Thariqah Ahlus sunnah Dalam Ibadah Kepada Allah (Lanjutan)
PRINSIP DASAR IBADAH (USHULUL IBADAH):
Ibadah itu dibangun di atas tiga dasar (prinsip dan fondasi)), yaitu:
CINTA (Al Hubb) – TAKUT (Al Khauf) – BERPENGHARAPAN (Ar Raja’).
Ketiga prinsip ini sebenarnya diambil dari surat al Fatihah, ayat 1, 2 dan 3.
“Segala puji[1] bagi Allah, Tuhan semesta alam[2].
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Yang menguasai[3] di hari Pembalasan[4].
.[1] Alhamdu (segala puji). memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati: menyanjung-Nya karena perbuatannya yang baik. lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.
[2] Rabb (tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.
[3] Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim,ia berarti: pemilik. dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.
[4] Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.
Kita MENCINTAI Allah karena Dialah yang telah menciptakan kita, member rezeki kepada kita dengan berbagai nikmat (materi) dan minnah (seperti pengutusan Rasulullah), karena Dia itu Raabul `Alamin, kita pun memujiNya dan mencintai-Nya.
Kita memiliki harapan kepada Allah (BERPENGHARAPAN), karena Dia itu Maha Rahman lagi Rahim, Mahapemberi (pemurah) kepada semua makhluk-Nya tanpa memilah dan memilih iman atau kufur, jamadi atau hewani atau nabati, Namun Dia Mahapenyayang kepada hamba-hambaNya yang mukmin berupa janji Surga Nya dan me,ihat wajah-Nya kelak di Surga.
Dan kita pun TAKUT (Al Khauf) kepada-Nya, karena Dia itu “Maliki Yaumiddin” (Penguas tunggal di hari pembalasan). Kita akan dibalas dengan adzab yang sangat pedih apabila kita selama di dunia ini menentang-Nya, maksiat kepada-Nya dan berlaku durhaka kepada-Nya.
Iyyaka na`budu, maknanya aku beribadah kepada-Mu ya Rabbi dengan memenuhi ketentuan yang tiga ini: karena Cinta, Harapan dan rakut kepada-Mu. Dan ketiga inilah yang disebut dengan Ushul Ibadah. (atau ada yang menyebut sebagai Arkanul Ibadah).Maka memalingkan ibadah kepada selain Allah itu syirik. Dan ketiga prinsip ini membantah cara ibadah orang yang hanya menujukannnya kepada salah satunya saja, baik karena mahabbah saja, atau karena roja’nya saja atau karena khaufnya saja. |
Dan barangsiapa yang memalingkan salah satu dari ketiga prinsip tersebut kepada selain Allah, maka ia telah berlaku syirik dalam ibadah. Prinsip yang digenag ahlus sunnah inilah sekaligus untuk membantah ketiga golongan yang mendasarkan ibadah hanya pada salah satu dari ketiganya. Sebut saja kaum sufisme beribadah hanya karena “mahabbah” kepada Allah semata, dan kaum murji’ah mendasarkan ibadahnya hanya pada “ar raja’ “ (pengharapan saja) yaitu berharap janji dan pahala semata tanpa adanya mahbbah dan al khauf pada ancamanNya. Adapun kaum khawarij mendasarkan ibadahnya hanya kepada prinsip “al khauf” saja, yaitu karena takutnya kepada Siksa Allah yang sangat pedih, tanpa disertai mahabbah dan ar raja’. |
Oleh karena itu, dalam aqidah Ahlus sunnah wal jama`ah, mereka memandang bahwa dalam ayat “Iyyaka na`budu wa Iyyaka nasta`in” itu terdapat tauhid uluhiyah dan rububiyah. Pada “Iyyaka na`budu” ada tauhid uluhiyah, dan iyyaka nasta`in ada tauhid rububiyah. Adapun dalam ayat ke-6 nya:
“Tunjukilah[*] Kami jalan yang lurus, [*] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik. Sebagai dalil yang membantah kepada prinsip ibadahnya kaum ahli bid`ah. Dan pada ayat terakhir di surat al Fatihah, maka Allah membagi manusia iru ke dalam tiga kelompok, yaitu: kelompok yang Allah berikan nikmat kepada mereka, kelompok yang dimurkai dan kelompok yang sesat. Yang pertama itu Ahlus sunnah wal jama`ah, yang kedua adalah yahudi dan ketiga adalah Nashara. Dengan demikian, maka “al maghdlub `alaihim” adalah kelompok dimana mereka itu memiliki ilmu tepai tidak mengamlkannya. “Adl Dlallin” adalah ahlu ibadah yang tidak didasari oleh ilmu, sekalipun ayat ini sebab turunnnya berkenaan dengan watak yahudi dan Nashrani, akan tetapi ini menjadi sifat semua golongan manusia yang “berilmu tetapi tidak mengamalkannya, atau ahli ibadah tetapi tidak di dasari ilmu”. Adapun golongan yang disifati dengan ilmu dan amal adalah golongan yang telah diberi nikmat oleh Allah… Merekalah Ahlus sunnah wal jama`ah. Wallahu a`lam. (Sumber; Majmu` at tauhid, Syaikh Muh. Abdul Wahhab dan Syaikh Ibnu Taimiyah, hal. 26-27, al Maktabul Qayyimah) |
TANDA-TANDA CINTA – KHAUF DAN RAJA’:
Tanda Cinta kepada Allah Ada Dua:
1 | Mengikuti sunnah Rasulullah Saw, QS Ali Imran: 31 |
2 | Jihad fi sabilillah, karena hakikat jihad itu adalah berusaha sekuat tenaga untuk dapat memperoleh segala sesuatu yang dicintai Allah, berupa iman, amal shalih, menolak semua bentuk kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan yang dibenci oleh Allah. QS At Taubah: 24 ; Al Mujadalah: 22. |
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ALI IMRAN : 31
24. Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. AT TAUBAH : 24
Tumbuhnya Rasa Takut Kepada Allah Dari Tiga Perkara:
1 | Karena mengetahui dosa-dosanya dan keburukan dosa-dosa itu, maka takutlah dia |
2 | Karena yakinnya kepada kebenaran akan ancaman Allah (ayat-ayat wa`iid), bahwa Allah benar-benar telah menyediakan siksaan atas setiap dosa. |
3 | Karena mengetahui bahwa boleh jadi ia tidak pernah bisa bertaubat dari dosa-dosanya. |
| Kuat dan lemahnya rasa takut setiap hamba itu tergsantung pada ketiga hal tersebut |
CINTA terkait pada Dzat dan Sifat Allah, sedangkan TAKUT itu terkait pada af`al (perbuatan) Allah. Dan takut itu terkait dengan dosa seorang hamba dan siksaan yang akan diperolehnya.
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). AN NAHL : 50
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
ALI IMRAN : 175
“Maka Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. AL A`RAF : 99
Apabila rasa takut pada diri hamba semakin berkurang, bisa jadi itu disebabkan karena kurangnya pengetahuannya tentang Allah (ma`rifatullah). Karena orang yang laing takut kepada Allah adalah orang yang paling mengetahui tentang-Nya. Nabi Saw bersabda:
{وَ إِ نِّيْ لأ َعْلَمُهُمْ بِاللهِ وَ أَ شَدُّهُمْ لَهُ خَشْيَةً }
“Sungguh akulah yang paling tahu tentang Allah, dan yang paling takut kepada-Nya” HR Bukhari dan Muslim.
Dalam lafzah lain dikatakan:
{إِنِّيْ أَخْوَفُكُمْ للِ وَ اَعْلَمُكُمْ بِمـاَ يَتَّقِيْ}
“Sesungguhnya akulah yang paling takut kepada Allah dan paling mengetahui apa yang dapat melindungi (dari mereka). HR Muslim dan Imam Ahmad dari Aisyah Ra.
Tumbuhnya HARAPAN (Ar RAJA’)
1 | Kesaksian hamba atas karunia, ihsan dan nikmat Allah atas hamba-hamba Nya |
2 | Kehendak yang jujur untuk memperoleh pahala dan kenikmatan yang ada di sisi Allah |
3 | Membentengi diri dengan amal shalih dan senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan. |
| Seseorang tidak akan dianggap mengharap apa yang ada di sisi Allah apabila amal shalihnya selalu berkurang, dan tekadnya untuk memperoleh nikmat yang ada di sisi Allah tidak pernah bulat, dan bila ia selalu merasakan besarnya tenaga yang ia keluarkan untuk beramal shalih |
Harapan (ar Raja’) yang dimaksudkan adalah harapan untuk memperoleh apa yang ada disisi Allah tanpa pernah putusn asa. Sebuah harapan yang sempurna selayaknya dilakukan oleh setiap hamba, sebagaimana firman Allah berikut
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas[*]. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami. AL ANBIYA’:90
[*] Maksudnya: mengharap agar dikabulkan Allah doanya dan khawatir akan azabnya.
Lawan dari Harapan adalah keputus asaan dari rahmat dan karunia Allah, seperti firman Allah berikut:
“Ibrahim berkata: "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat". AL HIJR: 56 Dan ketika seorang hamba melakukan kemaksiatan, ia segera menyaksikan harapannya akan memperoleh taubat dan ampunan dari Allah, dirman Nya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. AN NISA’: 48
{رَحْمَتِيْ سَبَقَتْ غَضَـبِي}ْ
Allah berfirman (hadits Qudsi): “Rahmat Ku telah mendahului amarah-Ku”.
HR Bukhari-Muslim.
{أَ عُوْذُ بِرِ ضَا كَ مِنْ سَخَطِكَ وَ مُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ}
Aku berlindung dengan ridlaMu dari amarahMu dan dengan ampunanMu dari siksa Mu HR Muslim dari Aisyah ra
JENIS-JENIS IBADAH
1 | Ibadah Lisan. Misalnya: bertauhid, bersyahadat, berdzikir, memohon apunan, berdo`a, memohon pertolongan (isti`anah), isti`adzah, dan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah lainnya. |
2 | Ibadah Fisik. Midalnya : shalat, shaum, zakat, haji, sujud, ruku` dan sejenisnya |
3 | Ibadah hati. Misalnya: mencintai Allah, takut dan berharap pada-Nya, tawakkal, inabah dan sejenisnya |
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------