10  PENGHALANG
ANTARA HAMBA DAN ALLAH
الحجب العشرة بين العبد وبين الله
اعداد : دار القاسم ، الكتيبات الاسلامية
Terjemah oleh : Farhan Mubarok Baraba
Muraja`ah : Abu Fahmi Ahmad
Tim Kajian Asatidzah Imam Bukhari Jatinangor – AF-2 Press
الحمد لله رب العالمين ، والصلاة والسلام على محمد صلى الله عليه وسلم ، فهذه هي الحجب العشرة بين العبد وبين ربّه
HIJAB PERTAMA : AL JAHL BILLAH (Bodoh Terhadap Allah)
Bukankah engkau mengetahui, bahwa siapa saja yang mengenal Allah pastilah ia mencintai-Nya. Dan bagi siapa saja yang tidak mengenal Allah, maka Allah pun tak mau tahu siapa ia. Begitu pula Allah sama sekali tidak mencintai hamba-Nya yang tidak mengenal Allah.
Oleh karena itu Ahlu Sunnah benar-benar sangat menghargai para penutut ilmu, sebagai wali-wali Allah, yang mana Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. Manakala penuntut ilmu mengenal Allah lebih dalam, maka ia pun lebih dalam dalam menintai Allah.
Berkata Nabi Syuaib `alaihisaalam kepada kaumnya:
واستغفروا ربكم ثم توبوا إليه ، إن ربي رحيم ودود
"Dan mohonlah ampunan kepada Rabbmu, lalu bertobatlah kepada-Nya. Sungguh Rabbmu Maha Penyayang, Maha Pengasih" . QS Huud: 90
إن الذين آمنوا وعملوا الصالحات سيجعل لهم الرحمن ودا
"Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih saying (dalam hati mereka)". QS Maryam: 96
Sungguh benar, bahwa penghalang antara hamba dan Allah yang paling kuat adalah "al Jahl Billah" (Bodoh terhadap Allah) dan tidak mengenali-Nya siapa Dia itu. Ketahuilah, seseorang akan menjadim musuh terhadap apa yang ia bodoh atasnya (tak mengenalinya). Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak mengenal Allah maka mereka itu membenci-Nya (tak menyukai-Nya). Siapa yang tidak mengenal Allah, maka mereka itu menyembah syaithan disamping menyembah kepada-Nya.
Oleh karena itu, Allah menyeru hamba-hamba-Nya untuk ber-ilmu terhadap Nya … agar dapat mencintai-Nya :
فاعلم أنه لا إله إلا الله والستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات ، والله يعلم متقلبكم ومثوىكم
"Maka ketahuilah, bahwa tidak ada ilah (yang patut disembah) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosda) orang-orang mukminh, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu" QS Muhammad: 19.
Maka obat mujarab bagi kejahilan adalah "kenalilah Allah – dengan ilmu – dengan sebenar-benarnya kenal terhadap-Nya.  Maka apabila anda telah mengenali Nya dengan sebenar-benarnya (secara hakiki menegnal Allah), maka ketika itu pula anda menghidupkan taubat secara hakiki (dalam hatimu). 
------------------------------------------
Catatan Dewan Redaksi:
Ketika Kita membaca Al Qur’an, kita akan mendapati bahwa “Al Jahl” (Kebodohan) merupakan faktor dari kebanyakan ummat-ummat terdahulu dalam menentang Nabi-Nabi mereka dan juga penyebab berpalingya mereka.
Allah SWT, Berfirman ;
138. Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu[562], Maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk Kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".
 [562] Maksudnya: bagian utara dari laut Merah.
Tentamg Nabi-Nya, Nuh as. Allah berfirman ;
29. Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak Mengetahui".
Tentang Nabi-Nya, Luth as, Alloh berfirman
55. "Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)". QS An Naml: 55
Lalu tentang Nabi-Nya, Sholih as, Alloh berfirman ;
23. Ia berkata: "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh". QS Al Ahqaf : 23
Berkata Syaikh Ibnu Taymiyyah, “ Baiknya bani Adam itu karena keimanan dan amal sholehnaya, dan tidak ada yang mengeluarkan mereka dari hal tersebut kecuali dua perkara :
·         Al Jahl yang merupakan lawan dari Al Ilmu, sehingga mereka menjadi sesat.
·         Menurutkan hawa nafsu dan syahwat yang ada dalam diri mereka, sehingga mereka menjadi keliru, jauh dan dimurkai. (Majmu’ fatawa XV : 242)

Telah berkata Salafush Sholih ;
Siapa yang menyembah Allah dengan kebodohan (tanpa ilmu) maka kerusakan yang timbul lebih banyak dari mashlahat yang dicapainya. (Majmu’ Fatawa XXV : 281)
Al Jahl (kebodohan) merupakan penyebab terbesar yang menyeret seseorang kedalam pelanggaran-pelanggaran yang diharamkan, seperti kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan. (lihat Majmu’ Fatawa XIV : 22)
         Dan yang termasuk kebodohan terbesar adalah, berkata tentang Allah tanpa disertai ilmu. Dan Allah telah menjadikannya sebagai pelanggaran yang tertinggi dari hal-hal yang diharamkan, dan tingkatan tertinggi dari kemusyrikan terhadap Allah SWT.
Kejahilan dan kesesatan, kadangkala muncul karena tidak bertahkim kepada Syari’at Alloh, atau menjadikan selain Al Kitab dan As sunnah sebagai sumber pengambilan hukum Syari’ baik berupa I’tiqod, Suluk atau pun yang lainnya.
          Kita sudah maklum, bahwa selain Syari’at Mauzun dan Mahkum tidak bisa tolak ukur dan hakim, Syari’atlah sebagai tolak ukur Mizan dan Hakim. Oleh karena itu banyak ahli tasawwuf yang terjebak dalam bid’ah dan kesesatan ketika berhukum kepada perasaan, mimpi-mimpi dan kepada istilah-istilah mereka yang lain.
          Ibnu Qoyyim berkat, “Inilah sumber kesesatan orang-oranng yang bejat dan sesat dari jalan yang lurus, dimana mereka menjadikan perasaan sebagai hakiml. Mereka berhukum kepadanya terhadap apa yang dibolehkan dan dilarang, terhadap apa yang benar dan rusak. Dan mereka menjadikan perasaan sebagai tolak ukur Haq dan Bathil. Untuk itu mereka melemparkan jauh-jauh konsekuensi ilmu dan nash. Dalam hal tersebut merreka berhukum kepada peresaan, intuisi dan keadaan.” (Madarijus Salikin, I : 494)
          Kadangkala juga kejahilan muncul karena jeleknya pemahaman seperti pendapat penulis kitab Syarah Aqidah Thohawiyyah. Dia mengatakan, “Bahkan jeleknya pemahaman tentang Alloh dan Rosul-Nya adalah pokok pangkal dari seluruh kesalahan dalam masalah furu’ maupun ushul, apa lagi jika ditambah jeleknya maksud dan tujuannya.” (Syahrul Aqidah Ath Thohawiyyah, hal ; 392)
          Terkadang jeleknya pemahaman itu disebabkan juga karena meremehkan menuntut ilmu yang bermanfaat, atau kadang kala juga karena syubhat.



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------