh hadits shahih dimana Nabi Shallallahu `alaihi wasallam bersabda: "Shalat lima waktu, Jum`at hingga Jum`at dan Ramadlan hingga Ramadlan adalah penghapusan dosa (kifarat) diantara semua itu selama dosa besar dijauhi" di takhrij Muslim, ath Thaharh, Bab "Ash shalawat al Khams, 1/209 dari hadsits Abu Huriarah Ra.  Anggapan dihapusnya dosa-dosa ini, dipahami oleh szebagian kaum muslimin – termasuk sebagian da'i-da'inya dan muballighnya – adalah semua dosa, kecil maupun besar. Akibat dari ini, maka para pelaku dosa besar ini menanti datangnya bulan ramadlan hanya semata menginginkan "dihapuskannya semua dosa-dosa" tanpa harus melalui muhasabah dan taubat untuk stiap dosa besarnya. Padahal mereka itu ada yang termasuk : pelaku syirik, koruptor, pemakan harta orang lain dengan batil, pemakan riba dan bunga bank, durhaka kepada orangtua, durhaka isteri kepada suami atau sebaliknya, dosa melantarkan anak-anaknya tanpa dididik dengan agama yang benar, curang dalam timbangan (muthaffifin), tidak adil sebagai pemimpin, zhalim terhadap sesame, wanita berprilaku kelaki-lakian atau sebaliknya, sebagai suami berlaku dayyuts (membiarkan isteri atau anak perempuannya dinodai oleh laki-laki bukan mahramnya, membiarkan dizinahi dan bergaul bebas…………… dll. Lebih parah lagi, lalu begitu selesai puasa merasakan dirinya "telah kembali putih bagaikan lembaran kertas tanpa bercak dan noda kotoran sedikitpun, seperti sucinya bayi yang baru lahir dari perut ibunya" …………..  siapakah yang menjamin kondisi seperti ini ? Lalu siapa yang salah ? juru dakwah kah atau kebodohan diri ummat Islam ?
2.    Ada yang berlindung dengan hadits (palsu): "tidurnya orang berpuasa itu ibadah". Lalu mereka pun mensikapinya dengan perilaku tercela, "untuk apa kita belajar atau bekerja di hari shaum, sementara tidur saja berpahala, bukankah ini kesempatan untuk mnendulang pahala ? Akibatnya: kegiatan belajar mengajar pun menjadi tidak semangat, ekonomi ummat tidak menggeliat, kegiatan mu`amalah lainnya (social pun) menjadi kendor …..
3.    Karena merasa "dirinya kini telah lebih baik kwalitas imannya", berhitung secara matematis, seakan masih memiliki sejumlah besar keunggulan dan kelebihan pahala, merasa telah suci diri dari semua dosa, sehingga merasa aman dari makar Allah, banyak tidur malam dan main-main di pagi siang harinya, seperti yang disinggung Allah pada ayat 97-99 surat al A`raf di atas. Maka timbuil pikiran, foya-foya pun tak pa-apa, memubazdirkan dan berlebih-lebihan dalam membelanjakan hartanya ……. Seperti yang tampak dalam tradisi mudik (umumnya), borong belanja di mal-mal, ikhlash dan rela untuk dibohongi oleh "iklan" perang diskon (padahal harga tgelah dinaikkan 2-3 kali lipat, lalu didiskon 50-70 % dll), apa beli barang dua gratis satu….
4.    Ingatlah, padahal sebagai mukmin seharusnya dia "tidak boleh merasa dirinya suci" atau "husnu zhan terhadap dirinya", seharusnya dia melakukan muhasabah kedua, setelah memasuki bulan penuh taubat (Ramadlan), yang sebelumnya didahului oleh muihasabah pertama, apakah ada dosa besar yang melekat pada diri saat akan memasuki ramadlan ? dan selama ramadlan apakah dia melakukan proses taubat yang benar ? dan apakah telah sempurna dia dalam menjalani ibadah ramadlan ?  Seharunya sebagai mukmin pada setiap melakukan ibadah haruslah didasari oleh tiga prinsip: karena cintanya kepada Allah, karena berharap janji dan pahala darri Nya, dan   karena takut akan adzab dan siksa Nya (al hub, ar roja', dan al khauf)

÷Pr& tûïÏ%©!$# tbqç7Ï^tGøgs uŽÈµ¯»t6x. ÉOøOM}$# |·Ïmºuqxÿø9$#ur žwÎ) zNuH©>9$# 4 ¨bÎ) y7­/u ßìźur ÍotÏÿøóyJø9$# 4 uqèd ÞOn=÷ær& ö/ä3Î/ øŒÎ) /ä.r't±Sr& šÆÏiB ÇÚöF{$# øŒÎ)ur óOçFRr& ×p¨ZÅ_r& Îû ÈbqäÜç/ öNä3ÏG»yg¨Bé& ( Ÿxsù (#þq.tè? öNä3|¡àÿRr& ( uqèd ÞOn=÷ær& Ç`yJÎ/ #s+¨?$# ÇÌËÈ
32. (yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. QS an Najm: 32


---------------------------------------
Simaklah nasihat baik dari Syaikh Abdullah `Aidzl al Qarni, hafidlahullah berikut (Sumber: eramuslim.com, 18 Agustus 2011):

Banyak orang yang ajalnya datang ketika maksiat mereka menggunung .. entah pembunuhan, zina, khamar, riba, nyanyian, tidak shalat lima waktu berjamaah, ataupun tidak peduli pada risalah Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, dan menuntut ilmu.

Laa ilaaha illallah, betapa lalainya mereka!
Sehabis ditangkap, Sa'id bin Jubair dibawa menghadap al-Hajja bin Yusuf.
"Siapa namamu?", tanya Hajjaj mencemooh.
"Sa'id bin Jubair", ia menyahut.
"Bukan. Nama kamu adalah si Sial (Syaqi) bin Kusair".
"Ibuku lebih tahu namaku daripda engkau".
"Celaka kamu .. celaka pula ibumu," balas Hajjaj, sambil melanjutkan, "Demi Allah, kamu akan saya masukkan ke dalam api yang menyala-nyala". "Kalau aku tahu, kamu sanggup melakukannya, pasti engkau sudah kujadikan Tuhan!"
"Bawa sini harta kekayaan!" Didatangkanlah emas dan perak.
"Hajjaj," kata Sa'id, "Sekiranya kekayaan ini engkau kumpulkan untuk menyelamatkan dirimu dari azab yang pedih, alangkah bagusnya.Tapi, bila engkau melakukannya itu untuk riya dan ingin disebut orang, demi Allah tidak akan ada gunanya di sisi Allah sedikitpun," tukasnya.
"Bawa ke sini budak perempuan yang bisa bernyanyi," titah Hajjaj lagi. Sa'id menangis. "Apakah lagunya enak?" Hajjaj bertanya.
"Demi Allah, bukan! Aku menangis lantaran ada budak yang diperkerjakan untuk sesuatu yang bukan untuk ia diciptakan, dan lantaran kayu yang dijadikan alat musik untuk digunakan bermaksiat kepada Allah!"
"Alihkan dia dari arah kiblat!" ujar Hajjaj.
وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ
Sa'id menyahut dengan membacakan firman-Nya, "Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah." (QS. al-Baqarah [2] : 115)
"Banting dia ke tanah," perintah Hajjaj.
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ
Tapi, Sa'id menjawab, "Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain." (QS. Thaha [20] : 55)
"Demi Allah, saya akan membunuh kamu dengan cara yang tidak pernah digunakan orang," ancam Hajjaj.
"Hajjaj, engkau boleh pilih cara sesukamu. Demi Allah, cara apapun yang engkau pilih membunuhku, niscaya Allah jua akan membunuhmu dengan seperti itu!" ujar Sa'id.
Sebelum dibunuh Sa'id berdo'a.
"Ya Allah, jangan biarkan dia menindas siapapun setelah aku mati!"
Kepala Sa'id pun dipenggal oleh Hajjaj. Hanya beberapa bulan kemudian, Hajjaj meronta-ronta, karena sakit sampai Allah membinasakannya.

Wahai kaum Muslimin, sebelum ajal datang, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan:
Pertama, hendaknya kita senantiasa mengingat kematian setiap waktu. Kita melakukan kelalaian tatkala kita lupa akan kematian, lupa tentang peristiwa sesudah mati. Kita melalaikan semua itu dan terperosok ke dalam maksiat, nafsu syahwat, syubhat, dan membuat Allah SWT marah.
Sampai-sampai sebagian anak muda, bila diingatkan tentang kematian mereka menjawab, "Biarkan kami hidup, makan, minum. Jangan rusak kesenangan kami..." Kematian telah mengeruhkan dunia, sehingga tidak menyisakan secuil kegembiraan pun pada orang-orang yang berhati nurani.
Ibnu Umar menasihati, "Bila waktu pagi, jangan tunggu waktu sore. Bila sore, jangan tunggu pagi. Pergunakan masa sehatmu untuk persiapan sewaktu kamu sakit. Pergunakan hidupmu untuk persiapan menghadapi kematian."
Wahai kaum Muslimin, segeralah melakukan taubatannasuha kepada Allah Ta'ala.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar [39] : 53)

Al-A'masy, ahli hadist kawakan, ditangisi anak-anaknya ketika ajalnya hampir menjemput. Ia pun berkata, "Janganlah kalian menangisiku! Demi Allah, selama enam puluh tahun lamanya aku tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram bersama imam," tukasnya.
Sa'id Ibnu Musayyib, ketika sekarat berujar, "Alhamudililah. Selama empat puluh tahun, saya selalu berada di masjid Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, ketika muazin mengumandangkan azan."
Mereka mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan cara melakukan amal-amal shalih dan taubatannasuha. Wallahu'alam.



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------