Menteri Agama Jadi Jubir Presiden Aliran Sesat NII KW9?
Senin, 16/05/2011 06:08 WIB | email | print, eramuslim.com


foto: detik.com
foto: detik.comSetelah sejumlah pejabat negara dan elite parpol masa lalu berhasil dikelabui Panji Gumilang, ternyata masih ada saja elite politik dan pejabat negara yang berhasil dikelabui Panji Gumilang, Presiden NII KW9 yang memang jago menipu umat. Antara lain, Anas Urbaningrum dan Edhie Baskoro Yudhoyono dari Partai Demokrat, serta Suryadharma Ali (Menteri Agama RI yang juga Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan).
Kalau saja kasus Lian Febriani yang hilang dan diduga diculik serta dicuci-otaknya oleh gerakan NII KW9 tidak cepat terungkap, boleh jadi hingga kini masih ada saja pejabat negara dan elite partai politik yang berhasil dikelabui Panji Gumilang sang Raja Penipu.

Lian Febriani adalah ibu muda kelahiran Jakarta, 22 Februari 1985, yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Kementrian Perhubungan, menghilang sejak 7 April 2011, dan berhasil ditemukan pada hari Jum’at tanggal 08 April 2011. Lian Febriani ditemukan dalam keadaan linglung di pelataran Masjid At-Ta’awwun, kawasan Puncak, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. (lihat tulisan berjudul Hipnotis dan NII di http://www.nahimunkar.com/hipnotis-dan-nii/#more-4863)

Sebelum kasus Lian Febriani terungkap, dua tokoh politik dari Partai Demokrat, berhasil dikelabui Panji Gumilang. Kedua elite politik muda ini, Anas Urbaningrum dan Edhie Baskoro Yudhoyono berkunjung ke Al-Zaytun pada hari Kamis tanggal 17 Maret 2011. Tidak sekedar berkunjung, mereka juga membawa sumbangan sebesar US$10 ribu, setara Rp 90 juta.
Kunjungan Anas Urbaningrum dan Edhie Baskoro Yudhoyono ke Al-Zaytun berikut sumbangan US$ 10 ribu, nyaris tak terdengar kalau saja tak diungkap Imam Supriyanto, mantan Menteri Percepatan Produksi NII KW 9. Ketika hal itu diungkap, Anas pun berkilah. Sikap Anas berbeda dengan Prof DR BJ Habibie, mantan Presiden RI yang pernah meresmikan Al-Zaytun. Ketika pemberitaan seputar kesesatan Al-Zaytun yang dikaitkan dengan gerakan NII KW9 yang sesat menyesatkan, Habibie menunjukkan sikap kenegarawanannya.

Pada sebuah teve swasta Habibie mengatakan, kalau saja ia tahu Al-Zaytun yang diresmikannya pada 27 Agustus 1999 itu ada kaitannya dengan gerakan NII KW9, maka bukan saja akan dilarang tetapi akan ditendang dan dilawan. Habibie tidak malu mengakui kekeliruannya di masa lalu. Habibie memang gentleman. Berbeda dengan sejumlah mantan pejabat negara masa lalu yang diam saja atau justru melakukan apologi, yang akhirnya terbaca sebagai sebuah sikap tidak gentle, tidak punya moral obligation, tidak berpihak kepada korban yang sudah dimiskinkan dan disesatkan oleh kaki tangan Panji Gumilang.

Apologi mereka hanya menimbulkan kesan bahwa mereka itu tidak cerdas, kekanak-kanakan dan mau menang sendiri.
Meski masih tergolong muda, ternyata Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum HMI ini begitu sempurna mewarisi watak para seniornya. Selain menyatakan tidak kapok dan akan kembali mengunjungi Al-Zaytun di lain waktu, Anas juga mengungkapkan kekagumannya, dan cenderung ber-apologi.

Menurut Anas, kunjungannya ke Al-Zaytun tempo hari adalah dalam rangka menjalin tali silaturrahim yang merupakan ajaran agama. “Terasa agak ganjil kalau silaturrahim dipersoalkan. Pada saat silaturrahim itu, kami disambut dengan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan khusyu, khidmat, dan bersemangat…”
Sebuah apologi yang naif. Tentu saja Anas disambut dengan baik, diiringi lagu Indonesia Raya, dan sebagainya. Kalau saja Anas bukan siapa-siapa, apalagi tidak bersama anaknya SBY, dan tidak menyertakan “uang silaturrahim” sebesar US$ 10 ribu, tentu akan diperlakukan berbeda.

Ada Yang Lebih Naif
Anehnya, setelah kasus Lian terungkap, dan banyak tudingan terhadap Panji Gumilang menipu umat melalui gerakan NII KW9 yang sesat menyesatkan, masih ada saja yang berhasil dikelabui Panji Gumilang. Sosok yang terlihat amat naif ini adalah Menteri Agama Suryadharma Ali (SDA), yang juga tokoh puncak PPP (Partai Persatuan Pembangunan). Ia berkunjung ke Al-Zaytun pada hari Rabu tanggal 11 Mei 2011, didampingi sejumlah pejabat eselon I dan II diantaranya Dirjen Pendidikan Islam M Ali, Dirjen Bimas Islam Nazaruddin Umar, dan Direktur Madrasah dan Pondok Pesantren Khoirul Fuad Yusuf.
Kunjungan SDA ke Al-Zaytun adalah untuk menggali info lebih banyak tentang dugaan adanya keterkaitan Al-Zaytun dengan NII KW9 dan modus kriminal cuci otak. Ternyata, yang dimaksud “menggali info lebih banyak” menurut versi SDA adalah berkeliling meninjau aktivitas para santri di Ponpes Al-Zaytun, memberi pembekalan pendidikan pada santriwan-santriwati Ma’had Al-Zaytun, menanam kayu eboni di lingkungan Al-Zaytun, mengunjungi Sekretariat Pendidikan Al-Zaytun, menyantap sarapan bersama, mendengarkan alunan lagu kebangsaan Bangun Pemuda Pemudi karya A Simanjuntak.

Setelah beberapa jam saja di Al-Zaytun, SDA pun sampai kepada sebuah kesimpulan bahwa Al-Zaytun tidak ada kaitan dengan NII. Menurut SDA, doktrin NII mengkafirkan orang lain, sedangkan di Al-Zaytun tidak. Buktinya, ia diajak shalat berjamaah, bahkan dipersilakan menjadi imam shalat. SDA juga berkesimpulan, Al-Zaytun tidak ada kaitan dengan Islam radikal, karena yang beraliran keras tidak suka dengan yang modern. Sedangkan di Al-Zaytun, menurut SDA, gedungnya modern, lagu, musik yang disajikan dari klasik sampai modern. “Ponpes Al Zaytun betul-betul modern…”
Jadi, SDA ke Al-Zaytun ternyata bukan untuk menggali info lebih banyak tentang dugaan adanya keterkaitan Al-Zaytun dengan NII KW9 dan modus kriminal cuci otak, tetapi untuk menyampaikan kesimpulannya bahwa Al-Zaytun adalah kebanggaan, dan sukses memadukan pendidikan dan kenyataan hidup. Kesimpulannya, SDA dalam kapasitasnya sebagai Menteri Agama, justru menjadi jurubicara (jubir) aliran dan paham sesat NII KW9, bukan menjadi pembela umat Islam yang sudah disesatkan dan dimiskinkan oleh NII KW9 pimpinan Panji Gumilang.

Selain menjadi jubir Al-Zaytun, SDA juga menyatakan bahwa hasil penelitian Kementerian Agama (Kemenag) tahun 2004 sebagai hasil penelitian yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Penelitian tahun 2004 itu berbeda dengan penelitian MUI tahun 2002. Menurut SDA, Litbang Kemenag meneliti keterkaitan lembaga pendidikan Al-Zaytun dengan NII, sedangkan MUI meneliti keterkaitan kepemimpinan Al-Zaytun dengan NII.

Hasilnya, menurut SDA, penelitian Litbang Kemenag menyatakan tidak ada kaitan antara lembaga pendidikan Al-Zaytun dengan NII, sedangkan hasil penelitian MUI menemukan keterkaitan kepemimpinan Al-Zaytun dengan NII.
Seraya mengutip hasil penelitian MUI (2002), SDA mengatakan ada tiga unsur yang menunjukkan keterkaitan Al-Zaytun dengan NII KW 9. Pertama, dari sisi historis dimana secara historis NII adalah reinkarnasi dari Darul Islam. Kedua, dari sisi finansial terkait cara pengumpulan dana yang dilakukan oleh Al-Zaytun sama dengan yang dilakukan NII. Ketiga, Panji Gumilang diyakini sebagai pemimpin NII KW 9.
Kesimpulan penelitian MUI (2002) itu kemudian dikonfirmasi oleh SDA langsung kepada Panji Gumilang, dan Panji Gumilang menyatakan tidak ada kaitan historis dan finansial dengan NII KW9, dan Panji Gumilang membantah terkait kepemimpinan NII KW9.

Begitulah sosok Menteri Agama kita, yang terkesan naif dan tidak ilmiah. Sebuah penelitian seharusnya dibantah dengan penelitian serupa dengan metodologi setara. Kalau berbeda hasilnya, maka ada kemungkinan salah satu dari hasil penelitian itu yang keliru. Boleh jadi, hasil penelitian terbaru sama sekali tidak membatalkan penelitian sebelumnya, tetapi justru memperkuat hasil penelitian sebelumnya. Yang jelas, cara-cara yang ditempuh SDA sangat naif, tidak ilmiah dan tidak patut, karena berhubungan dengan akidah, pemiskinan umat dan doktrin paham sesat.

Sekedar mengingatkan, pada 2004 Litbang Kemenag (saat itu Depag) melakukan penelitian dengan menggandeng INSEP (Indonesian Institute for Society Empowerment) Jakarta, dan menyimpulkan bahwa:

1.    Mahad Al-Zaytun adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang didirikan oleh para tokohnya berdasarkan pemikiran ulang terhadap eksistensi sebuah gerakan keagamaan yang mereka lakukan, yaitu NII KW-9. Menurut mereka gerakan bawah tanah yang mereka lakukan selama ini ternyata tidak memungkinkan terwujudnya cita-cita mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). Setelah melalui diskusi panjang yang berakhir di Multazam, mereka berkesimpulan tentang perlunya pengembangan lembaga pendidikan untuk menopang terwujudnya masyarakat Islam di Indonesia. Untuk itu mereka mendirikan Yayasan Pesantren Islam (YPI) yang salah satu kegiatannya adalah mengembangkan Ma’had Al-Zaytun.

2.    Di Mahad Al-Zaytun berlaku prinsip manajemen Mabadiuts Tsalasah, yang pada awalnya konsep ini merupakan doktrin gerakan di NII. Dengan kata lain, dari segi doktrin yang digunakan, terdapat hubungan yang erat antara Ma’had Al-Zaytun dan NII. Hubungan antara keduanya juga dapat dilihat dari penggunaan konsep “basthotan fil ilmi wal jismi” di Ma’had Al-Zaytun dalam membina anak didik Ma’had Al-Zaytun yang dalam sejarah NII, tepatnya DI/TII, sebetulnya sempat dipakai oleh Institut Suffah-nya Kartosuwirjo, Imam Pertama DI/TII. Sementara hubungan antara Ma’had Al-Zaytun dan NII dewasa ini terlihat dari dipakainya jaringan NII untuk menopang lembaga pendidikan Ma’had Al-Zaytun baik dalam rangka perekrutan sebagian pengurus, santri, pegawai, dan dana.

3.    Di Ma’had Al-Zaytun, Islam dipandang sebagai way of life dan sekaligus harus terwujud dalam kehidupan yang nyata. Sebagai realisasinya di lingkungan Ma’had Al-Zaytun berlaku aturan bahwa semua warga harus menjadi “satu umat” sebagai jamaah yang dikontrol sepenuhnya oleh Imam yaitu Syekh Ma’had. Namun demikian dalam tataran simbolik way of life NII tersebut tidak ditampilkan secara terbuka di Ma’had Al-Zaytun oleh karena simbol-simbol NKRI, seperti bendera merah putih, nama gedung/asrama, pemakaian kurikulum Diknas dan Depag, bukan saja dipakai tapi bisa dikatakan dominan dalam lingkungan Ma’had Al-Zaytun.

4.    Ma’had Al-Zaytun menggunakan dana dari jaringan NII, baik dana awal maupun sumber pendanaan setelah Ma’had Al-Zaytun berdiri. Mereka menggunakan jaringan struktur teritorial NII KW-9 dalam pengumpulan dananya.

5.    Meskipun ada hubungan historis, kepemimpinan, ajaran, dan pendanaan antara Ma’had Al-Zaytun dan NII KW-9, ternyata dalam prakteknya gerakan yang dilakukan oleh NII KW-9 yang bersifat fisik revolusioner tidak terlihat di Ma’had Al-Zaytun. Gerakan utama di Ma’had Al-Zaytun adalah melalui pendidikan.

6.    Munculnya wacana pro dan kontra Ma’had Al-Zaytun berasal dari wacana yang diangkat oleh sekolompok orang yang pernah dan bahkan sampai sekarang masih aktif di NII seperti Al Chaidar dan Amin Jamaluddin, atau orang yang pernah berteman dengan anggota-anggota NII seperti Umar Abduh. Wacana yang diangkat adalah gerakan sesat yang oleh mereka dialamatkan kepada Ma’had Al-Zaytun. Selanjutnya, wacana gerakan sesat itu menjadi publik opini, salah satunya lewat media massa, di kalangan masyarakat. Wacana ini bisa dilihat tidak lebih dari sebagai rule playing (permainan di antara mereka).
7.    Hasil dari sebuah strategi perjuangan pendidikan itu, lewat Ma’had Al-Zaytun, baru dapat dilihat setelah berlangsung selama satu generasi. Sebab sebuah gerakan meminta waktu yang panjang untuk menuai hasil.

Dari tujuh butir kesimpulan penelitian di atas, ada satu butir yang menunjukkan bahwa Kemenag sejak awal tidak serius menanggapi kasus Al-Zaytun / NII KW9, sebagaimana tercermin pada butir 6 di atas. Seolah-olah kasus serius berkenaan dengan akidah, pemiskinan umat dan penyesatan ini, merupakan “permainan” opini segelintir orang seperti Al Chaidar, Amin Djamaluddin dan Umar Abduh. Padahal, ketiga nama tadi mendasarkan kepada pengalaman pribadi (Al Chaidar), laporan dari umat Islam yang menjadi korban NII KW9 maupun Al-Zaytun (Amin Djamaluddin dan Umar Abduh saat masih bersama-sama dalam LPPI).

Namun demikian, bila kesimpulan hasil penelitian Litbang Kemenag (saat itu Depag) dan INSEP disandingkan dengan kesimpulan dan pernyataan SDA di berbagai media massa, maka terkesan ada yang “tidak konsisten” di antara keduanya. Kalau sosok menteri agamanya saja bisa diperdaya oleh tokoh kesesatan dan raja penipu, bagaimana dia bisa melindungi umat dari kesesatan, penyesatan dan tipu daya sang raja penipu? Ada apa dengan SDA? (haji/tede). (nahimunkar.com)



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------