Sekolah Islam


Waspada 3 Hal Yang Mengancam Sekolah Islam !!
Oleh : Abu Nabil Feby, S.Pd.I
الحمد الله رب العامين والعاقبة للمتقين و لا عدوان إلا على الظالمين, وبعده
Maraknya sekolah Islam di negri ini mudah-mudahan tidak seperti trendnya bank dan asuransi syari’ah saat ini, bahkan perusahan yang notabane non muslim pun ikut meramaikan cabang syariah demi memenuhi pangsa pasar dan dunia persaingan bisinis, walaupun masih menjadi controversial dikalangan ulama tentang keberadaanya.

الاسلام يعلو ولا يعلى عليه

“Islam itu tinggi dan tiada yang dapat menandingi”(HR. Imam Baihaqi)
Ketahuilah semoga Allah meninggikan derajat kita dengan Islam, penisbatan atau penamaan sesuatu kepada Islam merupakan syi’ar besar dan besar pula pertanggung jawabannya, yang ironisnya dizaman ini malah menjadi trademark untuk menarik konsumen, namun ingatlah pepatah arab mengatakan :
كل يدعّى وصلا بليلى.......وليلى لا تقرّ لهم بذاكا
“Semua orang mengaku punya hubungan dengan laila….namun laila tidak menetapkan mereka sebagai pasangannya” jadi mungkin semua boleh melabel dengan Islam tetapi apakah Islam menetapkan itu, subhaanallah !! Islam itu sungguh tinggi dan tidak mungkin jatuh dengan mereka yang hanya menyadarkan namanya namun tidak sesuai dengan hakikatnya.
Waspadalah dan mari kita muhasabah dengan 5 perkara yang akan menjadi penyusutan subtansi nilai Islam itu sendiri yang mana menjadi niatan kita membangun sekolah Islam, namun ternyata wa iyyadzu billah malah kita yang menghancurkan diri kita sendiri mungkin karena kurangnya ilmu dan nasehat menasehati diantara kita.
1. Kurangnya motivasi dalam menuntut ilmu diniyyah, ini merupakan gejala awal dan sumber penyakit kronis ditubuh sekolah apabila para guru sudah tidak lagi disibukkan dengan pembahasan ilmu Agama maka nama madrosah atau sekolah yaitu tempat pusat ilmu sudah lagi tak berisi ilmu maka ibarat sebuah restaurant yang kehilangan garam. Bagaimana seorang guru tidak semangat mencari ilmu ditempat mencari ilmu ? Bagaimana guru merasa cukup tanpa menuntut tambahan ?? sementara gurunya para seluruh guru yaitu Nabi kita Rasulullah صلى الله عليه وسلم aja berdoa kepada Allah meminta tambahan ilmu dengan doa “Robbi zidni ‘ilma”, berkata al Imam Ibnu Hajar dalam fathul bari “ini merupakan keutamaan ilmu yang mana Allah tidak pernah memerintahkan Nabinya dalam penambahan suatu hal kecuali dalam penambahan ilmu” Maasya Allah siapa kita wahai guru ?. Sungguh sangat menyedihkan sekali seorang guru yang sibuk menyampaikan ilmu namun lupa untuk mereload kembali dirinya bukankah ada sebuah hadits mengatakan “dua hal yang manusia tak pernah merasa kenyang yaitu penuntut ilmu dan penuntut harta (dunia)” sudah kenyangkah kita dengan menyelesaikan gelar sarjana kita ?, ketahuilah wahai para guruku tercinta sekolah islam itu terangkat derajatnya dengan ilmu dinniyah bukan hanya lulus UN 100%, ingat disisi Allah azza wa jalla kita berharap kemulian, bukan dimata Diknas ! terima kasih guru kami engkau telah menyampaikan ayat pembangkit hatiku yaitu surat al mujadilah ayat 11.
2. Rancu menilai kesuksesan, ketika satu sekolah tidak bisa menetapkan arti sebuah keberhasilan maka akan menghasilkan suatu yang rancu, sungguh teriris segumpal hati melihat seorang murid alumni datang kembali bermain ke sekolah lamanya dengan tingkah laku yang jauh dari nilai Islam, sadarilah guru-guru kami yang terhormat ini baru masalah besar yang harus dirapatkan bukan rapat hanya karena ada anak yang ngga lulus TO, mari kita coba renungkan seksama dari input sampai output, apabila kita bertanya kepada wali murid kenapa bapak menyekolahkan anak bapak di sekolah Islam ? maka spontan dia menjawab agar anak saya menjadi anak yang sholih, atau lebih sederhana lagi dia menjawab agar memiliki bekal Agama, memang betul ngerinya pergaulan saat ini sekolah Islam laris manis karena merupakan salah satu solusi tepat melidungi dan membekali anak-anak, namun sadarilah ini amanah sangat berat maka ketika output seperti contoh diatas maka bagaimana menurut anda ? tentu jawabannya kita tentukan dulu kritria output sukses seperti apa, sebenarnya sangat mudah menentukannya kalau kita mengembalikan kepada nama sandaran sekolah dan keinginan pemberi amanah, yang sulit adalah mewujudkannya, tentu ISLAM lah jawabannya kita pun teringat sebuah hadits dalam arba’in “sesungguhnya yang halal telah jelas dan yang haram pun telah jelas…” dan kita pun pernah membaca hadits no 2 dalam kitab yang sama yaitu hadits Jibril alaihi salam tentang iman, islam dan ihsan, maka apabila kita sepakat standar keberhasilannya adalah sang murid memahami dengan jelas dan mengamalkanya, maka percayalah para orang tua murid menjadi beruntung sadar atau tidak disadari, karena anak sholih harapan seluruh orang tua. Hidup adalah pilihan dan sekolah pun pilihan, ketika mereka memilih sekolah Islam maka hati kecilnya dan fitrohnya tertuju kesana walapun sisi lain ingin anaknya menjadi dokter, insinyur, presiden pertanyaan adalah apakah Islam penjadi penghalang ? adapun tanpa Islam akan menjadi penghalang menuju surga cita-cita tertinggi, mari tanamkan itu di hati mereka.
3. Hilangnya amar ma’ruf nahi mungkar dan nasehat menasehati, Allah azza wa jalla berfirman yang artinya :
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan
yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu.
Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya".
(Qs al-Anfâl/8:25)
Maka apabila prinsip ‘cuek is the best’ atau elo elo gue gue diterapan di sekolah Islam ingatlah ancaman ayat diatas, misalnya sesama guru atau atasan dengan bawahan sudah masing-masing dengan dunianya maka ini alamat musibah yang mengancam, apalagi sampai istihza atau bahan bercanda serta hilangnya nasehat menasehat disebabkan ngga enakan misalnya atau senioritas yang lebih parah adalah saling menjatuhkan sesame guru yang sepatutnya tidak ada dalam dunia dakwah dan pendidikan karena ini bukan dunia persaingan bisnis atau jabatan ingatlah sebuah hadits “seorang mu’min bagi mu’min yang lain bagaikan satu bagunan saling menguatkan”, dan jangan jadi setan bisu yang terdiam melihat anak didiknya melakukan kesalahan, dan ragu menyampaikan yang halal dan haram kepada muridnya karena dianggap masih kecil bukankah Nabi kita banyak memberikan contoh diantaranya, ketika hasan husein masuk masjid kemudian makan kurma zakat yang diperintahkan seketika untuk dimuntahkan padahal waktu itu mereka masih kecil, kemudian hadits yang lain untuk memukul anak apabila tidak sholat pada usia 7 tahun, dalam riwayat lain Rasulullah menegur ghulam ketika makan tidak beradab Islami, masih banyak yang lain tertulis dalam buku-buku tentang pendidikan anak.
 Yang terakhir mudah-mudahan risalah singkat ini bermanfaat dan menjadi intropeksi bagi penulis sebagai seorang guru, dan bermanfaat bagi sekolah sekolah yang menyadarkan kepada Islam sebenarnya tulisan ini bentuk keprihatinan yang sudah sangat lama ketika melihat berkembangnya sekolah Islam namun semakin kuncupnya kemulian Islam berarti ada sesuatu yang kita harus pikirkan bersama. Wallahu ‘alam bishowab


و صلى الله وسلم على نبيّنا محمد وعلى آله وأصحابه والتابعين لهم بإحسان.


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------