LANGKAH 4-5-6 AGAR ANAK KOMITMEN
DALAM AMAL MEMBELA AGAMA (Bagian Ke-satu)
(Sumayah, Sri Nurhayatin, Sri Mulyanti, Rini)
Tugas dari Ust. Abu Fahmi, Reboan  


Langkah ke 4
Mengukir Ilmu Sejak Anak Kecil

Ingatan yang kuat adalah salah satu keistimewaan yang dimiliki anak-anak di masa kecilnya. Maka kita harus  mengarahkan mereka untuk menuntut ilmu dan mengajarkan mereka perkara syari’ah, termasuk seperti menghafal Al-Qur’an dan hadits serta menanamkan pada mereka aqidah yang benar.
Ummat membutuhkan para da’i yang handal dan memiliki pandangan yang mengacu pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Semua ini tidak akan kita dapatkan kecuali dengan menuntut ilmu sejak dini, dan janganlah mengatakan hal ini sangat sulit atau tidak mungkin. 


Ibnu Muflih di dalam kitabnya Al-Adab Asy-Syar’iyyah berkata :
والعلم في الصغر أثبت فينبغي الاعتناء بصغار الطلبة لا سيّما إلاّ ذكياء المتيقظين الحريصين على أخذ العلم فلا ينبغي أن ينبغي أن يجعل على ذلك صغرهم أو فقرهم و ضعفهم ما نعاً من مر ا عا تهم وا لا عتنا ء بهم
“ Ilmu yang didapatkan di usia dini lebih kuat dibandingkan di usia lainnya. Maka hendaklah kita memperhatikan murid atau anak-anak kita yang masih kecil, terlebih lagi kepada anak-anak yang cerdas dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.  Maka umur, kefakiran dan kelemahan bukanlah menjadi halangan untuk membimbing dan memperhatikan mereka.
Contoh dalam perbuatan dan kisah-kisah tentang pentingnya menuntut ilmu sejak dini serta pentingnya hal tersebut dalam mencetak suatu pribadi yang handal.
1.   Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, dia berkata : Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meninggal dunia, aku berkata kepada seorang laki-laki dari bani Anshor “Mari kita bertanya kepada sahabat nabi, sesungguhnya jumlah mereka banyak pada hari ini.” Maka laki-laki dari anshor tadi berkata “Sungguh menakjubkan perkaramu wahai Ibnu Abbas, apakah engkau tidak melihat bahwasanya orang-orang membutuhkan dirimu, lalu siapa yang kau lihat diantara para sahabat nabi?”
Aku tinggalkan perkara tadi dan aku pun menghadapi masalahku sendiri, Jika sampai kepadaku   hadits orang lain, maka aku akan mendatanginya dengan memakai mantel di depan pintu rumahnya sedangkan angin bertiup dan debu-debu pun berterbangan di hadapanku. Orang tersebut keluar dan memperhatikan diriku, seraya berkata “ Wahai anak paman Rasulullah, tidakkah engkau kirim utusan kepadaku lalu aku akan mendatangimu?” Maka aku menjawab “ Aku lebih berhak untuk mendatangimu dan bertanya kepadamu.”
Laki-laki tersebut berdiam diri sampai dia melihat orang-orang berkumpul di sekelilingku dan berkata  “ Pemuda ini lebih cerdas dan berakal daripada diriku”
-          Ma’mar berkata :  Aku mendengar dari Qotadah, ketika usiaku 14 tahun, “ Tidaklah sesuatu terdengar di telingaku kecuali tersimpan di hatiku.”
-          Ummu Darda’ berkata : Tuntutlah ilmu di usia mudamu, dan engkau akan beramal di usia tuamu, sesungguhnya setiap yang menanam pasti akan memetik hasilnya.
Berikut ini akan dipaparkan perkara-perkara syari’ah yang harus ditanamkan kepada mereka sekak dini, seperti menghafal Al-Qur’an dan hadits serta menanamkan pada mereka aqidah yang benar.
I.PEMBINAAN AQIDAH
          Imam Ghazali telah menekankan untuk memberikan perhatian terhadap aqidah anak dan mendiktekannya sejak kecil agar ia bisa tumbuh di atas aqidah itu. Beliau mengatakan, “Ketahuilah bahwa apa yang telah kami sebutkan dalam menjelaskan aqidah seyogyanya diberikan kepada  anak di awal perkembangannya agar ia bisa menghafalkannya benar-benar sehingga makna-maknanya kelak di masa dewasa terus terungkap sedikit demi sedikit.Langkah pertama adalah memberikan hafalan, kemudian pemahaman, kemudian kepercayaan (i`tiqad), keyakinan dan pembenaran. Hal itu bisa terjadi pada diri anak tanpa harus diberi bukti (alasan) yang nyata. Adalah bagian dari karunia Allah pada hati manusia bahwa Dia melapangkan  hatinya untuk menerima iman di awal pertumbuhannya tanpa perlu kepada argumentasi atau bukti yang nyata.
          Itu semua karena setiap bayi yang lahir, diciptakan Allah di atas fitrah keimanan.Bagaimana tidak sedangkan Allah telah berfirman:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (١٧٢)
“Ingatlah ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka,”Bukanlah Aku ini Rabb kalian?”Mereka menjawab, “Benar (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan,”Sesungguhnya kami (anak Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan Allah).” (Al-A`raf:172)
          Jika kita perhatikan lembaran-lembaran Al-Qur`an, maka kita temukan bahwa para rasul dan para nabi selalu memberikan perhatian yang besar terhadap keselamatan aqidah putera-putera mereka. Di antaranya kita dapatkan firman Allah:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (١٣٢)
Ibrahim mewasiatkan kepada anak-anaknya, da demikian juga Yaqub (yaitu),”Hain anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan muslim (memasrahkan diri/memelik Islam).” (QS.Al-Baqarah:132)
          Kita juga perhatikan bahwa surat Al -Ikhlas yang mencerminkan keyakinan akli (ideologis) dan surat Al Kafirun yang mencerminkan keyakinan yang bersifat amal (perwujudan nyata). Keduanya merupakan dua surat pendek yang membahas bidang aqidah. Ini tidak lain merupakan isyarat mengenai mudahnya menghafal kedua surat ini bagi anak-anak yang baru mampu dan menghafalkan hal-hal yang singkat pada pertumbuhannya.

I.1 . Pendiktean Kalimat Tauhid kepada Anak
Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa nabi bersabda:
إفتحوا على صبيانكم أول كلمة لا إله إلاّ اللّه ولقّنوهم عند الموت لا إله إلاّ اللّه
Ajarkan kalimat La Ilaha illallah kepada anak-anak kalian sebagai kalimat pertama, dan diktekan kepada mereka La Ilaha illallah ketika menjelang mati.
Ibnul Qayyim-rahimahullah- dalam kitab Ahkam al-Maulud mengatakan,”Di awal waktu ketika anak-anak mulai bisa berbicara, hendaklah mendiktekan kepada mereka kalimat La Ilaha illallah Muhammad Rasululah, dan hendaklah sesuatu yang pertama kali didengar oleh telinga mereka adalah makrifatullah(mengenal Allah)dan mentauhidkan-Nya.juga diajarkan kepada mereka bahwa Allah berada di atas singgasana-Nya yang senantiasa melihat dan mendengar perkataan mereka dimanapun mereka berada.
          Abdurrazzaq dalam kitab mushannaf-nya (4/334) meriwayatkan dari Abdul Karim Abi Umayyah bahwa ia berkata, “Adalah  Rasulullah mengajarkan kepada anak kecil dari Bani Hasyim ketika ia telah bisa berbicara, tujuh kali dari kalimat:

وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا
Katakanlah, segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya, dan Dia bukan pula hina yang memerlukan pertolongan. Agungkanlah Ia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.(Al-Isra`:111)    
          Rasulullah sejak pertama kali mendapatkan risalah yang tidak pernah menjauhkan anak-anak dari beriman kepada seruan beliau. Beliau berangkat menemui Ali bin Abi Thalib,sedangkan ketika itu usianya tidak lebih dari sepuluh tahun. Lalu beliau menyerunya untuk beriman dan akhirnya ia pun beriman kepada beliau dan menemani beliau dalam melaksanakan shalat secara sembunyi-sembunyi di lembah Mekah sehingga tidak diketahui oleh keluarga dan ayahnya sekalipun.Demikianlah Rasulullah memulai dakwah beliau yang baru di dalam menegakkan masyarakat Islam yang baru dengan memfokuskan perhatian terhadap anak-anak dengan cara memberikan proteksi, dengan menyeru dan dengan mendoakan sehingga akhirnya si anak ini (Ali bin Abi Thalib)kelak memperoleh kemuliaan sebagai `tameng` Rasulullah dengan tidur di rumah beliau di malam Hijrah ke Madinah. Ini merupakan buah dari pendidikan yang ditanamkan Nabi kepada anak-anak yang sedang tumbuh berkembang agar menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan dan menjadi pendiri masyarakat Islam yang baru. Marilah kita meneriakan titik tolak kebangkitan baru di abad ini.
                                                                                 
I.2. Mencintai Allah, Memohon Pertolongan-Nya, Merasa Diawasi oleh Allah serta Iman kepada Qadha` dan Qadar
          Setap anak mempunyai persoalan sendiri-sendiri, entah berkaitan dengan kejiwaan, sosial kemasyarakatan, perekonomian, maupun masalah sekolahan. Persoalan yang dihadapi oleh masing-masing anak berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan ini bisa berkenan dengan ukuran persoalannya, berat tidaknya, atau bisa juga mengenai sisi lainnya. Anak pun akan mengungkapkan persoalannya dengan gaya yang berbeda-beda pula; ada yang mengungkapkannya dengan penuh perasaan dan yang lain tidak demikian. Dengan sarana apa persoalan ini bisa diatasi dari dalam? Dengan cara macam  apa seorang anak bisa meringankan rasa sakitnya-jika ada- dan bagaimana pula cara memecahkan persoalannya jika ditemukan?
          Caranya adalah dengan menanamkan kecintaan kepada Allah, memohon  pertolongan-Nya, merasa diawasi oleh Allah serta iman kepada qadha` dan qadar. Ini adalah cara yang pernah dilakukan oleh Rasulullah dan bukan kreasi seorang pun.
          Melalui penanaman cinta kepada Allah yang mendalam, memohon pertolongan-Nya, mengokohkan rasa slalu diawasi oleh-Nya, menanamkan keimanan kepada qadha` dan qadar di dalam lubuk hatinya; maka seorang anak akan bisa menghadapi masa kanak-kanaknya sekarang dan juga masa depannya sebagai ayah atau ibu.

I.2.1 Hadits-hadits Nabi yang Mendorong Hal Itu
Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata, “Pada suatu hari saya pernah berada di belakang Rasulullah lalu Beliau bersabda:
“Wahai anak muda, sesungguhnya aku akan megajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Ia akan balas menjagamu. Apabila engkau meginginkan sesuatu, maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaikan saja mereka bersatu untuk menimpakan kemudharatan itu terhadapmu, tentu mereka tidak akan bisa memberikan kemudharatan itu terhadapmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diagkat dan lebaran telah kering.”
          Jika seorang anak telah hafal hadits ini dan telah memahaminya secara baik, maka beliau tidak akan mendapatkan kendala di hadapannya dan tidak akan mendapatkan sandungan di dalam menjalani seluruh kehidupannya. Pendidikan macam mana yang bisa memberikan pengaruh terhadap kejiwaan anak melebihi pendidikan yang diberikan oleh hadits ini?!
          Hadits ini mempunyai kekuatan yang sangat di dalam memecahkan persoalan anak, di samping juga mempunyai pengaruh dan spiritualitas. Hadits ini mempunyai kemampuan dalam mendorong anak menuju ke depan dengan cara memohon pertolongan kepada Allah, selalu merasa diawasi oleh-Nya, serta melalui keimanannya kepada qadha` dan qadar. Anak-anak para sahabat menerima bimbingan ini langsung dari Rasulullah. Mereka memohon pertolongan kepada Allah ketika mereka mendapatkan bencana dan mereka berkeyakinan bahwa tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali karena bantuan Allah. Mereka percaya bahwa kelapangan itu selalu menyertai kesempitan dan kemudahan itu menyertai kesulitan.

I.2.2 Contoh Nyata dari Kehidupan Salafus Shalih
I.2.2.1 Pengalaman Umar bin Khathab
Suatu hari Umar bin Khathab menyusuri jalan saat beliau sudah menjadi Amirul Mukminin. Di tengah jalan terdapat sekumpulan anak-anak yang sedang berjalan. Ketika mereka melihat Umar, maka semuanya lari menyingkir kecuali satu saja, yaitu Abdullah bin Zubair. Umar merasa heran terhadapnya dan kemudian menanyakan kepadanya mengenai sebab mengapa ia tidak turut lari menyingkir. Ia menjawab,”Saya tidak punya kesalahan yang mengharuskan lari dari anda, dan saya juga tidak merasa takut kepada anda yang mengharuskan saya meluaskan jalan untuk anda.

I.2.2.2 Pengalaman Ibnu Umar
Suatu  hari Ibnu Umar sedang melakukan perjalanan, lalu ia melihat seorang budak yang sedang menggembalakan kambing, lalu ia berkata kepadanya, “Apakah kamu menjual seekor darinya saja?” Ia menjawab, “Sesungguhnya ia bukan milikku.” Ibnu Umar kemudian berkata, “Katakan saja kepadanya bahwa ada serigala yang telah memangsa seekor darinya.” Budak itu berkata “Lalu dimanakah Allah!?” Sesudah peristiwa itu hingga sekian lama waktu berikutnya Ibnu Umar sering mengucapkan kata-kata dari si budak itu, “Lalu dimanakah Allah!?”

I.3. Mendidik Keteguhan dalam Aqidah dan Siap Berkorban karenanya
          Sesungguhnya aqidah ini memerlukan pengorbanan. Semakin besar suatu pengorbanan, maka keteguhan jiwa anak semakin kuat pula. Hal itu menunjukan kesungguhan dan merupakan inti dari keistiqamahan.
          Anak muslim hari ini sedang menghadapi berbagai tantangan kontemporer yang begitu banyak, di samping juga menghadapi berbagai rencana dan konspirasi serta studi-studi yang menyimpangkan Islam untuk memalingkan mereka dari agama Allah dan manhajnya. Oleh karena ia diperlukan pengorbanan di jalan Allah untuk tetap bisa teguh di atas jalan-Nya. Ketika itulah kemanisan iman bisa dirasakan, dan tingkat kekuatan iman di dalam jiwa semakin meningkat.

II. Menancapkan Kecintaan kepada Nabi
          Dengan ini akan terwujud bagian kedua dari syahadat  La Ilaha illallah Muhammad Rasulullah. Kaum salafus shalih dan generasi penerus mereka memberikan pemfokusan pada masalah ini serta meneguhkannya di jiwa anak. Sebab dengan ini, perasaan si anak akan tergerak dan sentiment keislamannya akan meningkat. Hal ini akan mendorongnya kepada setiap kebaikan dan memecahkan berbagai persoalan. Begitu juga segala bencana yang menimpa akan terasa ringan.
          Bisa dicatat bahwa jiwa manusia secara umum pada periode perkembangannya akan berusaha menyerupai pribadi paling kuat yang ada di sekelilingnya, dan kemudian meniru dan meneladaninya. Pendidikan Islam menuntut anak kecil maupun orang dewasa agar meneladani Rasulullah, karena beliau merupakan teladan yang baik yang sempurna dan tidak akan tergantikan. Beliau adalah manusia yang paling sempurna secara mutlak dan juga utusan Allah yang paling utama.
          Segala bencana yang menimpa jiwa umat manusia dan sgala penyakit kejiwaan yang tersebar disana sini tidak lain merupakan salah satu dampak menjauh dari teladan yang baik. Dan disebabkan tidak mau meneladani Nabi. Generasi yang menyimpang itu tidak lain adalah mereka hidup hampa dari  ajaran sunnah dan menjulurkan lidah di belakang orang-orang menyimpang yang sangat jauh dari manhaj rabbani, serta berjalan mengikuti sebagian orang yang menanamkan diri mereka sebagai `para pemikir kontemporer` dan `para pioneer cendekiawan`, padahal otak mereka disetir oleh setan. Demikian kita sadari akan urgensi kepribadian yang diteladani oleh anak kita. Mengambil keteladanan yang mana yang lebih baik dari pada meneladani Rasulullah ?!

II.1 Hadits tentang Perintah Menanamkan Kecintaan kepada Rasulullah
Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah “Kapanlah kiamat akan tiba?” Rasulullah menjawab, “Apa yang sudah kamu persiapkan untuk menyambutnya?” Ia menjawab, “Aku belum mempersiapkan apa-apa selain kecintaanku kepada Allah, dan Rasul-Nya.” Beliau lalu bersabda, “Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.”Anas berkata, “Aku mencintai Nabi, Abu Bakr dan Umar karena aku berharap kiranya kelak aku akan bisa bersama dengan mereka disebabkan kecintaanku kepada mereka. “Kita ketahui bahwa Anas bin Malik adalah pembantu Nabi sejak ia masih kecil ketika baru berumur sepuluh tahun dan menjadi pelayan beliau selama sepuluh tahun pula.      

II.2 Bagaimana Cara Menanamkan Kecintaan kepada Nabi di Dadak Anak
          Jika kita perhatikan kehidupan anak-anak para sahabat –semoga Allah memberikan keridhaan kepada mereka-, bagaimaa mereka mempunyai kecintaan kepada Nabi serta bagaimana Rasul mereka menjadi pokok pertama dalam kehidupan mereka serta sesuatu yang paling mahal dalam kehidupan, maka kita bisa catat bahwa mereka mempunyai karakter sebagai berikut:
a.  Cepat menerima panggilan Nabi dan segera melaksanakan perintahperintah beliau.
b.  Anak-anak turut memerangi orang yang menyakiti beliau
c.  Kecintaan anak-anak sahabat kepada apa yang dicintai Nabi
d. Anak-anak para sahabat dan kaum salaf selalu menjaga hadits-hadits Nabi
e. Mempelajari siroh Nabi oleh anak-anak dan pengaruhnya terhadap mereka
f. Antusias kaum ibu terhadap atsar-atsar Nabi agar menjadi berkah bagi anak-anak mereka
g. Para putera  sahabat menghafal sifat-sifat luhur Nabi

III. Mengajarkan Al-Quran kepada Anak
          Seyogyanya setiap orang tua mengajarkan Al Qur`an kepada putera-puterinya sejak kecil. Ini dengan tujuan untuk mengarahkan mereka kepada keyakinan bahwa Allah adalah Rabb mereka dan bahwa ini merupakan firman-Nya, sehingga ruh Al-Quran bisa berhembus dalam jiwa mereka, serta cahayanya bersinar dalam pemikiran dan intelektualitas mereka. Dengan demikian mereka akan menerima aqidah Al-Quran sejak kecil dan kemudian tumbuh dan berkembang di atas kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dan mempunyai keterkaitan erat dengannya. Selanjutnya mereka akan melaksanakan perintah-perintah Al-Quran dan menjauhi larangan-larangannya, berakhlakkan Al-Quran dan berjalan di atas manhaj Al-Quran.
          Imam Suyuthi mengatakan, “Mengajarkan Al-Quran kepada anak-anak merupakan salah satu di antara pilar-pilar Islam, sehingga mereka bisa tumbuh di atas fitrah. Begitu juga cahaya hikmah akan terlebih dahulu masuk ke dalam hati mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu.

III.1 Hadits-Hadits yang Berhubungan dengan Pengajaran Al-Quran kepada Anak-Anak 
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyebutkan riwayat bahwa Ibnu Abbas berkata kepada seseorang,”Maukah aku sapaikan kepadamu sesuatu yang akan membuatku senang?” Ia menjawab, “Tentu.” Ia berkata, “Bacalah Tabaraka alladzi dst. (surat Al-Mulk) dan ajarkanlah ia kepada keuargamu, seluruh anak-anakmu, anak-anak kecil yang ada di rumahmu, dan juga kepada tetanggamu. Sebab, ia adalah penyelamat dan pembela yang akan melakukan pembelaan pada hari kiamat di hadapan Rabbnya terhadap orang yang membacanya serta memohon kepada-Nya agar menyelamatkan pembacanya dari adzab neraka dan juga dari siksa kubur. Rasulullah pernah bersabda, “Sungguh, aku senang jika ia selalu berada di dalam hati setiap orang di kalangan umatku.”

III.2 Pahala yang Didapatkan oleh Kedua Orang tua yang Mengajarkan Al-Quran kepada Anaknya
Imam Hakim meriwayatkan dari Buraidah bahwa Nabi bersabda,”Barangsiapa membaca Al-Quran, mempelajari, dan mengamalkannya, maka pada hari kiamat nanti Allah akan memakaikan kepada kedua orang tuanya mahkota dari cahaya seperti cahaya matahari, dan juga megenakan kepada kedua orang tuanya perhiasan yang tidak pernah ia kenakan sebelumnya ketika di dunia. Keduanya lantas bertanya, `Dengan modal apa kami peroleh ini semua?` Allah menjawab, “Karena kamu telah mengajarkan Al-Quran kepada anakmu.”

III.3 Memahamkan Al Quran kepada Anak
          Seorang pendidik (atau keeedua orang tua), ketika anaknya membaca Al-Quran semestinya memberikan perhatian khusus dengan memberikan penjelasan secara ringkas dan sederhana mengenai makna ayat-ayat Al-Quran sehingga hal itu masuk ke dalam benak si kecil. Jangan ada yang meremehkan bahwa anak itu kecil. Anak kecil yang oleh kebanyakan orang dianggap tidak layak untuk diberi penjelasan mengenai Al-Quran dan dianggap tidak berhak untuk diberi perhatian terhadap mentalitasnya, sebenarnya mampu menyimpan memori seperti yang bisa disipan oleh computer. Silahkan lihat bukti sebagai berikut:
          Imam Hakim meriwayatkan  dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata, “Tanyakan kepadaku tentang surat An-Nisa, karena sesungguhnya aku telah membacanya ketika aku masih kecil.” Hakim menyatakan bahwa hadits ini shahih berdasarkan syaratbBukhari dan Muslim, sekalipun keduanya tidak mengeluarkannya.

III.4 Bagaimana Al-Quran itu Berpengaruh terhadap Jiwa Anak
          Al-Quran mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap jiwa manusia secara umum yang akan menggerakannya. Semakin jernih suatu jiwa, maka semakin bertambah pula pengaruh Al-Quran terhadapnya. Anak adalah manusia yang paling jernih, fithrahnya masih bersih, dan setan pun masih terhalang untuk menggodanya.
          Allah maha mengetahui bahwa kitab-Nya ini akan langgeng sepanjang masa sesuai degan susunan yang ada sekarang ini dan yang dihafal oleh sekian banyak manusia. Surat-surat yang pendek ini berupa kalimat-kalimat yang pendek dan ayat-ayat yang sedikit pula. Setiap ayat seakan merupakan surat yang terdiri dari kata-kata yang pendek. Dengan demikian jiwa anak kecil tidak akan keberatan di dalam menerimanya. Dengan penggalan-penggalan yang terdiri dari satu dua huruf atau huruf-huruf yang serupa seperti ini, tentu akan mudah dicerna oleh benak anak kecil, mudah dihafal dan pengaruhnya sangat kuat.
          Dengan demikian, tidaklah seorang anak menghafalkan surat-surat Al Quran saja, di dalam hati sehingga untaian-untaian Al Quran  itu menyatu di dalam lidahnya, demikian juga pengaruhnya menancap di dalam jiwanya. Sesudah itu ia akan berhasil menghafalnya di luar kepalanya.
          Setiap kali maju maka ia akan menemukannya lebih mudah lagi. Ia juga akan menemukan karakter yang akan membantunya untuk menghafalkannya dan untuk meneguhkan lagi apa yang dihafalnya. Ini adalah makna yang dikandung oleh firman Allah:


وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا (٨٢)
Dan kami turunkan dari  Al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Al-Quran tidak menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian belaka. (Al-Isra` : 82)

III.5. Contoh para Penghafal Al-Quran dari Kalangan Anak-anak
Nama
Usia
Imam Syafi`i
7 tahun
Sahl bin Abdillah At-Tastari
6/7 tahun
Ibnu Sina
10 tahun







Langkah ke 5
Teladan Dalam Perbuatan

Termasuk dari salah satu langkah yang terpenting dan mengandung banyak manfaat serta terpatri dalam diri anak-anak. Pada jenjang mereka, anak-anak sangat suka meniru perbuatan kita. Lihatlah anak meniru ibunya ketika Sholat, dia akan ruku’ ketika ibunya ruku’, dan ikut sujud ketika ibunya sujud. Begitu juga mereka meniru hal lain seperti yang telah kita perhatikan pada waktu pagi dan sore hari. Hendaklah kita mengarahkan anak-anak dalam meniru dan menyibukkan diri mereka untuk menghidupkan diri dan menyukai amal-amal dalam agama ini. Di antara cara-caranya adalah sebagai berikut :
1.   Menceritakan kepada mereka kisah-kisah para sahabat, orang-orang shalih dan dan para ulama’
2.   Temani dia dalam hal-hal yang baik untuk ditiru, seperti pergi bersamanya ke masjid
3.   Dengarkan padanya kaset-kaset islam yang bermanfaat yang sesuai dengan umurnya
4.   Menunaikan ibadah di hadapannya seperti sholat dan shodaqoh
Beberapa kisah yang menunjukkan pentingnya teladan dalam perbuatan untuk mencetak kepribadian anak
          Telah kita lalui bersama sosok ayah dan ibu yang baik dan sebagian contoh pentingnya teladan dalam membentuk kepribadian, dan aku pun akan memberikan contoh yang lainnya:
1.   Dari Karib, hamba sahaya Ibnu Abbas
Ibnu Abbas mengabarinya ketika dia bersama Maimunah, istri Nabi  Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maimunah adalah bibinya Ibnu Abbas. Ibnu Abbas berkata “ Aku menyandarkan diriku di bantal, dan Rasul juga bersandar lama. Nabi pun tidur sampai di pertengahan malam, kemudian beliau bangun dan mengusap mukanya dengan tangannya, kemudian membaca 10 ayat terakhir dari surat Ali Imron dan menuangkan air sedikit demi sedikit untuk berwudhu’, lalu beliau pun sholat. “
Ibnu Abbas berkata “ Kemudian aku bangkit dan melakukan apa yang dilakukan Rasulullah, aku pun bangkit dan berdiri di samping beliau, beliau meletakkan tangan kanannya di atas kepalaku dan memegang kuping kananku lalu memintalnya, lalu sholat 2 raka’at sampai 6x dan ditutup dengan witir. Setelah itu beliau bersandar sampai datang muadzin, lalu beliau berdiri dan sholat 2 roka’at sebelum subuh kemudian keluar dari rumah dan sholat subuh.”
2.   Dari Aisyah Radhiallahu ‘Anha, berkata : Belum pernah aku melihat seseorang yang sangat mirip dengan Rasulullah dalam berbicara dan berkata-kata selain Fathimah.
Dan ini merupakan bukti dari pengaruh yang menunjukkan bahwa anak sangat meniru perbuatan orang tuanya.
Contoh perbuatan yang menunjukkan pentingnya teladan dalam perbuatan untuk mencetak kepribadian anak
Shodaqoh
          Jika engkau melihat fakir miskin dan anakmu bersamamu, berilah ia satu real (mata uang Saudi) dan mintalah kepadanya untuk bersedekah kepada fakir miskin tersebut. Dalam perbuatan seperti ini, sering-seringlah memujinya di hadapan saudara-saudaranya. Ketika perbuatan ini telah tertanam di dalam dirinya, dengan begitu akan muncullah generasi mencintai shodaqoh dan menolong orang lemah lagi membutuhkan.
Mengajak Anak untuk Sholat Berjamaah di Masjid
Sabda beliau (yang artinya), “Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku bermaksud memerintahkan kaum untuk mengumpulkan kayu bakar hingga apabila telah berkumpul maka aku perintahkan untuk melakukan adzan lalu kuperintahkan seseorang mengimani manusia,,,(sampai pada ucapan beliau):
ثمّ أخا لف إلى رجا لٍ فأ حرِّ ق عليهم بيو تهم
 …lalu aku pergi menuju oang-orang (yang tidak menghadiri masjid) lalu kubakar bersama rumah-rumah mereka.”  (Shohih Abu Dawud:917)
Ibnu Mas`ud berkata: “Tidak ada yang meninggalkan sholat berjama`ah di masjid kecuali orang munafik yang telah jelas kemunafikannya. Sungguh seseorang di zaman Rosulullah SAW dipapah oleh dua orang laki-laki hingga ia berada di dalam shof.”
Sehubungan dengan menyuruh anak untuk sholat pada usia 7 tahun (tahun hijriyah, bukan miladiah atau masehi) maka hendaknya orang tua sekaligus menyuruhnya sekaligus untuk sholat berjama`ah, sebab sholat berjama`ah hukumnya wajib ain sebagaimana hukum sholat.
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para bapak dan wali sehubungan dengan anak di masjid:
1.   Menghormati dan mengagungkan masjid layaknya rumah Alloh.
Seorang bapak tidak boleh membiarkan anaknya memperlakukan masjid seperti rumahnya atau seperti tempat bermain sehingga ia bebas bermain, berteriak, berlari, berkelahi dengan temannya, bercerita, menyanyi tertawa bergurau mengolok-olok, temannya dan lain sebagainya.Jika ketika bertamu di rumah orang lain saja tidak pantas dilakukan hal-hal seperti itu, maka ketika berada di rumah Alloh pun seharusnya hal itu lebih tidak layak dilakukan
2.   Jangan mengganggu kekhusyu`an orang sholat.
Suatu saat Rasululloh melakukan sholat dan bermaksud memanjangkan sholatnya. Akan tetapi ketika beliau mendengar suara tangis anak kecil, beliau mempercepat sholatnya karena khawatir akan mengganggu kekhusyu`an ibunya.Demikianlah perhatian Rosululloh terhadap kekhusyu`an orang sholat, padaal tangisan anak merupakan tabiat dan sesuatu yang tidak disengaja. Lalu bagaimana dengan keributan dan kegaduhan yang disengaja dan dibiarkan terus-menerus?!
3.   Haram mengganggu kehormatan kaum muslimin.
Seorang bapak harus menanamkan pada anak tentang kehormatan kaum muslimin. Tidak boleh sang anak memperlakukan kaum muslimin seperti teman sebayanya dan kurang beradab pada mereka dengan melompati atau melangkahi pundak-pundak mereka, memecah shof-shof mereka, lalu lalang dihadapan mereka, berbuat jahil seperti memukul atau menendang kepala mereka, engambil kopiah mereka dan membuangnya, mengejek, mencaci maki, mempermainkan fasilitas masjid, apalagi sampai merusaknya, meludahi sandal, atau membuangnya, atau mempermainkan kendaraan mereka.

4.   Haram melintas di depan orang sholat
Tidak boleh membiarkan anak lewat di depan orang yang sholat sendirian, atau antara imam denga sutroh. Sebab Rosulullah pun tidak pernah membiarkan apapun lewat antara beliau dengan sutroh. Suatu waktu beliau sholat, tiba-tiba ada seekor kambing berlari hendak lewat di depan beliau. Maka beliau pun segera menghalanginya hingga beliau menempelkan perutnya ketembok dan kambing tersebut lewat di belakang beliau. ( HR. ath-Thobroni 3/140, shohih)
Jika anak kambing saja tidak boleh melintas di depan orang sholat, lalu bagaimana dengan anak manusia?!
Adapun kisah Hasan dan Husain cucu Rosululloh keduanya hanya menunggangi punggung beliau dari belakang ketika beliau sujud dan tidak melintasi di depan beliau.

5.   Membawa anak ke masjid dengan tujuan untuk melakukan sholat
Sungguh amat mengherankan, sebagian para bapak membawa anaknya ke masjid hanya untuk menyenangkan anaknya karena ia senang diajak keluar rumah. Sebagian mereka mengajak anaknya dengan alasan mengganggu ibunya di rumah, yag lainnya lagi mengajak anaknya agar dapat bertemu dengan teman-temannya, ada juga yang mengajak anaknya agar tidak menangis bila ditinggal.
Semua ini termasuk kelalaian yang harus dihilangkan. Orang-orang yang seperti inilah yang menjadi penyebab rusaknya anak-anak di masjid karena didasari alasan yang tidak benar sehingga mereka membiarkan anak-anak mereka menjadikan masjid sebagai panggung gembira bagi anak-anak-Na`udzubillahi min dzalik.
Dan harus diingat bahwa satu-satunya maksud mengajak anak ke masjid ialah untuk melakukan sholat. Oleh karena itu, apabila seorang bapak melihat mereka terus dalam pelanggaran sedang nasihat sudah tidak bermanfaat lagi buat mereka, maka hendaknya meberi hukuman yang dapat menyadarkan mereka akan hak-hak masjid.
Sungguh sangat mengherankan tatkala sebagian bapak yang membawa anak mereka menghadiri suatu walimah, mereka sanggup dan berhasil menasehati dan menenangkan anak mereka ketika acara sedang berlangsung, meski terkadang memakan waktu hingga satu jam lebih. Sementara itu, mereka tidak bias menasihati dan menenangkan anak mereka ketika sholat di masjid yang hanya memakan waktu kurang dari ¼ jam 
Adapun apabila membawa anak kecil yang belum mencapai usia sholat (7 tahun) maka hendaknya digendong ketika berdiri dalam sholat dan diletakkan bila ruku` dan sujud, sebagaimana petunjuk dari Rosulullah. Demikian itu agar si anak tidak mengganggu orang sholat dengan geraknya, baik dengan mengalihkan perhatian maupun terkadang menghalangi tempat sujud mereka.


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------