30 Langkah Mendidik Anak
Agar Mengamalkan Ajaran Agama (3)Langkah :13 – 22
(Kajian Reboan Guru SDIT-SMPIT Imam Bukhari Jaitnangor)
﴿ 30 خطوة عملية لتربية الأبناء  على العمل لهذا الدين

LANGKAH 13
PERHATIKAN PAKAIAN ANAK ANDA

Pakaian penting dalam membentuk kepribadian anak. Sudah seharusnya kita memperhatikannya agar sesuai dengan standar syariat yang sudah jelas tanpa berlebih-lebihan maupun menyepelekannya. Karena itulah para Salafussoleh begitu perhatian dalam hal ini dan tidak melalaikannya.
*  *  *

Contoh Praktis Dan Kisah Yang Menunjukkan Pentingnya Pakaian
Dalam Pembentukan Kepribadian Anak

Imam Malik berkata:
“Aku berkata kepada Ibuku: ‘Aku akan pergi untuk mencatat ilmu?”
“Kemari, pakailah pakaian penuntut ilmu!” Beliau pun memakaikanku pakaian musyammar[1] dan memakaikan kopiah dengan serban di atasnya, kemudian berkata:
‘Sekarang pergilah!’ Dan berkata: ‘Pergilah kepada Robi’! Pelajarilah adabnya (akhlaknya) sebelum mempelajari ilmunya.”[2]
*  *  *
Muhammad Ibn Auf berkata:
“Aku bermain bola. Bola masuk ke tempat al-Muafa Ibn Imran al-Hamsha. Aku pun masuk ke tempat al-Muafa untuk mengambilnya. Imran bertanya:
“Putra siapakah engkau?”
“Putra Auf Ibn Sofyan.” Jawabku.
“Sesungguhnya ayahmu itu adalah saudara kami, yang menulis Hadits dan ilmu. Ia mirip denganmu. Ikutilah apa yang dahulu ayahmu lakukan!...”
Aku pun pulang mendatangi ibuku dan aku sampaikan apa yang baru saja terjadi. Ibu berkata:
“Benar, dia adalah sahabat ayahmu.” Ibu pun memakaikanku kemeja dan sarung. Kemudian aku mendatangi al-Muafa untuk belajar dengan membawa tempat tinta dan kertas.”[3]
* * *
LANGKAH 14
TERAPILAH EMOSI ANAK

Pada fase pertama, anak memiliki keistimewaan emosional baik pada perkara penting maupun sepele. Di antara perkara penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Takut.
Di antara kesalahan fatal yang dilakukan oleh kebanyakan orang tua adalah menakut-nakuti anak dengan kegelapan atau pencuri misalnya. Ini adalah perkara yang salah. Tidak seharusnya ditakut-takuti seperti itu, karena akan berdampak buruk. Hal itu akan menyebabkan gangguan kejiwaan, mengompol, depresi dan kelabilan. Justru semestinya menciptakan suasana aman ketika bersama kita dan mengaitkan perasaan takut hanya kepada Allah saja.
*  *  *
Marah
Terkadang anak marah kepada ayah dan ibunya. Di antara bentuk ekspresi dari kemarahan itu bisa dengan tidak mau makan. Pemicunya bisa jadi hinaan dan kritik. Kemarahan seperti ini tidak termasuk kedurhakaan, karena pada fase ini mereka belum mumayiz[4]. Jika putra dan putri anda marah, tinggalkan dia dan jangan ditanggapi. Merupakan kesalahan besar memenuhi segala keinginannya hanya karena kemarahannya. Yang semestinya adalah menjelaskan kepadanya mengenai kesalahannya dengan cara yang sederhana ketika dia sudah mulai tenang.
Kita juga mesti mendidik anak kita jika kita marah. Kita akan marah jika berhubungan dengan hak-hak Allah. Raut wajah akan berubah jika melihat kemungkaran yang tidak bisa diubah baik dengan lisan ataupun tangan.

Contoh Praktis Dan Kisah Dalam Hal Ini

1. Abdulaziz Ibn Marwan mengutus putranya, Umar ke Madinah untuk belajar adab. Ia menugaskan pengajarannya kepada Solah Ibn Kaisan dengan kesepakatan harus melaksanakan shalat. Suatu hari Umar terlambat shalat, sehingga ditanya oleh Solah:
“Apa yang membuatmu terlambat?”
“Tukang sisirku menyisiriku.” Jawabnya.
“Hanya menyisir rambut sampai mengganggu shalatmu?” Ungkap Solah kesal. Solah pun menulis surat kepada ayahnya. Sehingga ayahnya mengirim utusan dan tidak berbicara sampai menggunduli rambut Umar putra khalifah.[5]
*  *  *
3. Kecemburuan
Cemburu merupakan salah satu sifat yang melekat dalam jiwa. Ada anak berkata: “Ayah lebih sayang kepada adik bungsuku...” Itu merupakan gambaran kecemburuan.
Kedua orang tua mestilah memperhatikan sisi ini dengan perhatian yang besar, dengan cara memberikan setiap anak hak-haknya tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain. Agar tidak lahir permusuhan dan kedengkian di antara mereka.

LANGKAH 15
DIDIK AGAR MEMILIKI KECEMBURUAN TERHADAP AGAMA

Sudah semestinya para orang tua mendidik putra-putrinya agar memiliki kecemburuan terhadap agama ini, dan itu adalah metode yang dilakukan oleh generasi salaf[6] umat ini dahulu.

Langkah-langkah praktis menghidupkan kecemburuan terhadap agama pada jiwa putra-putri kita:

Menceritakan kisah-kisah dan permisalan-permisalan anak-anak kecil di masa Sahabat dan Tabi’in akan betapa besarnya kecemburuan mereka terhadap agama ini.
Biarkan mereka menyaksikan apa yang dilakukan musuh-musuh agama ini terhadap anak-anak seusia mereka dari anak-anak kaum muslimin; seperti yang terjadi pada anak-anak di Palestina.
Menyemangati dan memotivasi dengan pemberian hadiah.

*  *  *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang Menunjukkan Pentingnya Menanamkan Kecemburuan Terhadap Agama Dalam Jiwa Anak

Abdurrahman Ibn Auf -radiallahu'anhu- berkata:
Ketika berada dalam saf pada peperangan Badar, aku mendapatkan di kanan dan kiriku dua orang pemuda belia dari kalangan Anshar. Aku berharap berada dekat dengan keduanya. Salah seorang memberi isyarat kepadaku dan berkata:
“Wahai paman, tahukah engkau yang mana Abu Jahal?”
“Apa yang ingin engkau lakukan dengan Abu Jahal wahai putra saudaraku?” Tanya Abdurrahman.
“Aku dengar dia mencerca Rasulullah. Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, jika aku melihatnya tidak akan aku biarkan dia lepas dari dariku hingga terbunuh.” Jawab pemuda itu.[7]
Point dari cerita di atas:
“Aku mendengar dia mencerca Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-.”

*  *  *
Anak-Anak Bahrain
Diriwayatkan bahwa anak-anak Bahrain bermain kasti. Seorang kepala uskup duduk menyaksikan. Ketika bola terjatuh mengenai dadanya, si uskup mengambilnya. Anak-anak meminta agar bola dikembalikan kepada mereka, tetapi sang uskup menolak. Salah seorang anak berkata:
“Aku memintamu mengembalikannya demi Zat yang telah mengutus Muhammad sebagai Rasul.”
Sang kepala uskup tetap menolak, bahkan mulai mencemooh Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-. Anak-anak itu pun naik pitam dan menyatroni sang kepada uskup dengan stik mereka dan memukulinya hingga tewas.
Kejadian itu disampaikan kepada Umar Ibn al-Khatthab -radiallahu'anhu-. Sungguh Umar tidak pernah segembira mendengar penaklukan atau mendapatkan hasil rampasan perang seperti kegembiraannya ketika mendengar apa yang dilakukan anak-anak Islam itu dan berkata:
“Sekarang Islam telah mulia. Anak-anak kecil Islam ketika Nabinya dilecehkan murka dan membelanya.”[8]
* * *
LANGKAH 16
KECENDERUNGAN UNTUK MEMILIKI KETERAMPILAN

Pada fase pertama, anak memiliki karakteristik kecenderungan menguasai keterampilan. Hendaknya kita memanfaatkan kesiapan itu untuk menumbuhkan beberapa keterampilan seperti keterampilan berpidato, menulis atau keterampilan-keterampilan lain yang bermanfaat bagi kemajuan umat. Tidak mengapa jika orang tua mengkhususkan waktu walau sehari seminggu untuk mengadakan suatu acara yang dapat meransum dan memotivasi keterampilan itu. Memberikan hadiah agar anak lebih merespons acara atau program itu.

* * *
LANGKAH 17
MEMPERKAYA PERKEMBANGAN BAHASA DENGAN CEPAT

Anak menikmati masa awal hidup mereka dengan menyerap secara cepat kosakata bahasa yang diucapkan orang tuanya. Karenanya kedua orang tua harus bersemangat untuk memperkaya putra-putri mereka dalam sisi ini. Baik dalam pembicaraan di antara mereka atau ketika bercerita tentang kisah-kisah Islami yang dikisahkan dengan bahasa formal sehingga dapat menambah perbendaharaan bahasa mereka. Tidaklah lenyap bahasa Arab melainkan ketika kita melalaikannya.
Pengetahuan anak akan bahasa Arab membantu mereka dalam memahami makna kitab dan sunah. Oleh karena itu kita harus konsentrasi pada sisi ini dengan perhatian yang besar.
* * *
LANGKAH 18
PENEMU KECIL

Anak-anak pada fase pertama suka membongkar pasang barang. Itu menyerupai perangai seorang penemu dalam membongkar dan merangkainya kembali. Hal itu jangan membuat kita menjadi emosi jika mereka membongkar atau merusak sesuatu. Hal itu terjadi karena kita tidak memberi mereka alternatif yang sesuai. Semestinya kita mengarahkan karakteristik tersebut dengan menanamkan kepada mereka hal-hal penting, seperti keterkaitan kepada rumah Allah. Membongkar pasang dapat membuka wawasan nalar dan akal mereka dan menjadikan mereka bersandar pada diri sendiri sewaktu membongkar sesuatu dan memasangnya kembali.

Contoh Praktis Pentingnya Hal Itu Dalam Membangun Kepribadian Anak

Belilah mainan berbentuk masjid. Minta anak untuk menyusunnya. Hal itu akan menanamkan kecintaan kepada rumah Allah dalam jiwa mereka, karena secara naluriah anak-anak mencintai mainan mereka. Itu terjadi dengan cara tidak langsung.  Demikian halnya dengan permainan seperti menyusun gambar, teka-teki atau puzzle.
* * *
LANGKAH 19
DICINTAI, DITERIMA DAN DIHARGAI

Anak-anak butuh dicintai, diterima oleh kedua orang tua dan guru mereka. Sudah semestinya ia merasakan bahwa dirinya adalah sumber kebahagiaan, pujian, kebanggaan ibu, ayah, keluarga dan pengajarnya. Jika bicara, yang lain diam mendengar pembicaraannya dan memberinya kesempatan luas. Dengan demikian ia akan merasa diterima, dihargai dan terlihat kecintaan kedua orang tuanya padanya.
*  *  *

Contoh Dan Kisah Yang Menunjukkan Pentingnya Cinta, Penerimaan Dan Penghargaan

Dari Usamah Ibn Zaid -radiallahu'anhu-, dari Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bahwa Nabi membawanya beserta Hasan dan berkata:
((اللهم إني أحبُّهما فأحبّهما))
“Ya Allah, aku mencintai keduanya, maka cintailah keduanya.”
Atau sebagaimana yang dikatakan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-.[9]

*  *  *
Ibnu Juraij berkata dari Atma:
“Seorang lelaki berbicara kepadaku dan aku diam mendengarkan seolah belum pernah mendengarnya. Padahal aku telah mendengarnya sebelum dia dilahirkan.[10]
Ini pada orang dewasa. Lalu bagaimana dengan anak-anak, tentu lebih lagi.
Aisyah -radiallahu'anha- bercerita tentang Fathimah, putri Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-:
“Jika Fathimah datang kepada Nabi -shalallahu alaihi wasallam-, Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- menyambut dan menciumnya. Demikian pula yang dilakukan Fathimah kepada Nabi -shalallahu alaihi wasallam-.[11]
Aisyah -radiallahu'anha- berkata:
“Kami, istri-istri Nabi -shalallahu alaihi wasallam- berkumpul bersama beliau dan tidak ada seorang pun yang tidak hadir. Kemudian Fathimah datang. Cara berjalannya seperti Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-. Ketika Rasulullah melihatnya beliau menyambutnya dan berkata: “Selamat datang putriku.” Kemudian mendudukkannya di sampingnya.[12]

LANGKAH 20
MENYUGESTI KEBERHASILAN ANAK

Setiap ayah dan ibu haruslah memiliki target. Targetnya adalah keberhasilan putra-putrinya dalam kehidupan ini. Puncak keberhasilan dari keberadaan mereka adalah terealisasinya penghambaan kepada Allah, Tuhan semesta alam sesuai dengan al-Quran dan sunah. Tentu itu bukan berarti melalaikan keberhasilan mereka dalam perkara duniawi
قال الله تعالى: {رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ} (البقرة : 201)

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. Al-Baqarah:201)
Islam pertengahan dalam kebutuhan ruh dan jasad. Tidak ada kerahiban (kependetaan) mutlak tidak pula materialistik murni. Pertengahan dalam memenuhi ransum ruh dan jasad bagi manusia. Anak-anak butuh motivasi keberhasilan hingga sampai kepada tujuannya.
Memang terkadang terdapat beberapa kendala, seperti perbedaan kemampuan dan karakteristik setiap anak. Ayah dan ibu hendaknya memperhatikan keadaan ini sehingga nantinya tidak membebani anak-anak dengan sesuatu di luar kemampuan mereka.
Tidak boleh sama sekali membebani anak dengan pekerjaan sulit melebihi kemampuannya yang akan membuatnya gagal. Karena akibatnya ia akan merasa tidak mampu, kecewa, lemah dan menahan diri untuk melanjutkan aktivitasnya, bahkan menghindarinya.

LANGKAH 21
INTILAQ (MEMULAI)

Semestinya setiap ayah dan ibu memberi kebebasan anak untuk bergerak. Mereka butuh berjalan, berlari, berbicara, memanjat, melompat dan itu adalah tabiat anak-anak yang normal. Yang saya maksud banyak bergerak. Merupakan kesalahan mengekang tabiat tersebut. Ini penting sekali dari sisi kesehatan, karena bergerak bermanfaat bagi pertumbuhan fisik, naluri dan memicu kecerdasannya.
* * *

LANGKAH 22
PERSIAPKAN UNTUK MEREKA TEMAN-TEMAN YANG SALEH

Manusia secara tabiat naluriah suka bersosialisasi dan butuh kepada orang lain yang mempergauli, berbicara dengannya, menyertai kegelisahan, kesedihan dan kegembiraannya. Teman memiliki pengaruh yang amat besar dalam pembentukan kepribadian anak. Orang dahulu mengatakan:
"Katakan kepadaku siapa temanmu akan aku katakan siapa engkau."
Dalam sebuah syair:
Jangan bertanya kepada seseorang tentang dirinya tetapi tanyalah
setiap temannya, dengan temannya kamu akan mengetahuinya
Sudah seharusnya para ayah dan ibu membenamkan putra putri mereka dalam lingkungan yang saleh, agar dapat menyerap kebaikan dan tumbuh di atasnya. Teman memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam mempengaruhi perangai dan memotivasi temannya. Sehingga amat penting bagi anak kita memiliki teman yang berakhlak dan beragama. Tidaklah cukup pengetahuan kita akan bapaknya menjadikan kita tenang bahwa anak kita telah memiliki teman yang sesuai. Sebagaimana pula wajib ditanamkan bahwa pertemanan itu hendaknya terikat dengan ikatan syariat.
*  *  *
Contoh Realisasi Dan Kisah-Kisah Yang Menunjukkan Pentingnya Teman Yang Saleh
Dari Abu Musa al-Atsari –radiallahu'anhu-  dari Rasulullah  -salallahu alaihi wasallam-, beliau bersabda:
((إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً))
"Sesungguhnya permisalan teman duduk yang saleh dan yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi boleh jadi memberimu minyak, menjualnya kepadamu atau engkau dapati bau wanginya. Sedangkan pandai besi boleh jadi membakar bajumu atau engkau dapati bau tak sedap darinya."[13]
Nabi -shalallahu alaihi wasallam- mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda -radiallahu'anhu-.
Suatu kali Salman mengunjungi Abu Darda dan didapatinya Umu Darda dalam keadaan murung.
"Ada apa denganmu?" Tanya Salman.
"Saudaramu, Abu Darda sudah tidak berhajat dengan dunia..." Jawab Umu Darda.
Abu Darda pun muncul. Salman dibuatkan makanan. Abu Darda berkata:
"Makanlah! Adapun aku, aku sedang puasa."
"Aku tidak mau makan hingga engkau mau makan bersamaku." Jawab Salman.
Abu Darda akhirnya ikut makan.
Ketika datang malam, Abu Darda bangun dari tidurnya hendak melakukan shalat malam. Salman berkata kepadanya:
"Tidurlah!"
Abu Darda pun tidur lagi.
Tidak lama kemudian Abu Darda bangun lagi hendak melakukan shalat malam.
"Tidurlah!" Perintah Salman lagi.
Ketika masuk akhir malam Salman berkata:
"Bangun dan salatlah sekarang..!" Keduanya pun shalat.
Salman berkata kepada Abu Darda:
"Sesungguhnya Tuhanmu memiliki hak atas dirimu, tubuhmu juga memiliki hak atas dirimu dan keluargamu pun memiliki hak atas dirimu. Berikanlah setiap pemilik hak akan hak-haknya.’
Ketika Nabi -shalallahu alaihi wasallam- datang dan diceritakan kepadanya, beliau bersabda:
          "Salman benar."[14]
As-Syafi'i -rahimahullah- berkata:
"Tersesatnya orang berilmu dikarenakan tidak memiliki teman, tersesatnya orang bodoh karena kepicikan akalnya, dan yang paling sesat adalah mereka yang berteman dengan orang yang tidak ada akalnya.[15]
As-Sho’lûki berkata:
"Jika rida makhluk keterbatasannya tidak dapat diketahui, maka rida Allah keluasannya tidak ada batasnya. Kita membutuhkan 10 teman untuk 10 waktu."[16]



[1] Pakaian musyammar maksudnya pakaian yang dipakai oleh orang yang akan melakukan pekerjaan serius, lengan tergulung dan tidak menjuntai kelantai.
[2] Sholahul Ummah, Sayyidul Afâni 7/70.
[3] Siar a’lam an-Nubala 12/615.
[4] Belum dapat membedakan antara kebenaran dengan keburukan yang sederhana.
[5] Siar a’lam an-Nubala 5/116.
[6] Salaf secara harfiah artinya terdahulu. Maksudnya adalah tiga generasi pertama Islam; generasi sahabat Nabi, Tabi’in dan Tabi’ut tabi’in -pent.
[7] Al-Bidayah wa an-Nihahah Ibnu Katsir 3/288.
[8] Manhaj Tarbiah Nabawiah, Muhammad Nur dengan sedikit perubahan.
[9] Al-Bukhari no.3747. Kitab Fadhail Ashab Nabi. Bab: Nabnaqibul halasan wal Husain.
[10] Siar a’alam an-Nubala 5/77-78.
[11] Siar a’lam an-Nubala 2/18-134.
[12] Ibid.
[13] Muslim no.2628 bab: Istihbab Majalis Sholihin Wa Mujanabah Rufaqo As-Su'.
[14] Siar a'lam an-Nubala jilid 10.
[15] Siar a'lam an-Nubala XVII/278.
[16] Siar a'lam an-Nubala XVII/208.


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------