Akidahku Akidah Ahlus Sunnah (5)
Oleh: Abu Fahmi Ahmad. 

TINGKATAN DINUL ISLAM
Dalam Hadits Jibril `alaihissalam

عن عمر أيضاً قال : ( بينما نحن جلوس عند رسول الله e ذات يوم ، إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب ، شديد سواد الشعر ، لا يرى عليه أثر السفر ولا يعرفه منا أحد . حتى جلس إلى النبي e ، فأسند ركبتيه إلى ركبتيه ، ووضع كفيه على فخذيه ، وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام . فقال رسول الله e : ” الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله ، وتقيم الصلاة ، وتؤتي الزكاة ، وتصوم رمضان ، وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلاً “ . قال : صدقت . فعجبنا له يسأله ويصدقه !
قال : فأخبرني عن الإيمان .قال : ” أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره “ .
قال : صدقت .قال : فأخبرني عن الإحسان .قال : ” أن تعبد الله كأنك تراه ، فإن لم تكن تراه فإنه يراك “ .
قال : فأخبرني عن الساعة .قال : ” ما المسؤول عنها بأعلم من السائل “ .قال : فأخبرني عن أماراتها .
قال : ” أن تلد الأمة ربتها ، وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان “ .ثم انطلق ، فلبثت ملياً ، ثم قال : ” يا عمر أتدري من السائل ؟ “ .قلت : الله ورسوله أعلم .قال : ” فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم “ .   

Dari Umar bin Khaththab Ra, ia mengatakan, “Suatu hari ketika kami duduk-duduk di sisi Nabi Saw tiba-tiba datang  seseorang berparas seorang Arab dengan pakaian yang sangat putih bersih, dengan rambut hitam kelam dan tebal, namun tak seorangpun dari mereka mengenalinya, siapa dia itu. Bahkan Nabi Saw pun tidak mengenalinya.
Orang tersebut memberi salam kepada Nabi Saw  dan para shahabat nya yang tengah berkumpul dalam majlis tersebut. Kemudian mendekat kepada Nabi Saw  dengan sangat dekat, dimana dia mendekatkan kedua lututnya dengan lutut Nabi Saw  .
Kemudian orang tersebut mengajukan pertanyaan kepada Nabi Saw  sebagai berikut::

Hai Muhammad, kabarkanlah olehmu kepadaku tentang ISLAM.
Nabi Saw  pun menjawabnya: “Islam itu adalah anda bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq untuk diibadahi kecuali Allah saja, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melakukan shaum di bulan Ramadlan, dan Haji ke Batiul Haram.
Mendengar jawaban Nabi Saw  , orang tersebut mengangguk seraya berkata,
“Anda benar”.

Kemudian orang tersebut mengajukan pertanyaan kepada Nabi Saw sebagai berikut:
Hai Muhammad, kabarkanlah olehmu kepadaku tentang IMAN.
Nabi Saw  pun menjawabnya: “Iman itu adalah anda beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Kitab Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhir, dan (ketentuan) Taqdir-Nya yang baik maupun  yang buruk.
Mendengar jawaban Nabi Saw  , orang tersebut mengangguk seraya berkata, “Anda benar”.

Kemudian orang tersebut mengajukan pertanyaan kepada Nabi Saw sebagai berikut:
Hai Muhammad, kabarkanlah olehmu kepadaku tentang IHSAN.
Nabi Saw  pun menjawabnya: “Ihsan itu adalah anda beribadah kepada Allah seakan-akan anda melihta-Nya, dan kalaupun anda tidak bisa melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia itu selalu melihatmu”.
Mendengar jawaban Nabi Saw  , orang tersebut mengangguk seraya berkata, “Anda benar”.

Lalu kabarkanlah olehmu kepadaku “Sampaikanlah kepadaku tentang KIAMAT .
Nabi Saw  pun menjawabnya:
‘Orang yang ditanya tentang Kiamat tidak lebih tahu dibanding orang yang bertanya’
 Ia mengatakan, sampaikan kepadaku tentang tanda-tandanya. Beliau pun menjawab,Bila budak  wanita melahirkan tuannya, dan bila kamu melihat mereka yang berjalan di muka bumi tanpa alas kaki, tanpa pakaian,juga fakir, dan penggembala kambing bermegah-megahan dalam bangunan’.

Kemudian laki-laki itu pergi, tapi aku masih tercengang cukup lama. Kemudian Nabi Saw   bertanya kepadaku, ‘ Wahai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya kepadaku tadi ? Aku menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Beliau bersabda, ‘Ia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan tentang agama kalian”  HR Muslim.

FAEDAH-FAEDAH DARI HADITS JIBRIL as

Perilaku pergaulan Nabi Saw dengan para shahabatnya, ini menunjuk kan baiknya akhlak Nabi Saw 
1
Terdapat isyarat, bahwa bergaul di tengah-tengah ortang banyak merupakan keniscayaan bagi manusia, apalagi sebagai Muslim, dan tidak patut kiranya manusia menghindar atau uzlah dari kerumanan orang banyak.
2
Bergaul dengan orang lain itu lebih utama  daripada menyendiri (uzlah)
3
Disunnahkan bagi orang yang jahil bertanya kepada yang `alim, sebab bertanya itu merupakan setengah dari ilmu dan sekaligus sebagai obat kebodohan.
4
Dalam bertanya ditekankan mengenai lmu yang memberi manfaat (ilmu nafi`) di dunia maupun di akhirat, serta meninggalkan pertanyaan yang tak faedahnya, sebagaimana Jibril as bertanya tentang apa itu Islam, Iman dan Ihsan.
5
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, bahwa dalam bertanya hendaklah disertai dengan adab (etika) yang baik terhadap mu`allimnya (gurunya) dan sopan dalam bertanya. Sebagaimana Jibril as mendekatkan kedua pahanya dengan pahala Nabi Saw  di dalam bertanya beberapa hal., sebagai penghormatannya kepada Nabi Saw  .
6
Disunnahkan adanya hubungan dekat dan merendah bagi yang bertanya (murid) dengan gurunya
7
Bertanya itu hendaknya disertai dengan etika yang baik, karena ia merupakan sebab diperolehnya ilmu. Ilmu adalah perbendaharaan (ibarat almari penuh barang berharga) dan kuncinya adalah dengan bertanya.
8
Dari hadits di atas, nampak oleh kita bahwa salah satu sampainya wahyu kepada Nabi Saw  adalah dengan datangnya Jibril as dalam bentuk manusia dan langsung menemui Nabi Saw 
9
Dalam menuntut  ilmu disyari`atkan untuk menjalani rihlah, sebagaimana halnya Jabir bin Abdullah melalkukan rihlah satu bulan penuh untuk bertanya satu masalah ilmu.. Begitu pula Sa`id bin Musayyab berkata, ‘aku lebnih dari 1 bulan malam dan siang dalam mencari (kejelasan) satu hadits
10
Ketika lafal Islam diqarinahkan (disebutkan bersama dalam satu kalimat) dengan Iman, maka masing-masing memiliki makna yang berbeda. Dimana islam diartikan sebagai amalan-amalan lahir, berupa ucapan lisan dan amalan anggota badan (fisik), sementara Iman sebagai amalan-amalan batin berupa aqidah dan amalan-amalan hati. Dan hal ini disebutkan dalam QS Al-Hujurat: 14.
11
Keislaman seseorang tidak sempurna kecuali dengan mendirikan shalat, menunai kan zakat, mengerjakan shaum di bulan Ramadlan dan pergi Haji ke Makkah bagi yang mampu.
Rasulullah menghimpun kedua persaksian (Laa ilaaha illallah dan Muhammad rasulullah) dalam satu rukun, karena setiap ibadah untuk diterima Allah haruslah memenuhi syarat ikhlas dan mutaba`atur rasul, yang keduanya terhimpun dalam rukun pertama.
12
Allah menamakan Islam, Iman dan Ihsan semuanya sebagai agama, dan ketiganya merupakan tingkat (derajat) agama
13
Penjelasan bahwa Islam mempunyai lima rukun, sesuai dengan jawaban Nabi Saw  ketika ditanya oleh Jibril as.
14
Setiap orang harus bersaksi dengan lisannya serta meyakininya dengan hatinya bahwa Laa ilaaha illallah – Muhammad rasulullah.
15
Iman itu meliputi enam perkara, yaitu: beriman kepadfa Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari Akhir, dan qadla’ dan qadar, yang baik dan yang buruk
16
Allah telah menentukan apa yang terjadi hingga hari Kiamat 50 000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi. Apa yang telah ditetapkanNya atas manusiatidak akan luput darinya, dan apa yang tidak ditetapkan tidak akan menimpanya
17
Penjelasan tentang ihsan yaitu manusia beribadah kepada Allah dengan “raghbah dan thalab” (pengharapan dan pencarian), seolah-olah ia melihat-Nya. Ia ingin sampai kepada-Nya.
18
Derajat ihsan merupakan derajat tertinggi bagi hamba beriman. Jika tidak sampai pada derajat ini, maka ia jatuh pada derajat bawahnya, yaitu iman. Dan jika tidak sampai pada derajat iman, maka ia jatuh pada derajat Islam. Dengan demikian derajat manusia dalam beragama yang paling tinggi disebut Muhsin, lalu turun menjadi Mukmin, dan turun lagi sebagai Muslim
19
Wajib bagi kita untuk “Muraqabatullah” (selalu merasakan adanya pengawasan Allah dan kedekatan-Nya dengan kita)
20
Wajib kita yakin bahwa Nabi saw tidak mengetahui perkara ghaib
21
Jawaban orang yang bertanya lebih banyak daripada apa yang ditanyakan
22
Bahwa tak seorangpun termasuk Nabi Saw  yang mengetahui tentang Kiamat
23
Kiamat itu punya tanda-tanda, sebagaimana disebutkan Nabi Saw  dalam hadits di atas, yaitu jika budak wanita melahirkan tuannya (anak laki yang lahir dari budak wanita dari hubungannya dengan tuannya, maka lahir sebagai tuan. Atau makna lain, bahwa zaman dimana seorang ibu menjadi budak bagi anak-anaknya). Tanda lainnya adalah dimana pada zaman itu orang fakir, miskin, tak berpendidikan dan tanpa alas kaki dan pakaian, namun berlomba-lomba dalam membangun gedung.
24
Dalam hadits di atas, ditunjukkan adanya dekadensi moral manusia, banyaknya anak yang durhaka kepada orangtua, kemudian rakyat gembel bertingkah aneh bahkan menjadi penguasa dan pemimpin umat, dan memberikan amanat pekerjaan tidak sesuai dengan keahliannya, banyak harta terkelola dengan semena-menadfan secara berlebih-lebihan dan tabdzir
25

(Maraji` : Syarah Hadits Arba`in, oleh Al Imam an Nawawi, Al Iman Ibnu Daqiq al-`Id, Syaikh Abdurrahman As Sa`di, Syaikh Muhammad al Utsaimin, disusun oleh Sayyid bin Ibrahim al-Huwaithi).


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------