SEBAB-SEBAB YANG MENDATANGKAN KEBAHAGIAAN
DAN SIFAT-SIFAT ORANG YANG BAHAGIA

     Bila seseorang ingin menggapai kebahagiaan, sudah semestinya-lah dia mencari dan mengambil sebab-sebab untuk mendatangkannya, seperti apa yang telah dikemukakan oleh seprang penyair :
Anda mengharap-harap keselamatan
sementara anda tidak meniti jalan yang semestinya
Sesungguhnya kapal itu tidak bisa melaju
di atas daratan yang kering…

Kini mari kita bahas beberapa faktor penyebab yang mendatangkan kebahagiaan dan sifat-sifat orang yang bahagia. Semoga Alloh memberikan taufik kepada kita untuk menjadikan faktor-faktor tersebut ada pada diri kita, karena Dia lah Maha Pemberi lagi Mulia.

Pertama : Iman kepada Alloh dan beramal sholeh
Alloh Ta’ala berfirman :

Barang siapa yang melakukan amal sholeh baik laki-laki maupun perempuan, sedang dia seorang mukmin, maka ia akan memperoleh kehidupan yang baik ( An Nahl : 97 )
     Tentunya kita semua menginginkan kehidupan yang baik, karena itu sudah sepantasnya kita melakukan amal-amal sholeh disertai dengan keimanan. Alloh berfirman :

Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat serta beramal sholeh, maka dia tidak merasa takut kepada mereka ( orang-orang kafir ) dan tidak mula merasa sedih ( Al Maidah : 69 ).
Dalam hadist Abi YAhya Shuhaib bin Sinan Ar Rumi RA. Rosululloh saw bersabda :

Sungguh menakjubkan kepribadiaan seorang mukmin itu, sebab perkara yang menimpa dirinya dianggap baik, hal itu hanya terjadi pada diri seorang mukmin. Manakala ia memperoleh kenikmatan ia bersyukur, yang dengan syukurnya ia memperoleh sesuatu yang lebih baik. Dan manakala ia ditimpa kesusahan ia pun bersabar, yang dengan kesabaraya itu menjadi penghibur  ( lebih baik ) baginya ( HR. Muslim 18/25 )

     Rosululloh saw ketika beliau memperoleh saat-saat ketenangannya, dapat istirahat dan merasakan lezatnya adalah pada saat melaksanakan sholat dan ketaatan. Beliau bersabda :
Tegakkanlah sholat wahai Bilal, sebab saya pun mengistirahatkan diri ( dari kepenatan ) dengan melakukan sholat ( HR. Ahmad dan Abu Daud )

Diantara kita ada juga yang sering berkata : Kami istirahat dari ( melakukan ) sholat, karena
kami sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan ( hingga ) tak ada waktu lagi untuk melakukan sholat
Padahal Rosululloh saw bersabda :

Dijadikannya Qurrotu ‘aini ( permata hati ku ) muncul dan hadir dalam waktu sholat ( HR. Ahmad dan An Nasa’I )
     Lalu kita perhatikan contoh dalam kehidupan nyata, dan akan kita lihat bagaimana keimanan seseorang itu mendorongnya untuk melakukan sesuatu, yang menjadikan pada dirinya rasa bahagia yang tumbuh dalam segala keadaan.

     Ibnu Taimiyyah rahimahulloh -pada masa hidupnya- pernah disiksa, dipenjara, diusir, namun beliau hanya berkata :
“ Apa sebenarnya yang diperbuat musuh-musuh atasku, sementara surgaku dan tamanku ada pada dadaku.
   Dalam rihlahku maka iman pada dadaku tak berpisah denganku, Rumah tahanan bagiku adalah tempat aku berkhalwat ( dengan Nya ).
   Terbunuhnya aku ( dalam mempertahankan al-haq ) adalah syahid bagiku. Dan pengusiran
  ( musuh-musuh Islam ) atas diriku, adalah rekreasi bagiku”.

Perkataan ini disampaikannya ketika dia berada di tempat pengasingan (kediaman sementara) nya di Damaskus pada akhir fase “yang paling pahit “ dalam jihad-jihadnya.
Demikianlah, Syaikhul Islam “menutup jalan-jalan “ dalam menghadapi musuh-musuhnya dengan ucapannya yang abadi, yang membuat mereka kesal. Inilah jalan yang mesti dipersiapkan bagi setiap orang mukmin, iman dan amal sholih yang dapat menyinari jalan baginya. Hal ini tak dapat diperoleh kecuali bagi orang-orang yang besar dan mempunyai himmah yang tinggi.

Kedua : Mengimani qadla dan qadar, baik dan buruknya
Qadla dan qadar, yang baik dan yang buruk, semuanya datang dari sisi Alloh SWT. Maka ketahuilah olehmu, bahwa apa-apa yang menimpamu tidak terjadi karena kekeliruanmu, dan apa-apa yang membuatmu keliru tidakklah menjadi ( penyebab ) yang mendatangkan musibah atasmu.
Sifat ini merupakan sifat terpenting bagi orang-orang yang berbahagia. Dengan demikian tidak mungkin seseorang memperoleh kebahagiaan kecuali bagi orang yang beriman kepada Alloh dan qadla qadarNya, ridho atas pembagian ( nasib ) Nya, Sebab manusia dalam kehidupan ini haruslah waspada dalam menerima malapetaka dan musibah. Sebab ijika tidak beriman kepada qadla dan qadar Alloh, maka akan celakalah ia.

Berikut ini saya berikan satu contoh profil orang yang beriman kepada qadla dan qadar ;
Adalah Urwah bin Zubair rahimahulloh, ketika orang-orang ingin memotong kakinya yang terkena penyakit kanker dan berkata kepadanya. “Agar kami bisa memotong kaki anda tanpa anda merasakan sakit terlebih lagi setelah mereka telah memotong kakinya. Lalu dibalurkan minyak untuk menghentikan aliran darahnya -haruslah anda minum tuak dulu.

Bagaimana sikap dia dalam hal ini ? Dengan serta merta dia menolak dan berkata. “Tidak, apakah dia ( tuak ) akan melalaikan hatiku dari mengingat kepada Alloh ?”
Lalu mereka berkata, “ Jika anda menolak lalu apa yang mesti kami perbuat ?”
Ia berkata, “ Saya akan tunjukkan cara lain, yaitu jika aku sedang melakukan sholat, maka kerjakanlah apa yang ingin kalian lakukan.”
Sebab hatinya - kala itu- menggantungkan sepenuhnya kepada Alloh, sehingga ia tidak merasakan apa-apa ketika pemotongan itu dilakukan.

Pekerjaan itu mereka lakukan ketika ia mulai takbir, mereka memotong dari bagian atas lutut dan dia tidak bergerak. Namun manakala mereka meletakkan kakinya di dalam minyak, jatuhlah ia pingsan. Spontan orang-orang mengatakan padanya. “Alloh memberikan kebaikan atas ketabahanmu menyangkut kaki anda ini, dan Alloh pun memberikan kebaikan atas ketabahanmu menyangkut anak anda .”
Anaknya memang telah meninggal dunia, lalu apa yang telah ia katakana?
Ia berkata dengan penuh kepasrahan dan keimanan pada qadla, “ Alhamdulillah, ya Robbku, jika Engkau yang menguji pastilah Engkau pula yang memberi kesehatan. Dan jika Engkau yang mengambilnya, maka Alloh  pulalah yang berkenan memberikan dan yang menyelamatkannya.”
Inilah yang namanya beriman secara benar dengan qadla dan qadar. Mereka, orang-orang yang bertakwa dan patuh kepada Alloh, mereka pasrah sepenuhnya atas masyi’ah ( kehendak ) Alloh Ta’ala.

Sifat-sifat yang baik itu  tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar ( Fushshilat : 35 )

Ketiga : Ilmu sayri’at
     Para ulama yang arif ( benar-benar ) mengenal terhadap Alloh, meeka itulah orang-orang yang berbahagia.
     Kepadamu, wahai saudaraku, aku ceritakan sebuah kisah yang berkaitan dengan kedudukan ulama seperti ini, yaitu sebuah kisah tentang seseorang ulama zuhud, Abul Hasan  Az Zahid.
     Ketika seseorang bertanya kepadanya, “ Tidaklah anda takut terhadap macan ? “ ia menjawa, “ tidak, sebab Alloh sudah cukup bagiku, Dial ah yang melindungiku. “. Inilah sebenarnya yang disebut dengan kebahagiaan hakiki, yang merupakan pengaruh langsung dari keimanan dan ilmu yang bermanfaat. Inilah suatu lapangan yang selalu diburu oleh setiap manusia.

 Inilah pendirian Ail Hasa, yang mengingatkan kita akan pendirian seorang sahabat besar Hubaib bin Ady ra. Ketika ia ditawan oleh kaum musyrikin. Sebelum mereka membunuhnya, mereka berkata kepadanya, “ apakah ada keperluan yang anda inginkan sebelum anda mati ? “
Maka ia meminta sedikit waktu kepada mereka untuk diberikan kesempatan melakukan sholat dua raka’at. Mereka pun memberikan waktu barang sebentar, lalu Hubaib melakukan sholat dua raka’at –ia adalah orang pertama yang melakukan sholat sebelum dieksekusi- setelah selesai sholat ia berkata, “demi Alloh, andaikan aku tidak takut atas prasangka mereka bahwa ( seolah-olah ) aku ingin menunda atau merasa gelisah atas eksekusi ini , pasti aku panjangkan sholatku.”

Dan ketika mereka mengangkatnya untuk menyalibnya dan memenggalnya, mereka lantas bertanya, “ Apakah kamu suka jika Muhammad menggantikan posisimu, sementara kamu ( tetap hidup ) bersama keluargamu ? “ “ Demi Alloh”, katanya , “ sungguh aku tidak suka dan tidak rela Muhammad saw walau terkena duri sekalipun, sementara aku bersenang-senang menikmati hidup bersama keluargaku…”
Perhatikanlah, wahai saudaraku, betapa hebatnya kekuatan keyakinan dan kerasnya pendirian orang-orang mukmin.

Kemudian ia berkata, “ Ya Alloh susutkanlah bilangan mereka dan musnahkanlah mereka sampai binasa…”
Dengan keteguhan tekad dan kepasrahan kepada Robbnya, ia menghadapi kematian ( syahidnya ) dengan melantunkan sajak-sajak :
MAti bagiku tak menjadi soal…
Asalkan ada dalam ridho dan rahmat Alloh…
Dengan jalan apa pun kematian itu terjadi …
Asalkan kerinduan kepadanya terpenuhi…
Ku berserah diri kepada Nya…
Sesuai dengan kehendak takdir Nya…
Semoga berkah dan rahmat Alloh tercurah…
Pada setiap sobekan aging dan darah.

Sungguh luar biasa, berani, heroik, dan begitu kuatnya keyakinan sahabat anshor yang satu ini. Mengakhiri kehidupannya dengan melakukan sholat sunnah dengan penuh keteguhan, menantang mereka dengan tegar, mendo’akan atas kejelekan mereka dengan teguh sambil melantunkan bait-bait sajaknya.

Keempat : Memperbanyak mengingat Alloh dan membaca Al-Qur’an
Alloh SWT berfirman :

Hanya dengan mengingat Alloh sajalah hati menjadi tenang ( Ar Ra’du : 28 )
     Sungguh, orang yang mendawamkan ( kontinyu ) dalam berdzikir kepada Alloh, ia hidup dalam kebahagiaan dan tenteram dalam hatinya. Adapun orang yag berpaling dari peringatan Alloh ia hidup dalam kegelisahan dan kegundahan.
Alloh SWT berfirman :

Barang siapa yang berpaling dari peringatan ( pengajaran ) Alloh Yang Maha Pemurah ( Al Quran),  kami adakan baginya syetan ( yang menyesatkan ) maka syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya ( Az Zukhruf : 36 )
FirmanNya lagi:

Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan Ku, maka baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta ( Thaha : 124 )

Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membantu hatinya untuk mengingat Alloh. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata ( Az Zumar : 22)

Kelima : Berlapang dada dan menghindarkan hati dari penyakit yang merusak
Di dalam Al Quran terdapat banyak ayat yang menerangkan tentang kedudukan ‘lapang dada’ ini. Dimana Alloh telah menceritakan tentang Musa as. Dengan firmannya ( sebagai do’a yang diucapkan oleh Musa as. ) :
Ya Robbku lapangkanlah dadaku ( Thoha : 25 )
Dan juga ketika memerintahkan Rosululloh saw untuk terus meningkatkan kualitas jati dirinya :

Bukankah Kami telah melapangkan dadamu ? ( Al Insyiroh : 1 )
Alloh Ta’ala juga berfirman :

Barang siapa yang Alloh kehendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya       Dia akan melapangkan dadanya untuk ( memeluk ad dien ) Islam ( Al An’am : 125 )

Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Alloh hatinya untuk ( menerima ) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Robbnya ( sama dengan orang yang membantu hatinya ) ? ( Az Zumar : 22 )
Jelaslah, berlapang dada, terbukanya hati dan tuntutan atas semuanya itu adalah termasuk tanda-tanda kebahagiaan yang sekaligus merupakan sifat bagi orang yang bahagia.

Keenam: Berbuat baik kepada sesame manusia
Ini adalah suatu hal yang telah teruji dan realistis. Sungguh akan kita dapati orang yang berbuat baik kepada sesama manusia itu adalah orang yang paling berbahagia dan yang bisa diterima oleh banyak penduduk bumi ini.
Ketujuh n: Memandang orang yang berada di bawah dalam perkara duniawi dan melihat orang yang berada di atas dalam perkara akhirat.

Hal ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Rosululloh saw dalam sebuah hadistnya :
Lihatlah orang yang berada di bawahmu, dan janganlah kamu melihat orang yang berada di atasmu. ( cara ) inilah yang layak dilakukan  ( oleh orang mukmin ) agar tidak menghinakan anugerah nikmat Alloh ( HR. Muslim dalam bab Az Zuhud ).

Dalam perkara duniawi, jika anda melihat orang yang berada di bawah anda ( dalam status sosialnya ), maka anda akan mengetahui ( pentingnya mensyukuri ) karunia Alloh yang diberikan pada anda.
Adapun dalam perkara yang menyangkut akhirat, maka hendaknya anda melihat ( gigihnya ) kalangan yang berada di atas anda, agar anda mengetahui betapa sedikit dan terbatasnya ( persiapan akhirat ) yang anda miliki. Janganlah anda melihat orang yang telah rusak binasa bagaimana ia bisa binasa, namun lihatlah orang yang selamat bagaimana dia bisa selamat.

Kedelapan : Membatasi angan-angan dantidak bergantung kepada dunia disertai persiapan diri untuk menyongsong akhirat.

Syaikh Abdurrahman As Sa’ady rohimahulloh berkata dalam kalimat yang singkat :
“kehidupan itu singkat adanya, maka janganlah anda menghabiskannya dengan lamunan dan kesuraman “ ( tafsir Taisirul Karim ‘l Rahman fi Kalamil Mannan )
Di sinilah, wahai saudaraku, adanya konflik kepentingan yang berharga dari sekelompok manusia, antara orang-orang yang menyongsong ( dari ketamakan duniawi ) dan orang-orang yang mempersiapkan diri untuk menyambut hari pengembaraan di akhirat nanti.

Sekelompok orang sholih sedang duduk-duduk ( dalam majlis, peny .) saling mengingatkan dan bertanya dalam hal membatasi angan-angan palsu. Salah seorang dari mereka ditanya : apa yang bisa anda sampaikan berkenaan dengan membatasi angan-angan ini? Ia menjawab : Maksudnya adalah, jika aku telah mengangkat ( memasukkan ) sesuap nasi ke mulutku, aku tidak tahu apakah setelah itu aku sanggup memakannya atau tidak.

Lalu diajukan lagi kepada yang lainnya dengan pertanyaan yang sama. Dan yang ditanya menjawab dengan jawaban yang tak jauh beda dengan jawaban yang pertama. Lalu ketika orang yang ketiga ditanya tentang hal yang sama, ia menjawab : jika ruh telah keluar dari diriku, aku tidak tahu apakah ruh itu akan kembali lagi atau tidak.

Wahai saudaraku, sesungguhnya kehidupan itu sangatlah pendek, maka janganlah anda menambahnya menjadi lebih pendek dengan lamunan-lamunan dan kesuraman-kesuraman lainnya.
Yakin bahwa kebahagiaan hakiki seorang mukmin adanya di akhirat dan bukan didunia fana ini
Alloh SWT berfirman :

Adapun orang-orang yang bahagia tempatnya di surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali juka Robbmu menghendaki ( yang lain ), sebagai karunia yang tak terputus-putus ( Huud : 108 )
Dan Rosululloh saw bersabda :

Kesembilan : Dunia itu penjara bagi orang mukmin, dan surge bagi orang kafir

Ada kisah menarik tentang hadist ini yang menyangkut Ibnu Hajar rohimahulloh.
Pada suatu hari Ibnu Hajar keluar ( tugas, peny. ) dengan kewibawaannya -sebagai ketua pengadilan di Mesir- tiba-tiba datang seorang Yahudi dengan keadaan papa lalu berkata kepadanya : Berdirilah. Lalu Ibnu Hajar pun berdiri, Yahudi itu berkata lagi : Bagaimana anda menafsirkan perkataan rosul anda tentang “ dunia itu penjaranya orang mukmin dan surganya orang kafir”. Apakah anda tidak melihatku dalam keadaan papa padahal aku ini seorang kafir ? sementara anda sendiri berada dalam kenikmatan dan berkedudukan mulia padahal anda seorang mukmin??

Ibu Hajar menjawabnya : anda dengan kesengsaraan dan ke-papa-an, hidup anda adalah ( dalam rangka ) merasa berada di surga ( dunia ), sementara adzab pedih menunggu anda di akhirat jika anda mati dalam keadaan kafir. Sementara aku dengan kedudukanku yang agung ini -juka Alloh memasukkan aku ke surga - maka kenikmatan duniawi ( sebagai hakim, atau jabatan lainnya ) ternilai sebagai penjara jika dibandingkan dengan kenikmatan yang bakal Alloh berikan di akhirat kelak ( di surge yang kekal )
Lalu Yahudi itu bertanya ( merasa heran ) : Apa benar demikian ? Ibnu Hajar menjawab : Ya, benar lalu si Yahudi itu mengucapkan dua kalimat syahadat.

Kesepuluh : Memilih teman yang baik dan kawan akrab yang sholeh
Tak seorang pun yang dapat mengingkari dampak teman dekat terhadap diri temannya, ini kenyataan dan telah teruji oleh pengalaman yang terjadi dimana-mana sepanjang sejarah manusia.
Dalam masalah ini Rosululloh saw bersabda :

Perumpamaan pendamping orang sholih dan pendamping orang jahat, bagaikan seorang penjual minyak wangi dan tukang patri ( pandai besi ). Penjual minyak wangi, bila ia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium harumnya. Sedangkan seorang pandai besi, bila kamu tidak terjilat apinya, maka kamu akan terkena asapnya yang kotor (Muttafaq‘alaih ).

Kesebelas : Istri yang sholehah dan suami yang sholeh

Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rosululloh saw :

Dunia itu tempat bersenang-senang, dan sebaik-baiknya tempat bersenang-senang adalah istri yang sholihah ( HR. Muslim ).

Keduabelas : Ketahuilah, bahwa gangguan manusia adalah baik bagimu dan tidak berarti

Ibrohim At Taimy berkata :
“Sesungguhnya seseorang benar-benar telah menganiaya saya, namun saya pun tetap   berkasih sayang padanya”.

Kita ketahui bahwa Ibnu Taymiyyah adalah orang yang diperlakukan jahat oleh sejumlah ulama dan kalangan lainnya pada waktu itu, yang akhirnya ia dipenjara di Iskandariyah. Namun ketika ia keluar dari tahanan itu, orang bertanya kepadanya : Apakah anda berkeinginan untuk membalas terhadap orang-orang yang telah berlaku jahat kepadamu ? Ia menjawab : Aku telah menghalalkan setiap orang yang menzholimi-ku dan aku telah mema’afkannya.
Ia telah menghalalkan ( bahkan mema’afkan mereka ), sebab ia tahu bahwa kebahagiaan ( yang ia inginkan itu ) adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat ( bukannya berbahagia dalam menuntut balas).

Demikian juga cerita tentang Fudzail bin Masjidil Harom ( Makkah ) datang seorang Khurrasan sambil menangis. Ia bertanya kepada orang itu : Mengapa anda menangis ? orang itu menjawab  : uangku yang beberapa dinar musnah dan aku ketahui bahwa seseorang telah mencurinya lalu aku menangis karenanya. Ibnu ‘Iyadl bertanya lagi : Apakah anda menangis gara-gara dinar ini ? ia menjawab : tidak , aku menangis karena aku tahu bahwa aku akan berdiri menghadap Alloh bersama si pencuri nanti. Oleh karenanya aku merasa kasihan kepadanya sehingga aku menangis.

Salah seorang salaf menceritakan, bahwa seseorang telah mengumpatnya, lalu ia mencari sebuah hadiah yang bagus dan sesuai dan pergi menemui orang yang mengumpatnya untuk menyampaikan hadiah itu padanya. Orang tersebut menanyakan tentang hadiah ini. Lalu orang salaf itu menjawab : sesungguhnya Rosululloh saw telah bersabda,

Barang siapa yang berbuat ma’aruf atasmu maka cukupilah (balaslah dengan sempurna ) atasnya.
Dan aku menghadiahkan sesuatu untukmu sebenarnya karena kebaikan-kebaikanmu, dan aku tidak memiliki imbalan yang memadai kecuali ( hadiah ) duniawi ini.  Maha Suci Alloh.

Ketigabelas : Biasakan menggunakan kalimat thoyyibah dan menolak kejahatan dengan kebaikan

Alloh SWT berfirman :

Dan tidaklah sama antara kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang berada diantaramu dan diantaranya ada permusuhan seolah telah menjadi teman yang sangat setia ( Fushilat : 34 )
Maka lakukanlah dengan seksama, wahai saudaraku yang budiman , petunjuk ilahiyyah yang agung ini :

Dan apabila bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan ( diri ) nya ( Al Furqon : 72 )

Keempatbelas : Berlindung kepada Alloh Azza wa Jalla dan banyak berdoa
Perbuatan ini merupakan petunjuk Nabi saw yang telah bersabda melalui doanya :

Ya Alloh, perbaikilah ( caraku dalam ) beragama yang menjadi pelindung bagi seluruh urusanku. Perbaikilah cara kehidupanku duniaku yang merupakan mata pencaharianku. Perbaikilah urusan akhiratku, tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupanku dalam membekali kebaikan-kebaikan bagiku, dan jadikanlah wafatku sebagai peristirahatan dari perbuatan kejahatan ( HR. Muslim, hadist 4017 ).
Beliau kadangkala juga berdoa engan kata-kata :

Ya Alloh aku berharap sangat akan rahmatMu. Perbaikilah segala urusanku, dan janganlah digantungkan pada diriku sendiri walau sekejap mata. Dan tidak ada Ilah kecuali Engkau.
Dan juga disebutkan di dalam atsar, beliau berdoa :

Ya Alloh aku berlindung kepadaMu dari ragu-ragu bertindak dan kesedihan. Dan aku berlindung kepada Mu dari sikap pesimis dan bermalas-malasan. Dan aku berlindung kepadaMu dari sifat pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepadaMu dari kekalahan hutang dan penindasan ( tindak sewenang-wenang ) orang-orang terhadapku ( HR. Abu Daud ).



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------