MENDIDIK ANAK DENGAN KISAH,
(1/3)
Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid, Islam QA,
islamhouse, 30-03-2103 / 1444.
Disela-sela pengamatan
terhadap realita yang menyedihkan tentang pentingnya pendidikan sebagai faktor
prinsip dalam menyiapkan generasi yang bermanfaat bagi umat dan mendorongnya
untuk memiliki sifat mulia dan terhormat. Melalui pengamatan yang baik dan
trasparan, akan jelas bagi kita bahwa jika sang anak mendapatkan perhatian
dengan baik, maka akan lahir bibit-bibit yang baik untuk seterusnya menjadi generasi
yang saleh.
Jika diperhatikan dalam
Al-Quran dan Sunah yang suci, segera terlintas dalam pikiran, apakah mungkin
mereka dididik melalui Al-Quran dan Sunah dan apakah mungkin memanfaat
kisah-kisah Al-Quran dan Sunah dalam proyek raksasa ini?
Alhamdulillah.
Di
dalam lingkungan buruk yang dilahirkan oleh pengaruh budaya barat dan berbagai
media informasi terhadap rumah tangga muslim, dan orang tua yang larut dalam
berbagai pekerjaan Seperti pada sebagian keluarga, sang ibu keluar untuk
bekerja, sedangkan ayah mengambil jam lembur, akhirnya mereka sangat jauh dari
pendidikan anak-anak mereka. Jika berkumpul dengan anak-anaknya, mereka
kehilangan rasa humornya, yang didengarkan oleh anak-anak hanyalah teriakan dan
kata-kata keras, jauh dari kalimat kasih sayang, senyum manis atau candaan.
Sebagian orang tua mengira bahwa hal tersebut merupakan cara terbaik untuk
mendidik anak, bahkan menurut mereka merupakan prinsip dalam hal ini.
"Pukullah anakmu untuk mendidiknya, maka diaakan menjadi anak beradab dan
saleh." Ini merupakan kekeliruan dalam pendidikan.
Mendidik
anak dengan menggantung pecut untuk dilihat anggota keluarga, termasuk sunah,
akan tetapi itu menjadikan sarana satu-satunya dalam masalah ini adalah pendapat
yang tertolak. Metode-metode pendidikan harus digali dari wahyu yang mulia;
Al-Quran dan Sunah. Syariat telah membawah segala sesuatu yang bermanfaat bagi
manusia dan segala urusannya. Di antara metode tersebut adalah mendidik dengan
memberikan kisah. Demikianlah, mendidik dengan kisah dan menyampaikan makna
agar sensitif dan mewujudkan tujuan dengan contoh, merupakan metode yang paling
baik dan paling banyak menghasilkan kesuksesan dan nyata, insya Allah.
Demikianlah,
kami dapatnya kenyataan bahwa memberikan nasehat dengan kisah sangat
berpengaruh dalam jiwa anak. Semakin menarik orang yang bercerita dengan
caranya yang khas, akan menarik perhatian sang anak dan mempengaruhinya, karena
kisah memiliki pengaruh bagi orang yang membaca atau mendengarnya.
Termasuk
perkara yang tidak diragukan lagi bahwa kisah menarik dan rinci, akan membuat
pendengarnya tertarik dan sampai ke dalam jiwa manusia dengan mudah. Karenanya,
metode kisah mendatangkan manfaat yang lebih efektif. Kisah adalah sesuatu yang
disukai orang dan memberikan kesan dalam jika serta selalu diingat. Bahakn saat
masa kecil sekalipun, mereka cenderung suka mendengarkan kisah dan memasang
pendengarannya untuk itu. Fenomena ini merupakan tabiat, selayaknya bagi para
pendidik memanfaatkan hal ini dalam media pendidikannya, apalagi banyak media
kita yang merusak anak-anak kita dengan menjadikan bintang-bintang film sebagai
pahlawan. Tidak ad seorang bintang film pun kecuali mereka melakukan wawancara
dengannya.
Karenanya, hendaknya sang anak dikaitkan dengan
para nabi Allah Azza wa Jalla.
أُولَئِكَ
الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ (سورة الأنعام: 90)
"Mereka Itulah
orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk
mereka." (QS. Al-An'am: 90)
Juga dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ (سورة الأحزاب: 21)
"Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS.
Al-Ahzab: 21)
Juga hendaknya mendidik mereka dengan akhlak para
shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
إن لم تكونوا
مثلهم فتشبهوا إن التشبه بالكرام فلاح
"Jika kalian tidak dapat
seperti mereka, maka serupailah mereka, sesungguhnya menyerupai mereka
beruntung."
Kisah
merupakan sarana terbaik untuk meraih tujuan tersebut. Karenanya Nabi
shallallahu alaihi wa sallam sering mengisahkan kepada para shahabat
kisah-kisah umat sebelumnya untuk mengambil pelajaran. Biasanya beliau awali
dengan ucapan, "Dahulu orang-orang sebelum kalian." Kemudian beliau
sampaikan kisahnya hingga selesai.
Dalam
hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengambil sebuah manhaj
rabbani, yaitu firman-Nya,
فَاقْصُصِ
الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (سورة الأعراف: 176)
"Maka ceritakanlah
(kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir." (QS. Al-A'raf: 176)
Apalagi
kisah-kisah tersebut memiliki keistimewaan, berupa kenyataan dan mengandung
kejujuran. Karena tujuannya adalah untuk mendidik jiwa, bukan sekedar
bersenang-senang untuk dinikmati. Karena para shahabat dahulu menjadikan kisah
sebagai bahan pelajaran. Darinya mereka mengambil pelajaran tentang prilaku
yang memberikan manfaat untuknya dan orang-orang sesudahnya, di dunia dan
akhirat.
Akan
tetapi, apakah media yang ada secara umum menggunakan metode ini, 'Mendidik
dengan cerita" untuk meraih capaian pendidikan, atau apakah mereka adalah
media penghancur, atau paling tidak media yang negatif?
Sangat
disayangkan, banyak yang bersikap negatif. Kisah-kisah yang ditayangkan dalam
film kartun banyak terdapat larangan-larangan dan kemungkaran di dalamnya. Di
antaranya:
1- Kisah-kisah
horor yang menimbulkan ketakutan.
Kisah-kisah
horor hanya melahirkan ketakutan, membuat jiwa kangen namun bercampur takut,
berikutnya timbul sikap penakut dan pelik. Seperti beberap film tentang jin dan
sebagainya. Kisah-kisah seperti ini dapat menghancurkan kepribadian, membunuh
rangsangan berfikir di kalangan anak-anak, tidak membangun pribadi berani pada
anak, justeru yang tumbuh adalah kepribadian penakut dan pengecut yang dikuasai
rasa takut.
Maka
sang anak terus dibayangi oleh pikiran tersebut walaupun setelah film selesai.
Kemudian sejak setelah pikirannya merekam kisah tersebut, sang anak terus
berkhayal secara praktis bahwa ada jin-jin ifrit yang mengerubunginya di waktu
gelap dan bahwa di sana ada penunggu tempat ini dan itu, dst. Seandainya setiap
kita mengamati jiwanya, niscaya kita masih merekap kisah-kisah yang dibaca di
waktu kecilnya. Wajib bagi kita untuk menumbuhkan sikap berani pada anak-anak
kita agar kita dapat membangun umat yang berani. Bukan membentuk anak di atas
sikap takut, sehingga kita akan membangun umat yang lemah.
2.
Kisah populer yang mengandung nilai bertentangan dengan akhlak.
Misalnya
adalah kisah tarzan, Superman, detektif yang mengandung nilai kemanusiaan namun
menjadikan kekerasan sebagai solusi dan kekuatan fisik sebagai faktor utama
dalam menunantaskan masalah.
Misalnya,
menyampaikan kisah tarzan yang dibesarkan di tengah-tengah hewan dan tidak
mengetahui pemecahan masalah selain kekuatan fisik. Cara berfikir seperti ini
akan meruntuhkan prilaku logika sang anak kepada prilaku permusuhan, tanpa
menggunakan akal. Penting menyampaikan kisah yang dapat melatih pertumbuhan
anak untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan akal ketimbang kekuatan
fisik.
3.
Kisah yang menumbuhkan simpati terhadap kekuatan buruk atau mengagungkannya.
Kisah
yang dapat membangkitkan simpati terhadap kekuatan buruk atau mengagungkannya,
seperti keburukan yang menang terhadap kebaikan, orang zalim yang menang atas
orang yang dizalimi, penjahat terhadap polisi. Mereka menyampaikan hal ini
dengan dalih untuk menyingkap prilaku menyimpang terhadap anak, seperti orang
yang berdusta terhadap anak-anaknya, lalu dia mengatakan bahwa itu adalah dusta
putih, padahal kenyataannya hal tersebut
hanya membuat sang anak terdidik untuk berdusta, karena tidak ada yang namanya
dusta putih atau hitam. Adapun terkait dengan membangkitkan simpati terhadap
kekuatan-kekuatan keburukan dan membelanya, hal tersebut akan menjadikan sang
anak memiliki prilaku salah agar dirinya tetap menjadi pihak yang menang.
Contoh
dari kisah seperti ini adalah kisah Superman, Manusia besi, Glandizers, dll.
4-
Kisah yang mencela dan menghina pihak lai Kisah-kisah yang berisi celaan
terhadap pihak lain, mengatur perangkap dan menyakiti mereka. Misalnya mencela
karena kecacatannya atau kekurangan pada fisiknya seperti dalam mengucapkan
sesuatu, atau mengelabui pihak yang lebih besar atau menimpakan celaka kepada
orang buta seperti dengan memasang perangkap untuknya atau lainnya tanpa
menjelaskan kekeliruan dari perbuatan orang yang salah atau perbuatan mereka
yang memasang perangkap. Di antara kisah yang terkenal dalam menumbuhkan
pemikiran keliru dari sisi pendidikan adalah film Tom and Jerry. Film ini,
meskipun sangat terkenal dari masa ke masa, namun sangat tidak mendidik.
Melalui film ini akan masuk dalam benak sang anak sebuah prilaku keliru, sang
anak mengikutinya untuk meraih kesenangan melalui siapa yang ada
disekelilingnya sedangkan dirinya berada di atas pihak yang lain. Begitu pula
film yang merendahkan orang berkulit hitam yang dapat menyebabkan sikap
merendahkan ras berkulit hitam. Hal ini akan mewariskan sikap dengki dan
kebencian dikalangan anak-anak dan meletakkan dasar-dasar perpecahan dan
pertikaian, bukan persatuan dan kasih sayang.
Inilah
sedikit catatan tentang kenyataan dari film-film yang dikonsumsi anak yang
seharusnya berisi pesan-pesan pendidikan.
Mungkin
sebagian orang akan mengatakan bahwa kisah yang cocok disampaikan kepada
anak-anak masih sedikit dan tidak bermanfaat. Padahal kita mendapatkan dalam
Al-Quran dan Sunah banyak kisah-kisah yang bagus.
Berikut sebagian dari kisah yang cocok untuk
anak-anak;
1- Kisah Yunus di perut ikan Hiu.
2- Kisah Abu Hurairah bersama setan.
3- Kisah kayu sang peminjam
4- Kisah tiga orang yang terjebak dalam goa.
5- Kisah Ashabul Ukhdud
6- Kisah Anas dengan rahasia Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam.
7- Kisab Abdullah bin Umar bersama sang
penggembala…. "Katakan kepadanya, kambingnya dimakan srigala."
8- Kisah Ibunya Musa.
9- Kisah Umar dengan penjual susu.
10- Kisah Nabi Yusuf.
11- Kisah Muaz dan Mi'waz.
12- Kisah Qubbarah
13- Kisah perang Jamal.
14- Kisah pemilik selendang.
15-
Kisab Ibnu Umar dan pohon korma.
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------