DUA KAIDAH ELEMENTER DALAM PENDIDIKAN ANAK MENURUT ISLAM
(Bagian ke-2) oleh Abu Fahmi

Pada tulisan pertama, penulis telah menyebutkan bahwa anak merupakan amanat Allah bagi setiap orang tua, laki maupun perempuan sama saja, masing-masing harus dididik dengan didikan Islam yang shahih dan baik, sesuai dengan kebutuhan dan qadrat masing-masing, dengan manhaj yang khas dan wsail yang khas pula, untuk melakukan perubahan kea rah yang lebih baik.
 Tujuan puncak dari hasil pendidikan adalah agar anak didik menjadi hamba Allah yang menjadikan seluruh aktifitas qauliyahnya, amaliyahnya dan i`itiqadnya, yang lahir maupun yang batin, untuk mencari cinta dan ridlo dari Allah subhanahu wa Ta`ala. Disamping itu ada pula tujuan-tujuan khusus yang harus dicapainya.

Ibnul Qayyim al Jauziyah rahimahullah memberikan label kepada orangtua yang mengabaikan pendidikan anaknya (utamanya pendidikan Islam yang shahih, membentuk dan membangun jasadnya, ruhnya, akalnya, sampai ke aspek sosialnya, ilmu dan fikrahnya, pendidikan seksualitasnya, kesehatan dan kejiwaannya) sebagai orangtua yang “durhaka” kepada anak-anaknya. Sehingga bisa jadi kedurhakaan anak-anak ketika dewasanya itu disebabkan oleh kesalahan dan kedurhakaan orangtua terhadap mereka semasa mereka kecil. Baik anak maupun orangtua menjadi rugi besar, bahkan dunia dan akhiratnya. Di dunia anak-anak menjadi “sampah masyarakat”, dan selalu berbuat fasad di muka bumi, hidupnya tak memberikan manfaat buat dirinya, orang lain, termasuk kedua orangtuanya. Na`udzu billahi minasy syaithaniirajim.

Dua Kaidah Penting dan Asasi dalam Pendidikan Anak
(lebih banyak merujuk kepada buku “Pendidikan Anak dalam Islam”, oleh Dr. Abdullah Nasih `Ulwan dan “Cara Nabi Mendidik Anak”, oleh Muhammad Nur Suwaid. Materi ini telah disampaikan dalam forum pembinaan Guru-Guru & SDM SDIT-SMPIT & Ma`had Imam Bukhari Jatinangor, tahun 2009 silam.

Kaidah Pertama : Kaidah Pengikatan (Qa`idah ar Ribth)

Sebagai keluarga muslim, tentulah kita yakin seyakin-yakinnya bahwa ketika anak-anak kita beranjak memasuki usia remaja, ketika tumbuh tingkat kesadaran dan kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk (mumayyiz) – fi sinnil wa’iy wat tamyiiz - , jika ia telah terjalin dengan ikatan-ikatan i`tiqadiyah, ruhiyah, fikriyah, tarikhiyah, ijtima`iyyah, dan riyadliyah (olahraga fisik)… menuju usia pemuda, dewasa usia, lalu menjadi orangtua. Maka sang anak akan memiliki benteng iman, keyakinan, dan takwa, yang membuatnya ia mampu mendobrak segala bentuk kejahiliyahan berupaq prilaku, keyakinan, prinsip dan penyesatannya ….. (Nasih `ulwan, jilid 2 hal. 769, cet ke-3, 1994, Dar as Salam lith Thiba`ah wan Nasyri wat Tauzi`, Kairo Mesir).
Dia akan berjuang keras untuk menentang setiap jalan yang menghalanginya dari tegaknya syari`ah Islam, atau siapa saja yang tak suka atau dengki dan membenci prinsip-prinsip Islam yang abadi ini. Mengapa demikian ? sebab ia telah memiliki ikatan-ikatan Islam baik aqidahnya, ibadahnya, moralnya, system hidup dan syari`atnya, serta pelaksaannya.
Tampillah dia sebagai generasi yang diharapkan oleh Islam, mencintainya, membelanya, dan memeliharanya dari segala ancaman yang akan meruntuhkan keabadian Islam ini.
Anak ini menjadi generasi unggul, memandang Islam sebagai agama sekaligus Negara, sebab ia telah terikat dengan Islam, baik secara mushhaf dan pedang, pikiran maupun kebudayaan. Anak seperti ini tidak membedakan antara Tsaqafah Islamiyah dan Hadlarah-nya, sebab Islam dipahaminya secara ilmu dan amalannya (`ilmanan wa tathbiqan).
Dr. Abdullah Nasih `Ulwan menyebutkan dalam bukunya, Kaidah pengikatan (qa`idah ar ribth) meliputi : ikatan keyakinan (i`tiqadi), ikatan ruh, ikatan pemikiran, ikatan social, dan ikatan olahraga (bina fisik dan kesehatannya).
 Dalam pembahasan ikatan Aqidah, anak-anak dikenalkan dan dipahamkan tentang kedudukan Iman bagi seorang muslim, sebagai fondasi amaliyah hamba (amal hati dan amal anggota badan). Uraian tentang rukun-rukun iman dan Islam sesuai dengan tingkatan nalar mereka. Tujuannya agar anak-anak memiliki tangtgung jawab terhadap keislaman dan keimanan mereka, memeliharanya dan menjaganya dari hal-hal dapat merusak iman dan amalan-amalan mereka, dst ….
Pada ikatan ruh, maka anak-anak harus diikatkan dengan ikatan ibadah, al qur’anul karim, masjid-masjid Allah, dzikr kepada Allah, ikatan ibadah-ibadah sunnah (an nawafil), dan dengan ikatan “muraqabatullah” (adanya pengawasan Allah pada hambaNya).
Dr. Nasih `Ulwan menguraikan ikatan ruh ini panjang lebar, disertai dalil-dalil dari al Qur’an dan as Sunnah serta sikap pendirian salafush shalih, jilid 2 hal. 770 dst), sebagimana halnya dijelaskan pula secara detail oleh Syaikh Muhammad Nur Suwaid dalam bukunya “Manhajut Tarbiyah an Nabawiyah Lith Thifli” pada bab pembahasan “Bina’usy syahsiyyah” (Pembinaan kepribadian), dari mulai awal kelahiran dan hari ketujuh kelahiran tentang amalan-amalan sunnah pa saja yang mesti dipelihara oleh keluarga muslim, hingga usia dua tahun, lalu dari usi 2 tahun hingga awal baligh. Dari mulai pembahasan bina aqidah, bina ibadah, bina akhlak, bina social, bina kesehatan, bina fisiknya, bina ilmu dan fikrahnya, bina jinsiyahnya (dorongan seksualnya), bina emosional dan kejiwaannya.
Itu semua ia paparkan dengan dalil al Qur’an dan as Sunnah serta siroh as salaf.
Menjadi kewajiban bagi setiap murabbi (orang tua dan guru / pendidik) untuk membacanya, memahaminya dan menelaah serta menaplikasikannya dengan penuh keyakinan, keteguhan dan kesabaran). `Afwan, Ana tidak akan membahasanya disini, ahsan melalui kajian-kajian langsung dalam forum pembinaan Guru.
--------------------
أدبوا أولادكم على ثلاث خصال : حب نبيكم وحب آل بيته ...
Didiklah anak-anakmu mengenai tiga hal penting: mencintai nabimu dan ahli baitnya…
ألا إني أوتيت الكتاب ومثله معه (رواه أبو داود)
Ketahuilah sungguh aku telah dberi wahyu berupa al Qur’an dan yang sepertinay menyertai bersamanya (as sunnah).
وما أتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا .... الحشر: 7
Dan apa saja yang dating padamu dari Rasul maka ambillah, dan apa saja yang dating larangan dari nya maka tinggalkanlah dan jauhilah.
إياكم وكثرة الضحك فإنه يميت القلب ويذهب بنور أهل الجنة (رواه ابن ماجه)
Hati-hatilah dalam banyak tertawa, sebab itu dapat meamatikan hati dan menghilangkan cahaya ahlul jannah
اتق الله حيثما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن (رواه الترمذي)
Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, lakukanlah perbuatan baik untuk menghapus perbuatan burukmu, dan bergaullah dengan manusia dengan pergaulan yang baik.
---------------------
Pada ikatan pemikiran, maksudnya sejak dini agar anak-anak muslim dikenalkan dan diikatkan dengan ajaran, pemahaman dan nilai-nilai (perintah dan larangan) syariat Islam hingga dewasanya, bahwa Islam itu harus dipegang secara kaffah, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, syamil mutakamil, … dan sudah barang tentu bahwa amalan harus disesuaikan dengan kesanggupan, bukan kepada totalitas atau parsialnya (kulliyah - juz`iyyahnya), atau pada pokok dan cabangnya (ushul – furu`nya).
----- Al `amal yata`allaq bil istitha`ah ----- Firman Allah “Fat Taqullah mas Tatha`tum”.
Dalam hal ini anak-anak harus dipahamkan tentang Islam dengan pemahaman yang shahih, sesuai pemahaman salafush shalih dari kalangan para shahabat, tabi`un dan tabi`ut tabi’in, serta pengikutnya yang ihsan hingga kiamat. Setahap demi setahap, sesuai dengan kebutuhannya dan tingkat usianya… Anak-anak dikenalkan apa itu Tsaqafah islamiyah berikut cakupannya, apa itu Hadlarah (peradaban, kemajuan materi dan pranata), dan mana keduanya tidak bisa dipisah-pisahkannya, sebab keyakinan-nilai nilai-pemikiran-adat dan kultur Islam itu untuk bisa terwujud dalam kenyataan, memerlukan media (sarana). Itulah maksud dari Tsaqafah & Hadlarah, seperti hubungan antara supra struktur dan infra struktur dalam dunia pembangunan, seperti hubungan software dengan hardware dalam computer.
Termasuk ikatan pemikiran adalah, memperkenalkan kepada anak-anak tentang tipu daya dan maker-makar jahat musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi, Nashrani, secular, imprialis, kapitalis, komunis, ghazwul fikri, hingga islam pobia.
Itulah mengapa ulama salaf menekankan pentingnya bagi pendidik itu melakukan “Tashfiyah qablat Tarbiyah” (membersihkan paham dan fikrah Islamnya sebelum melakukan pendidikan), … dst.
Pada ikatan Sosial, maka anak-anak diperkenalkan akan peran social dalam kehidupannya, membekalinya dengan akhlak moral yang baik dan terpuji, agar hidupnya member manfaat banyak pada orang lain : seperti menanamkan dasar-dasar moral yang mulia, menjaga dan memelihara hak-hak orang lain, menaati etika social yang berlaku, dan melakukan control dan kritik social.
Dan sebaiknya di dalam setiap kehidupan masyarakat, maka anak-anak itu memiliki pembimbing sehingga mereka terikat dengan nya, memiliki teman-teman yang baik yg saling member manfaat dan berta`wun, sebagai cermin dalam kehidupan, lalu perlunya anak-anak diikatkan dengan dakwah dan kehidupan para da`ii ….
Lalu dalam pembahasan ikatan olahraga, beliau mengatakan alangkah baiknya apabila setiap anak, sejak dini telah mendapatkan perhatian dalam hal kesehatan atau pembinaan jasmani. Bahkan agar dapat menyalurkan waktu dan kesehatannya (sebagai dua nikmat Allah yang sering diabaikan oleh banyak orang), mengisinya untuk hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, kekuatan dan semangat. Hal ini dapat mengisi waktu luangnya yang banyak dalam kegiatan manfaat, sebagai langkah prefentif dari segala penyakit, dan sebagai pembiasan olah fisik sebagai persiapan jihad membela Islam.
وأعدوا لهم ماستطعتم من قوة ومن رباط الخيل ترهبون به عدو الله وعدوكم (الأنفال: 60)
Lakukan persiapan menghadapi mereka (musuh) berupa kekuatan dan menunggang kuda, untuk memberikan efek takut pada musuh Allah dan musuhmu.
المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف ... صحيح مسلم.
 Mukmin yang kuat itu lebih Allah cintai dan lebih baik dari mukmin yang lemah.
علموا أولادكم الرماية وركوب الخيل .... عمر ابن الخطاب.
Ajarilah anak-anakmu memanah dan menunggang kuda.

Namun semua itu harus dilakukan secara bertahap, kontinu, disertai dengan menu dan asupan gizi yang baik dan memadahi. Dan juga harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariat dalam berolahraga dan bergaul dengan banyak orang, seperti : jaga batas-batas aurat, tidak ikhtilath, dan tentu tidak melanggar atau mengabaikan kewajiban-kewajiban lain atau ikatan-ikatan lain, atau tetap menjaga adab dan akhlak islam dalam pergaulan, meluruskan niat dan tujuan.

KAIDAH KEDUA : KAIDAH PERINGATAN (QA`IDAH AT TAHDZIR)
Ikatkan dan Ingatkan adalah ibarat dua sisi mata uang, tak bisa dipisahkan.
Dan ini kaitannya dengan masalah “ar roja’” (harapan dan janji Allah) dan “alkhauf” (takut akan siksa Allah), sehingga setiap anak muslim sejak didi harus diikatkan dengan amalan-amalan yang diperintahkan syariat (yang wajib dan yang sunnah) dan beramal dengan niat yang tulus karena Allah dan tujuan mencari ridlo Nya, itulah ar roja’.
Diperkenalkan kepada anak-anak ayat-ayat ancaman dan siksaan bagi para pelaku maksiat, sehingga muncul rasa “khauf”nya kepada (siksa) Allah dan menjauhi apa-apa yang dilarang Nya. Dan itu semua dilakukan dengan “al mahabbah” penuh kecintaannya kepada Allah, sebagai Khaliq, Raziq, Malik dan Mudabbir.

Peringatan : Meliputi :
·         Bahaya kembali kepada kekafiran (murtad),
·         Bahaya syirik dan pelakunya, di dunia dan di akhirat,
·         Bahaya pelaku-pelaku dosa besar dan kecil,
·         Bahaya minuman keras dan memabukkan, dan yang diharamkan (cara maupun dzatnya)
·         Bahaya pergaulan bebas dan pemikiran-pemikiran sesat lagi menyesatkan,
·         Bahayanya teman-teman yang buruk akhlak, pelaku bid`ah dan khurafat.
·         Bahaya khalwat, menonton film-film dan mengakses situs porno
·         Bahaya banyak tidur, banyak makan, dan panjang angan-angan.
·         Bahayanya aliran-aliran sesat dan menyesatkan : jama`ah sempalan, hiuzb-hizb, `ashabiyah, ….
·         Bahaya music dan lagu, memainkan nya atau mendengarkannya.
·         Bahaya menkonsumsi obat-obat terlarang, ganja, dsj, termasuk kebiasaan merokok.
·         Bahaya nya judi, riba, spekluasi dalam mu`amalah harta dan perdagangan.
·         Bahaya kebiasaan mencuri dan korupsi, kolusi dan nepotisme, hedonism.


3 komentar:

al-hidayah mengatakan...

bismilahi..
ass... mau nanya..jadi intinya
kaidah asasi dalam pendidikan itu ada dua yaa..
dari 2 itu terbagi bberapa bagian..atau ada kaidah lagi selain yg dua ini..
trims...wassalam

Lajnah Pendidikan mengatakan...

bismillah.. kaidah elementer ada 2: kaidah pengikatan (ar ribth) dan kaidah peringatan (tahdzir), sebab pada dasarnys setiap manusia juga perlu "memerintah" dan "melarang", termasuk pada dirinya (perkataan Ibnu Taimiyah).artinya bahwa manusia itu perlu Diikat dengan seluruh kewajibannnya agar menjadi insan yang taat, dan diingatkan akan larangan-larangannya agar terbiasa dan terlatih meninggalkan kemaksiatan - yang besar maupun yg kecil - Itulah hakikat pendidikan anak-anak. Dengan bahasa lain, hakikatnya pendiidikan anak dan keluarga itu agar mampu menjauhkan dari adzab neraka (QS at Tahrim:6). wallahu a`lam. Silahkan baca buku "Cara Nabi mendidik anak" (Moh Nursuwaid), Pendidikan anak dlm Islam (Abdullah Nasih Ulwan), Ushul Tarbiyah (Abdurrahman an Nahlawi dan Amin Abu Lawi)....

dedybias mengatakan...

bissmillah...
apa yang bisa kita simpulkan mengenai bab kaidah pasal ke tiga dalm buku tarbiatulaulad,, disana terlalu panjang lebar dalam pembahasan,, jazakallah...

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------