PUASA TATHAWWU`
(PUASA-PUASA SUNNAH)
Selain puasa wajib pada bulan Ramadhan, Rasulullah juga
memberi contoh untuk melakuka puasa sunah pada bulan lainnya. Kapan saja
waktunya dan apa saja keutamaannya.
PUASA 6 HARI BULAN SYAWWAL
Abu Ayyub Al-Anshari Radhiallahu Anhu meriwayatkanbahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi waSallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا
مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Siapa yang berpuasa
ramadhan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan syawwal, maka
yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim) HR. Muslim, Ash-Shiyam, 1164; Tirmizi, Ash-Shaum,
759; Abu Dawud, As-Shaum, 2433; Ibnu Majah, As-Shiyam, 1716;
Ahmad, 5/417; Ad-Darimi, Ash-Shaum, 1754.
PUASA
SENIN DAN KAMIS
Abu Qatadah Radhiyallahu Anhu
meriwayatkanbahawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah ditanya
tentang puasa hari Senin, beliau menjawab:
ذَاكَ يَوْمٌ
وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ.
“Hari itu (hari yang bersejarah, kerana) padanya aku
dilahirkan dan padanya aku diutus menjadi Rasul - atau pada hari itulah
(mula-mula) diturunkan al-Qur'an kepada aku.” (HR. Muslim)
[1] HR. Muslim, Ash-Shiyam, 1162;
Kemudian dalam hadits lain, Abu
Hurairah Radhiallahu Anhu bahwasanya Rasulullah Shallallaahu Alaihi waSallam
bersabda:
تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ
وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Pada hari senin dan kamis
semua amalan diperhadapkan (kepada Allah), karenanya saya lebih suka jika
amalanku diperhadapkan ketika saya sedang berpuasa”. (HR. At-Tirmizi) Tirmizi, Ash-Shaum, 747; Ibnu Majah, As-Shiyam,
1740;
Ibunda Aisyha Radhiyallahu
Anha berkata:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ
وَالْخَمِيسِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. Tirmizi) Tirmizi, Ash-Shaum,
745; An-Nasa’i, As-Shiyam, 2361; Ibnu Majah, As-Shiyam, 1739.
PUASA HARI-HARI PUTIH, 3 HARI TIAP BULAN.
Abu Hurairah Radhiallahu Anhu dia berkata:
أَوْصَانِي
خَلِيلِيصلى الله عليه وسلم بِثَلَاثٍ
أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوْتِرَ قَبْلَ أَنَامُ
“Kekasihku shallallahu
‘alaihi wasallam telah berwasiat kepadaku untuk melakukan puasa tiga harisetiap
bulan, shalat dhuha, dan tidur dengan shalat witir terlebih dahulu sebelum tidur”. (HR. Al-Bukhari) HR. Bukhari,Ash-Shaum, 1880; Muslim, Shalatul
Musafirin wa Qashruha, 721; Tirmizi, Ash-Shaum, 760; An-Nasa’i, Qaiyamul
Lail wa Tathawwu’un Nahar, 1687; Abu Dawud, As-Shalat, 1432; Ahmad,
2/505; Ad-Darimi, Ash-Shaum, 1745.
Abdullah bin amru Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
صَوْمُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ
شَهْرٍ يَعْدِلُ صَوْمَ الدَّهْرِ كُلِّهِ
“Puasa tiga hari setiap bulannya menyamai pahala puasa
sepajang masa.” (HR.
bukhari) HR. Bukhari, Al-Adab, 5738; An-Nasa’i, Ash-Shiyam, 2393; Abu
Dawud, As-Shaum, 2427; Ahmad, 2/158….. Tanggal 13, 14, 15 bulan
qamariyah.
Puasa merupakan ibadah yang paling utama. Termasuk dari
Rahmat dari dan karunia Allah Azza wa Jalla. Dia tidak menjadika pusa ini
sebagai ibadah yang waktunya terbatas, tetapi Allah Azza wa Jalla mensyariatkan
puasa sunah pada setiap waktu. Allah hanya mengkhususkan waktu-waktu tertentu
dengan tambahan pahala keutamaan pada waktu tersebut dibanding waktu lain. Dan
Allah menjadikannya rutinitas (pekanan, bulanan, atau tahunan) sebagai sarana
untuk hamba-Nya dalam menambah ketaatan.
FAEDAH DAN HIKMAH YANG DAPAT DIPETIK ADALAH:
1. Keutamaan
puasa enam hari pada bulan syawal, dan jika dilakukan beriringan dengan puasa
Ramadhan maka pahalanya menyamai puasa sepanjang masa.
2. Keutamaan
puasa hari Senin dan Kamis.
3. Dianjurkan
puasa tiga hari setiap bulannya, dan pahalanya juga menyamai pahala puasa
sepanjang masa.
HUKUM-HUKUM BERKAITAN DENGAN PUASA
TATHAWWU` (SUNNAH)
Dalam
mengerjakan puasa sunah, ada rambu-rambu yang menyertainya. Ada hari-hari di
mana Rasulullah melarang untuk berpiusa di dalamnya. Ini sebagaimana
dicontohkan beliau:
BERPUASA PADA HARI JUM`AT:
Abu Hurairah Radhiallahu Anhu beliau berkata, saya
mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi waSallam bersabda:
لاَ يَصُوْمَنَّ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمْعَةِ
إِلاَّ أَنْ يَصُوْمَ يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ
“Jangan
sekali-kali salah seorang di antara kalian berpuasa
pada hari Jum’at, kecuali dia berpuasa sehari sebelumnya atau sehari
setelahnya”. (HR. Muslim) HR. Muslim, Ash-Shiyam, 1144; Tirmizi, Ash-Shaum,
743; Abu Dawud, As-Shaum, 2420; Ibnu Majah, As-Shiyam, 1723;
Ahmad, 2/526.
Rasulullah
juga melarang mengkhususkan malam Jumat dengan shalat malam. Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, Nabi
Shallallahu Alaihi waSallam bersabda:
لاَ تَخْتَصُّوْا لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ بِقِيَامٍ
مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي, وَلاَ تَخْتَصُّوْا يَوْمَ الْجُمْعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ
بَيْنِ الْأَيَّامِ, إِلاَّ أَنْ يَكُوْنَ فِي صَوْمٍ يَصُوْمُهُ أَحَدُكُم
“Jangan
kalian mengkhususkan sholat malam pada malam Jum’at dan jangan pula kalian
mengkhususkan berpuasa pada hari Jum’at, kecuali puasa yang salah seorang di antara kalian biasa berpuasa padanya”.(HR. Bukhari) HR. Bukhari, Ash-Shaum, 1884;
Muslim, Ash-Shiyam, 1144; Tirmizi, Ash-Shaum, 743; Abu Dawud, As-Shaum,
2420; Ibnu Majah, As-Shiyam, 1723; Ahmad, 2/422.
HARI
RAYA IDUL FITHRI DAN IDUL ADLHA.
Umar bin Al-Khaththab Radhiallahu Anhu berkata:
هَذَانِ
يَوْمَانِ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ
صِيَامِهِمَا يَوْمُ فِطْرِكُمْ مِنْ صِيَامِكُمْ وَالْيَوْمُ الْآخَرُ
تَأْكُلُونَ فِيهِ مِنْ نُسُكِكُمْ
“Inilah
dua hari yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
melarang puasa padanya: Hari saat kalian berbuka dari puasa kalian (‘iedul
fithri) dan hari lainnya adalah hari ketika kalian memakan hewan qurban kalian
(‘iedul adh-ha) “. (HR. Al-Bukhari)[1]
HARI TASHRIQ :
Ibnu ‘Umar Radhiallahu Anhuma berkata:
لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ
يُصَمْنَ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ
“Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari tasyriq
kecuali bagi siapa yang tidak mempunyai hadyu (hewan qurban bagi yang
menunaikan haji).” (HR.
Al-Bukhari) [1] HR. Bukhari, Ash-Shaum, 1894;
Malik, Al-Hajj, 972
Ibadah puasa disyariatkan di semua hari yang ada,
selain hari-hari yang telah dikecualikan atau syariat melarang mengkhususkan
sautu puasa karena ada hikmah yang agung di balik semua itu.
FAEDAH DAN HIKMAH YANG DAPAT KITA PETIK ADALAH:
1. Larangan
mengkhususkan puasa pada Hari Jumat, kecuali jika bertepatan dengan kebiasaan
puasanya.
2. Larangan
puasa pada hari Raya; Idul Fitri dan Idul Adha serta pada hari-hari Tasyriq.
[1] HR. Bukhari, Ash-Shaum, 1889; Muslim, Ash-Shiyam,
1722; Tirmizi, Ash-Shaum, 7471; Abu Dawud, As-Shaum, 2416; Ibnu
Majah, As-Shiyam, 1722; Ahmad, 2/40; Malik, An-Nida’u lish Shalah,
972.
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------