- Iman kepada hari akhirat
- Bagaimana pun senangnya orang kafir di dunia maka di akhirat mereka akan sengsara
- Hadits ini menunjukkan sopan santun seorang murid kepada gurunya, sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat tersebut dengan memanggil Nabi dengan sebutan Rasulullah bukan dengan langsung menyebut namanya. Maka demikian pula hendaknya seorang murid memanggil gurunya dengan sebutan ‘Ustadz’ atau yang semacamnya dan tidak dengan langsung menyebut namanya
- Hadits ini menunjukkan kemahakuasaan Allah ta’ala
- Hadits ini menunjukkan adanya hari kebangkitan dan pembalasan amal. Barangsiapa yang melakukan kebaikan di dunia dengan iman dan amal salih maka akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat, sedangkan orang yang hidup di dunia dengan kakfiran dan kedurhakaan maka di akhirat dia akan sengsara
- Wajibnya mengimani perkara gaib
- Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar seorang manusia yang mendapatkan wahyu dari Allah ta’ala
- Hadits ini merupakan mukjizat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimana beliau mengabarkan kepada kita sesuatu yang belum terjadi di dunia ini
- Di dalamnya terkandung penetapan sifat qudrah/berkuasa bagi Allah ta’ala
- Di dalamnya juga terkandung kewajiban untuk membenarkan firman Allah dan sabda Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam
- Bolehnya bersumpah untuk menegaskan sesuatu tanpa diminta
- Bolehnya bersumpah dengan salah satu sifat Allah yang disandarkan kepada-Nya
- Penetapan sifat ‘Izzah bagi Allah
- Penetapan sifat rububiyah Allah
- Bolehnya menyebut Allah dengan ‘Rabb kita’
- Hadits ini menunjukkan besarnya pengagungan kaum salaf kepada hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
- Hadits ini menunjukkan wajibnya menundukkan akal kepada wahyu
- Hadits ini menunjukkan bahwa akal manusia itu terbatas dan bertingkat-tingkat
- Hadits ini menunjukkan bahwa akal yang sehat akan senantiasa tunduk kepada wahyu bukan malah menentangnya.
- Orang kafir akan dibangkitkan dalam keadaan terbalik, kepalanya berada di bawah dan dia berjalan di atasnya untuk menuju pengadilan Allah ta’ala (lihat QS. al-Furqan : 34). Wallahu a’lam
قَالَ قَتَادَةُ بَلَى وَعِزَّةِ رَبِّنَا
Zuhair bin Harb menuturkan kepada saya, demikian juga Abdu bin Humaid, sedangkan lafaznya adalah milik Zuhair, mereka berdua berkata; Yunus bin Muhammad menuturkan kepada kami. Dia berkata; Syaiban menuturkan kepada kami dari Qatadah. Dia berkata; Anas bin Malik menuturkan kepada kami bahwa ada seorang lelaki yang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana cara orang kafir itu dibangkitkan dan dikumpulkan pada hari kiamat nanti berjalan di atas wajahnya?”. Maka beliau menjawab, “Bukankah Dzat yang telah membuatnya berjalan di atas kedua kakinya ketika hidup di dunia berkuasa pula untuk membuatnya berjalan di atas wajahnya pada hari kiamat kelak?”. Qatadah berkata, “Demi kemuliaan Rabb kita, sungguh benar Allah Maha kuasa untuk melakukannya.” (HR. Muslim dalam Kitab Shifat al-Qiyamah wa al-Jannah wa an-Naar)
Hadits yang mulia ini menunjukkan kepada kita berbagai pelajaran penting, di antaranya :
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------