Dan pada fase 7-10 tahun, anak-anak muslim sudah seharusnya mendapat pengetahuan tentang “Adab Meminta Izin” memasuki kamar orangtua / dewasa di rumahnya pada 3 waktu (waktu shubuh, ba`da zhuhur, dan ba`da `Isya’) seperti dsebutkan dalam QS an Nur: 58-59.
Mengapa Sejak Kelas I SDIT Imam BUkhari,
Kelas Akhwat dipisah dengan Kelas Ikhwan ?
(Pertanyaan dari sejumlah orangtua murid)
Lajnah Pendidikan Menjawab (Ust. Abu Fahmi):
Rata-rata anak-anak kelas I di SDIT Imam Bukhari, berkisar pada usia 6-7 tahun, umumnya berasal dari TK-TK Islam, TKA, TK umum, dan hasil didikan orangtua di rumah masing-masing.
Mefreka untuk diterima di SDIT Imam BUkhari, melalui proses seleksi yang disebut dengan istilah “pemetaan” Kompetensi awal anak-anak (input) dalam hal CALISTUNG-BTAQ (membaca menulis menghitung (penjumlahan pengurangan), plus BTAQ minimal buku ke-3 IQRA’).
Mereka sebenarnya masuk dalam kategori fase usia awal Tamyiz (akan memasuki Tamyiz) -dapat membedakan salah dan benar, cantik dan tidak) – Dan fase Tamyiz itu adalah pada usia 7-10 tahun. Dapat dikatakan bahwa usia Kelas I (rata-rata 6 tahun) merupakan masa persiapan memasuki fase Tamyiz tersebut.
Dalam Manhaj Tarbiyah Islamiyah (Sistem Pendidikan Islam, berdasarkan Al Qur’an – as Sunnah – dan Siroh Generasi Salaf yang shalih) menekankan pada proses terus menerus pada tiga hal: Memperbaiki (membekali ilmu), Meluruskan Kesalahan, dan Membiasakan. (Ishlah – Tahshihul Khatha’, Ta`wiid).
Dan pada fase 7-10 tahun, anak-anak muslim sudah seharusnya mendapat pengetahuan tentang “Adab Meminta Izin” memasuki kamar orangtua / dewasa di rumahnya pada 3 waktu (waktu shubuh, ba`da zhuhur, dan ba`da `Isya’) seperti dsebutkan dalam QS an Nur: 58-59.
Untuk itu pada kurikulum PAI (Pendidikan Agama Islam) di SDIT Imam Bukhari, materi ajar tentang ADAB MEMINTA IZIN DAN ADAB MEMANDANG (SESAMA MAHRAM DAN BUKAN MAHRAM), diberikan pada kelas IV, kira usia mereka 9 atau 10 tahun.
Disana anak-anak diperkenalkan tentang Adab bergaul di rumah, bagaimana cara meminta izin kepada orangtua ketika ingin masuk ke kamarnya, dan kapan saja, lalu diperkenalkan juga siapa yang termasuk Mahram dan yang bukan mahram di keluarga besar mereka. Termasuk di dalamnya mulai dikenalkan “BAHAYA IKHTILATH” (Campur baur, gaul bebas laki-laki dan wanita, baik di kelas, di Kantin, maupun dalam pergaulan sehari-hari) ….. sebagai pembekalan awal yang kelak akan berguna ketika memasuki fase usia murahaqah (awal pubertas) dan remaja di kemudian hari.
Alhasil, pemisahan kelas antara kelas putri dan putra, adalah sebagai upaya persiapan dan pembiasaan. (disarankan agar lebih jelas untuk membaca buku “Pendidikan Abak dalam Islam” karya Dr. Abdullah Nasih `Ulwan, “Cara Nabi Mendidikan Anak”, karya Syaikh Ir. Muhamamd Nur Suwaid, juga karya Abdurrahman an Nahlawi, dll).
Insya Allah “pembiasaan” yang baik dan syar`iyyah ini akan membekas pada diri anak-anak dan lalu menjadi semacam kebiasaan yang melekat, tidak hanya di sekolah, bahkan dalam pergaulan sehari-ahri du luar sekolah, sampai di kemudian haru menjadi identitas kemusliman, sebagaimana halnya pembiasaan mereka dalam pakaian seragam sekolah yang “menutup aurat” mereka. Dan tentu ini dapat menjadi dakwah bil-hal di dalam masyarakat…
Dan pada ujung-ujungnya, sekolah kita ingin andil dalam menekan kerusakan dalam pergaulan masyarakat akibat dari Ikhtilath (campur baur) ini.
Dunia Barat yang pasti dari golongan Yahudi, Nashara, dan kaum Islam liberalis & pluralis, menginginkan dunia ini rusak, dengan tak bosan-bosannya mereka mengkampanyekan apa yang mereka sebut dengan “The New Morality” (al Akhlaqul Jadidah), Moralitas Baru, yaitu :
(1) Persamaan Hak secara Mutlak antara laki-laki dan perempuan,
(2) Ikhtilath mutlak antara laki dan perempuan, dimanapun dan kapanpun, di sekolah dan di lingkungan kerja, dan tempat-tempat umum.
(3) The Economic independenc, semacam “Saingan bebas dalam berekonmi” antara kaum hawwa dan kaum Adam, tentu dengan tujuan menghancurkan kekuatan “Tatanan Keluarga”, agar setiap wanita di dalam keluarga “merasa aib dan malu” kalau tidak mampu mencari kehidupan sendiri, disinilah awal benteng “iffah” kaum hawwa mulai longgar. …….. Pembahasan luas dann tuntas mengenai hal ini dapat dibaca antara lain dalam buku “al Hijab” syaijh Abul A`la al Maududi, juga Fatwa Terkini, Fatwa lajnah Daimah, dan lain-lain dari para `ulama pejuang as Sunnah. (Abu Fahmi)
Ketika Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, ditanya tentang perkara ikhtilath (campur baur antara wanita dan laki-laki), di tempat kerja maupun di tempat-tempat umum, maka beliau menjawab sebagai berikut:
Jawaban Syaikh Muhammad Shalih ibnu Utsaimin rahimahullah : Menurut pendapat saya, tidak boleh ikhtilat di antara laki-laki dan wanita yang bekerja di kantor pemerintah atau non pemerintah, atau sekolah-sekolah pemerintah atau swasta. Sesungguhnya ikhtilat mengakibatkan banyak kerusakan, sekalipun tidak ada padanya selain hilangnya sifat haya bagi wanita dan sirnanya kewibawaan pada laki-laki, karena ikhtilat laki-laki dan wanita menjadikan sirnanya wibawa laki-laki dan hilangnya sifat haya (malu) dari wanita terhadap laki-laki.
Ini (maksud saya ikhtilat laki-laki dan wanita) bertentangan dengan tujuan syari'at Islam dan menyalahi tuntunan salafus shalih. Bukanlah engkau mengetahui bahwa Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wassalam menjadikan tempat khusus untuk wanita apabila pergi ke Mushalla atau masjid, agar tidak ikhtilat dengan laki-laki? Sebagaimana disebutkan dalam hadits: Sesungguhnya ketika selesai khutbah kepada laki-laki, beliau turun dan pergi ke tempat wanita, lalu memberi nasehat dan memperingatkan mereka.[1] Ini menunjukkan bahwa mereka tidak bisa mendengar khutbah Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wassalam dan jika mendengar mereka tidak bisa memahami semua yang disampaikan oleh Rasulullah. Kemudian, apakah engkau tidak mengetahui bahwa:
قال رسول الله صلى الله عليه وسيم :
((خَيْرُ صُفُوْفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا, وَخَيْرُ صُفُوْفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا ))
Rasulullah bersabda: "Sebaik-baik shaf wanita adalah yang terakhir dan seburuk-buruknya adalah yang pertama, dan sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah shaf terakhir."[2]
Hal itu tiada lain kecuali dekatnya shaf wanita yang paling depan dengan laki-laki maka ia adalah shaf paling buruk dan jauhnya shaf wanita yang belakang dari laki-laki maka ia adalah sebaik-baik shaf. Apabila hal ini di dalam ibadah yang dilakukan bersama-sama maka bagaimana kalau bukan ibadah? Padahal sudah diketahui bahwa di saat beribadah, manusia sangat jauh dari hal-hal yang terkait dengan urusan sex, bagaimana bila ikhtilat itu bukan dalam ibadah? Syetan mengalir di tubuh manusia seperti aliran darah, maka sangat mungkin akan terjadi fitnah dan keburukan besar dalam ikhtilath ini.
Ajakan saya kepada saudara-saudara saya agar menjauhi ikhtilat dan agar mereka mengetahui bahwa hal itu adalah bahaya yang paling dikhawatirkan terhadap laki-laki:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ)
Rasulullah bersabda: "Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih berbahaya terhadap laki-laki dari pada wanita."[3]
Al-Hamdulillah, kita kaum muslimin mempunyai keistimewaan yang membedakan kita dengan yang lain. Kita harus memuji Allah Subhanahuwata’alla karena telah memberi karunia kepada kita. Kita wajib mengetahui bahwa kita mengikuti syari'at -Nya Yang Maha Bijaksana, Yang Mengetahui segala sesuatu yang memperbaiki hamba dan negara. Kita harus mengetahui bahwa orang yang menjauh dari jalan Allah Subhanahuwata’alla dan dari syari'at-Nya, sesungguhnya mereka berada dalam kesesatan dan perkara mereka menuju kesesatan. Karena inilah, kita mendengar bahwa bangsa-bangsa yang ikhtilat laki-laki dan wanitanya, sekarang mereka ingin berlepas diri dari hal ini, akan tetapi bagaimana mungkin mereka dapat menghindar nya ke tempat yang jauh.
Kami memohon kepada Allah Subhanahuwata’alla agar menjaga negara kita dan negara kaum muslimin dari segala keburukan, kejahatan dan fitnah.
Syaikh Muhammad al-Utsaimin – Majalah Dakwah (3/2/1414 H).

0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------