ADA APA DENGAN SURAT YASIN MALAM JUM`AT ?
Bagian ke-1 : Fadlilah Membaca al Qur'an dan Kedudukan Hadits Fadlilah surat Yasin
Oleh: ust. Abu Fahmi

Keutamaan Membaca Al-Qur’an:
Allah Ta`ala berfirman:
29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
30. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri[1]. QS Fathir: 29-30

[1] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
Diriwayatkan dari Utsman bin `Affan ra, berkata: Berkata Rasulullah sa w,
{ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرآنَ وَ عَلَّـمَهُ   }
 ‘Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya” HR Al Bukhari, 9/66, 67 dalam Fadloil al Qur’an, dan Abu Daud, no. 1452 dalam ash Shalah, bab Pahala Membaca al-Qur’an, juga diriwayatkan Oleh at Tirmidzi, Ibnu Majah.
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
{  الّذِي يَقْرَأُالـقُرْآنَ وَهُوَ ماهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الـكِرَامِ الـبَرَرَةِ ، والّذِي يَقْرَأُ القرآنَ وَهُوَ يَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْـرانِ  }
: “Orang yang gemar membaca al-Qur’an dan mahir dalam membacanya, dia akan bersama rombongan malaikat yang mulia, dan orang yang gemar membaca al-Qur’an tetapi tersendat-sendat dalam membacanya (merasakan berat & sulit), namun tetap membacanya maka baginya dua pahala” HR Bukhari, 8:532 dalam Kitab Tafsir surat `Abasa dan Muslim no. 798 dalam Kitab Shalat al-Musafirin, at Tirmidzi, no. 2906 dalam Pahala al Qur’an, Abu Daud, no. 1454 dalam Kitab ash-Shalat.

Dari Abu Musa al-Asy`ari ra, Rasulullah saw bersabda:
  { مَثَلُ الـمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القرآنَ مَثَلُ الأ ُتْرُجَةِ رِيْحُها طَيِّبٌ و طَعْمُها طَيِّبٌ ، وَ مَثَلُ الـمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القرآنَ مَثَلُ التمْـرَةِ  لا َرِيْحَ لَها وَطَعْمُها حُلْوٌ  ، وَمثَلُ الْمُتافِقِ   الَّذِي يَقْرَأُ القرآنَ  مثَلُ الرَّيْحانَةِ رِيْحُها طَيِبٌ و طَعْمُها مُـرٌّ ، وَ مَثَلُ المنافقِ الذي لا يقرأُ القـرآنَ كَمَثَلِ الحَنْظَـلَةِ لَيْسَ لَها رِيْحٌ روَطَعْمُها مُـرٌّ}
“Perumpamaan orang mukmin yang selalu membaca al-Qur’an bagaikan buah “Utrujah” (sejenis lemon) baunya semerbak dan rasanya enak, dan perumpamaan orang mukmin yang tidak suka membaca al-Qur’an seperti buah “kurma”, tidak ada baunya tetapi manis rasanya. Dan perumpamaan orang munafik yang suka membaca al-Qur’an seperti buah “raihanah”, baunya harum tetapi rasanya pahit. Sedangkan orang munafik yang tidak suka membaca al-Qur’an seperti buah “pare” (bhs jawa) atau “parea” (sunda), tidak berbau dan pahit rasanya” HR Bukhari, 9: 58-59 dalam Kitab Fadloil al Qur’an, Muslim, no. 797, Kitab shalat Musafirin, rieayat at-Tirmidzi, no. 2869, dalam Kitab al-Amtsaal, Dan Abu Daud, no. 4830, Kitab al Adab..
{إِنَّ الله َ تعالَى يَـرْفَعُ بِهذَا الكِتابِ أَقْوامًـا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ }
“Sesungguhnya Allah Ta`ala mengangkat derajat beberapa kaum dengan sebab al-Qur’an (iltizam dan berpegang teguh dengannya) dan menghinakan beberapa kaum lainnya juga dengan sebab al-Qur’an (menjauh dan meninggalkan al-Qur’an). HR Muslim, no. 817, Kitab Shalat Musafirin, bab Fadllu qira’atil Qur’an dan surah al Baqarah.
Dari Abu Umamah al Baahili ra berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
{ اقْرَؤُوا القرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ الـقِيامةِ شَفِيْعًا لأَصْحابِهِ  }
Bacalah selalu al-Qur’an karena sesungguhnya dia akan dating pada hari kiamat sebagai pembela bagi orang yang selalu membacanya” HR Muslim, 804, dalam Kitab Shalat Musafirin.
Dari Ibnu `Umar ra dari Nabi saw, beliau bersabda:
 { لاَ حَسَدَ إِلاّ فِي اثْـنَتَيْنِ : رَجُلٌ آتاهُ الله ُ القُرْآنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ آناءَ اللّيْلِ و آناء التَّـهار ،
و رَجُلٌ آتاهُ الله ُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ آناء اللّيْلِ و آناء النهارِ}
“Tidak dibenarkan hasad (iri hati) kecuali kepada dua perkara, yaitu: (kepada) orang yang dikaruniai oleh Allah pengetahuan tentang al-Qur’an –dalam riwayat lain al-hikmah aytau al-ilmu – lalu dia melaksanakannya siang dan malam, dan seseorang yang Allah karuniai harta yang banyak lalu dia membelanjakannya siang dan malam (dijalan kebenaran, mengelolanya dengan penuh amanah karena takut binasa dengannya)” HR Bukhari, 9:65, Kitab Fadloil al-Qur’an, dan Muslim, 815, dalam Kitab Shalat Musafirin.
Dan dari `Umar bin al Khaththab ra, bahwa Nabi saw bersabda:
Dari Abdullah bin Mas`ud ra berkata, bahwa Nabi saw telah bersabda:
{مَنْ قَـرَأَ حَـرْفًا مِنْ كِتابِ اللهِ تعالى فَلَهُ (بِهِ) حَسَنَةٌ والحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثالِها ، لا أَقُوْلُ  الـم حَـرْفٌ ،
ولـكِنْ  أَلِـفٌ حَرْفٌ و لاَمٌ حَرْفٌ و مِيْمٌ حَرْفٌ}
Siapa yang membaca SATU HURUF dari Kitabullah (Al Qur’an, yang ada dalam ayat dan surat mana saja dalam 30 juz itu(, maka dia mendapat kebaikan dan setiap satu kebaikan sepuluh pahalanya. Aku tidak berkata alif lam mim itu satru huruf, tetapi alif itu satu huruf, lam itu satu huruf dan mim itu satu huruf “  HR at-Tirmidzi, no. 2912, Kitab Tsawabul Qur’an, juga diriwayatkan oleh ad-Darimi dll, dinyatakan shahih.
Catatan: satu huruf yang di surat Yasin nilai pahalanya sama dengan yang ada di surat lain, tak ada kelebihan dan keutamaan ayat yang satu terhadap ayat lain, surat yang satu dengan surat lainnya dalam al Qur’an 30 juz ini, kecuali jika ada dalil keutamaanya dari Al Qur’an maupun as-Sunnah yang shahih. Dan ternyata dari sekian banyak hadits yang menyebutkan keutamaan surat Yasin, baik yang dibaca pada malam jum`at atau kepada orang yang sedang sakit menghadapi kematian atau dalam tahlilal, SAMA SEKALI tidak ada yang shahih. Insya Allah nanti kita sampaikan hadits-haditsnya.

Kelebihan Al Qur’an Bagi Pengembannya:
1.    Diriwayatkan dari Ibnu Mas`ud al-Anshari al-Badari ra dari Nabi saw, beliau bersabda: “Yang (lebih hak) memimpin (menjadi Imam shalat dan pemimpin) suatu kaum adalah orang yang paling pandai membaca al Qur’an” (HR Muslim, no. 673, Kitab al-Masajid, at-Tirmidzi, no. 235, Kitab ash Shalah, Abu Daud, no. 582-583-584, Kitab ash Shalah, dan an Nasai, 2: 76-77, Kitab al Imamah..
2.    Dari Ibnu Abbas ra berkata: Para pembaca al-Qur’an merupakan anggota-anggota syuro – majlis musayawarah – Umar ibnul Khaththab ra, baik yang tua maupun yang muda” HR Bukhari, 8: 229, dalam Tafsir surat al-A`raf.
3.    Dan menurut Imam an Nawawi rahimahullah, bahwa menurut madzhab yang terpilih dan benar yang didukung oleh para Imam (`Ulama) terpercaya, bahwa membaca al-Qur’an lebih utama (afdlol) daripada membaca “tasbih” (Subhanallah) atau “tahlil” (Laa ilaaha illallah) dan lain-lainnya dari kalimat-kalimat Dzikir (kalimat Thayyibah), dan dalil-dalil tentang masalah ini telah jelas. Wallahu a`lam.

Kelemahan Hadits-Hadits Fadlilah Surat Yasin
( 1).{مَنْ قَـرَأَ يـس كُلَّ لَيْلَةٍ غُـفِرَ لَهُ} رواه البيهقي في شعب الإيمان.
“Barangsiapa yang membaca surat Yasin pada setiap malam, maka diampuni dosa-dosnya” HR al Baihaqi di dalam Kitabnya Syu`abul Iman. Derajat hadits ini “Maudlu`”.
(2). {مَنْ قَـرَأَ يـس فِيْ لَيْلَةٍ أَصْبَحَ مَغْـفُوْرًا لَهُ} رواه البيهقي وأبي نُعَيْم في الحلية.
“Barangsiapa yang membaca surat Yasin pada malam hari, maka pada waktu paginya ia mendapat ampunan” HR al-Baihaqi dan Abu Nu`aim di dalam Kitabnya al-Hilyah. Derajat hadits ini “Maudlu`”.
 (3). {مَنْ قَـرَأَ يَـس مَـرَّ ةً  فَكَـأَنَّـما قَـرَأَ الْقُرْآنَ مَـرَّتَيْنِ} رواه البيهقي في شعب الإيمان.
Barangsiapa yang membaca surat Yasin satu kali, maka seolah-olah ia membaca al Qur’an dua kali” HR al-Baihaqi dalam Syu`abul Iman. Derajatnya: Maudlu`.
(4). {مَنْ قَـرَأَ يـس مَـرَّةً فَكَـأنَّما قَـرَأَ الرْآنَ عَـشْرَ مَـرَّاتٍ} رواه البيهقي في شعب الإيمان.
Barangsiapa yang membaca surat Yasin satu kali, maka seolah-olah ia telah membaca al Qur’an 10 kali” HR al-Baihaqi dalam Syu`abul Iman. Derajatnya: Maudlu`

Catatan: Keempat hadits di atas dapat dilihat dalam Kitab:
1.    Jami`ush shaghir oleh Imam As-Suyuthi, jilid 2 bagian huruf “mim”, hal. 178.
2.    Dla`if (lemah) Jami`ush Shaghir wa Ziyadatihi, oleh Muhamamd Nashiruddin al Albani di bagian huruf “mim”.
(5). {إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا وَقَلْبُ القرآنِ يـس ، وَمَنْ قَـرَأَ يس كَتَبَ الله ُ بَهُ بِقِرَاءَ تِها قِـرَاءَ ةَ القرْآنِ عَـشْرَ مَـرَّاتٍ}
“Sesungguhnya bagi setiap sesuatu itu mempunyai hati, dan hati al-Qur’an itu adalah surat Yasin. Oleh karena itu barang siapa yang membaca surat Yasin, maka Allah akan memberikan pahala bagi bacaannya itu sama seperti pahala membaca 10 kali Qur’an” HR at-Tirmidzi. Derajatnya: Dlo`if jiddan (sangat lemah).

Lihatlah Kitab-Kitab:
1.    Sunan Tirmidzi jilid 4 hadits nomor 3048 hal. 337.
2.    Silsilah Dla`ifah wal maudlu’ah (serial hadits lemah dan palsu) jilid I hal. 202, hadits nomor 169, oleh Muhamamd Nashiruddin al Albani.
 (6). {إِقْـرَءُوْا  يـس عَلَى مَوْتاكُمْ} رواه أبو داود وابن ماجه والنسائي.
“Bacakanlah surat Yasin untuk orang-orang yang akan mati diantara kalian” HR Abu Daud, Ibnu Majah dan an Nasa’ii. Derajatnya: Dlo`if.
Lihatlah Kitab-Kitab:
1.    Sunan Abu Daud nomor 3121.
2.    Aunul Ma`bud (Syarah Sunan Abu Daud) jilid 8 hal. 390 hadits nomor 3105.
3.    Sunan Ibnu Majah nomor hadits 1448.
4.    Tafsir Ibn u Katsir jilir I hal. 32 dan jilid 3 hal. 562.
5.    Nailul Authar jilid 4 hal. 52, oleh Imam Syaukani.
6.    Subulus Salam (Syarah Bulughul Maram) jilid 2 hal. 90.
7.    Ahkamul Janaa’iz hal. 11 di masalah ke-15, oleh Muhammad Nasyiruddin al Albani.
 (7) {يس قَيْبُ القْرآنِ ، لاَ يَقْرَءُها رجُلٌ يُرِيْدُ الله َ والدَّارَ الآخِرَةِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ وَاقْـرَأُوْها عَلَى مَوْتـاكُمْ}
Surat Yasin itu hati Qur’an, tidak membacanya seseorang karena Allah dan negeri akhirat, melainkan dia akan diampuni. Oleh karena itu bacakanlah surat Yasin itu untuk orang yang akan mati diantara kamu” HR Imam Ahmad bin Hanbal. Derajatnya: Dlo`if .
Lihatlah Kitab-Kitab:
1.    Fathur Rabbani tartib Musnad Ahmad bin Hanbal jilid 7 hal. 63, oleh Ahmad Abdurrahman al Banna.
2.    Nailul Authar jilid 4 hal. 52. Dan Kitab-Kitab tesebut dalam hadits 6 di atas.


Keterangan Hadits 1 s/d 7:
Hadits 1 dan 2 adalah hadits maudlu` (hadits buatan) yang tidak ada asal-nya. (Periksa kitab-kitab: Al-Maudlu`aat jilid 1 hal. 246 dan 247, oleh Imam Ibnul Jauzi.
Hadits 3 dan 4 tidak diketahui asalnya (jelasnya hadits ini maudlu`). Selain itu kedua hadits ini bertentangan.
Hadits ke 5 diriwayatkan oleh Tirmidzi yang bentuk sanadnya begini:
a.     Tirmidzi terima dari:
b.    Qutaibah dan Sufyan bin Waki`, keduanya terima dari:
c.     Humaid bin Abdurrahman, dari:
d.    Hasan bin Shalih, dari:
e.    Harun Abi Muhamamd, dari:
f.      Muqatil bin Hayyan dari:
g.    Anas bin Malik dari:
h.    Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam.
Imam Tirmidzi setelah meriwayatkan hadits ini berkata, “Harun Abi Muhammad” (nomor d) adalah seorang Syaikh yang majhul (yakni  tidak dikenal sifat dan keadaan diri nya oleh ahli hadits). Artinya sebenarnya Tirmidzi sendiri melemahkan hadits ini.
Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Tahdzibut Tahdziib juga menerangkan perkataan Imam Tirmidzi tersebut. Dan Imam Abu Hatim menyangkal, bahwa Muqatil yang ada di sanad hadits ini bukan Muqatil bin Hayyan, tetapi Muqatil bin Sulaiman salah seorang pendusta.

Hadits ke 6: Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Ibnu Majah dan an Nasa’ii. Yang dalam sanadnya pasti kita dapati nama-nama:
a.     Sulaiman at Taimi. Dari:
b.    Abi Utsman, dari:
c.     Bapaknya, dari:
d.    Ma`qil bin Yasar, dari:
e.    Nabi shallallahu `alaihi wasallam.

Dalam hadits ini ada dua orang yang perlu kita bicarakan:
(1). Abi Utsman. Dia adalah seorang rawi yang majhul. Kata Ibnu Hajar, dia itu namanya Sa`ad. Kata Imam Ibnul Madani, “Tidak ada yang meriwayatkan dari Abi Utsman ini selain Sulaiman at Taimi (Lihat Tahdzibut Tahdziib jilid 12 hal. 163, oleh Ibnu Hajar).
Kata Imam al Mundzir, “Abi Utsman dan Bapaknya bukanlah orang yang masyhur (terkenal di kalangan ahli hadits); (Lihat Aunul Ma`bud, syarah Abu Daud, 8/ 390.
Kata Imam Nawawi, “Isnad hadits ini dlo`if, di dalamnya ada dua nama yang majhul, yaitu Abu Utsman dan Bapaknya.
(2) Bapaknya (Abi Utsman). Dia adalah perawi yang mubham (perawi yang ada di sanad satu hadits yang tidak disebut namanya), Dia ini juga dikatakan “majhul” oleh ulama-ulama ahli hadits, karena selain tidak diketahui namanya juga tidak diketahui keadaan dirinya.. Maka berdasarkan criteria seleksi hadits, maka hadits ini karena dalam sanadnya ada 2 orang tersebut, maka jelaslah akan “kelemahan” hadits ini, dan tidak bisa dijadikan dalil dalam amalan. Adapun  orang-orang yang menjadikan hadits 6 dan 7 sebagai dalil dalam membaca surat Yasin di sisi orang telah mati. Padahal kalimat “mautaakum” yang dikehendaki di dalam kedua hadits itu ialah orang yang “hampir mati” dan bukan yang “telah mati”. (Karena al Qur’an itu diturunkan sebagai peringatan bagi orang-orang yang hidup, lihat surat Yasin ayat: 70).  لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَـيًّا ... . Dan juga perhatikan sabda Nabi saw dalam hadits shahih, seperti :
لَقِّـنُوْا مَوْتَاكُـمْ لاَ إِله إلاّ الله ُ
“Ajarkanlah oleh kamu orang-orang yang akan / hampir mati di antara kamu: Laa ilaaha illallah” Hadits Shahih riwayat Muslim, Abu Daud, Nasa’ii, Ahmadm Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Tentu yang dimaksud oleh Nabi saw kata “mautaakum” di sana adalah orang yang hampir mati, bukan yang telah mati. Sebab, yang dikehendaki Nabi saw adalah agar orang yang hendak mati tersebut dapat mengucapkan kalimat tauhid Laa ilaaha illallah sebagai kalimat paling akhir yang diucapkan seorang hamba. Tentu melalui tuntunan dan ajaran yang dilakukan oleh orang hidup ketika mendampingi orang yang hendak mati tersebut, Inilah yang disebut dengan “talqin”, dan bukan sibuk dengan membacakan Yasin.  Hal ini sejalan dengan sabdanya:

مَنْ كَانَ آخِرُ  كَلاَمِـهِ لاَ إِلهَ إلاَّ الله دَخَـلَ الجَـنَّةَ 

Barangsiapa yang akhir perkataannya: Laa ilaaha illallah, maka ia akan masuk Surga” Hadits hasan riwayat Hakim, Ahmad dan lain-lainnya.
Akan tetapi jelaslah karena kedua hadits di atas: ke 6 dan ke 7 itu berderajat dlo`if (bukan sabda Nabi saw) maka semua cara tidak boleh dilakukan. Mksudnya: baik membacakan Yasin di sisi orang yang hampir mati maupun yang telah mati, karena tak ada contoh dan perintahnya dari Rasulullah saw. Hal yang demikian menurut agama kita yang mulia ini dinamakan “mengada-adakan hal baru dalam agama yang bukan  dari Nabi saw” (Bid`ah).

(Sumber: Al-Masail I, Abdul Hakim bin Amir Abdad, hal.284-291, Daar As-Sunnah Jakarta, cet. Ke-5, Thn, 1426 H / 2005 M):




0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------