MASJID IMAM BUKHARI JATINANGOR
BA`DA SHOLAT SHUBUH-SYURUQ RAMADLAN
1437 H
MINGGU PERTAMA
HARI KE-4, KAMIS, 4 RAMADLON 1437 H
Oleh ust Abu Fahmi Ahmad
(Ketujuh): Menjauhi Dosa-Dosa Besar
dapat menghapus Dosa-dosa Kecil (as sayyi`at)
Allah berfirman
dalam surat an Nisa` ayat 31:
قال اللَّه تعالى: ﴿إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ
مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ
مُدْخَلًا كَرِيمًا﴾.
jika kamu menjauhi
dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya
Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan
kamu ke tempat yang mulia (surga).
«وهذا من فضل اللَّهِ تعالى وإحسانه على عباده المؤمنين، وعدهم
أنهم إذا اجتنبوا كبائر المنهيات غفر لهم جميع الذنوب والسيئات، وأدخلهم مدخلاً
كريماً، كثير الخير وهو الجنة، المشتملة على ما لا عين رأت، ولا أذن سمعت، ولا خطر
على قلب بشر.
Ayat ini
menunjukkan adanya karnuia Allah dan Ihsannya terhadap hamba-hambanya yang
mukmin, dimana Allah menjanjikan kepada mereka apabila menjauhkan dosa-dosa
besar yg dilarang melakukannya, maka Allah akan ampuni mereka seluruh dosa dan
(yang besar dan yg kecil), dan akan memasukkan mereka ke temnpat yang banyak
kebaikan yaitu Surganya, yang di dalamnya meliputi hal-hakl yang belum pernah
terlintas oleh pandangan mata, pendengaran telinganya, dan oleh lintasan hati
manusia.
ويدخل في اجتناب
الكبائر فعلُ الفرائض التي يكون تاركها مرتكباً كبيرة، كالصلوات الخمس، والجمعة،
وصوم رمضان
Termasuk ke dalam
“menjauhi dosa-dosa besar” mengerjakan perkara yang wajib (fardlu) yang apabila
ditinggalkannya, seseorang dikatakan melakukan dosa besar. Seperti sholat wajib
lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadlan, seperti sabda Nabi shallallahu
`alaihi wasallam berikut:
«الصلوات الخمس والجمعة إلى الجمعة ورمضان إلى رمضان مكفرات لما
بينهما ما اجتنبت الكبائر».
Sholat lima waktu, dari satu jum`at ke
jum`at berikutnya, dati romadlan satu ke ramadlon berikutnya, terdapat
penghapus-penghapus dosa (bagi hamba) selama dia itu menjauhkan dosa-dosa
besar” مسلم، برقم 233، ويأتي
تخريجه.
وأحسن
ما حُدَّت به الكبائر، أن الكبيرة ما فيه حدّ في الدنيا، أو وعيد في الآخرة، أو
نفي إيمان، أو ترتيب لعنة، أو غضب عليه» تيسير الكريم الرحمن، ص 189.
Dan perkara yg
terbaik berbicara mengenai dosa besar, adalah jenis dosa besar yang ada “had”
nya (hukukannya) di dunia, atau terdapat ancaman di akhirat, ayau dapat
meniadakan iman, ayau sebutan laknat atau murka atasnya….*)
*) CATATAN TANBAHAN DARI PEMATERI
BERKENAAN DENGAN PENGGUNAAN KATA LAKNAT YANG TERMASUK MELAKUKAN DOSA BESAR:
Dalam hadits shahih riwayat Ibnu Mas`ud Ra, bahwasnya
Rasulullah Saw bersabda:
{لَعَنَ
اللهُ الـوَاشِمَاتِ والـمُسْتَوْشِماتِ والنَّامِصَاتِ والـمُـتَنَمِّصَاتِ
والـمُتَلَفِّجَاتِ
لِلْحُسْنِ الـمُغَيِّر َاتِ خَلْقَ الله ِ عزَّ وَ جَلَّ}
"Allah mengutuk (melaknat) wanita yang mentato,
wanita yang menghilangkan bulu alisnya,
wanita yang kinta untuyk dihilangkan bulu alisnya, wanita yang mengikir giginya
untuk berhias yang mengubah ciptaan Allah"
(Fatawa al Jami`ah lil Mar'atil Muslimah).
{لُعِنَ
الـوَاصِلَةُ وا لـمُسْتَوْصِلَةُ والـوَاشِمَةُ والـمُسْتَوْ شِمَةُ}
"Dilaknat bagi wanita yang menyambung rambut (rambut palus,
dengan wiq) dan yang meminta
disambungkan rambutnya (rambut palsu), wanita yang memtato dirinya dan yang
minta ditato". (Fatawa Lajnah Da'imah lil Bukhuts ilmiyah wal Ifta').
Tentang pemakan Riba, juga diriwayatkan (menggunakan kata Laknat):
لعن رسول الله صلى
الله عليه وسلم آكل الربا وموكّله وكاتبه وشاهديه وقال لهم سواء
Rasulullah shal;lahu `alaihi wa salam melaknat pemakan
Riba, pemberi makan dengannya, penylinya dan kedua saksinya. Beliau mengatakan
“Mereka itu sama Saja”…HR Muslim, KItab al Musaqah (1598) KItab Dakwah Juz 1
hal. 142, dari Fatwa Ibnu Baz. Belia juga memasukkan “petugas satpam, keamaanan
Bank Konvesional” termasuk yg dilaknat, karena berada dalam satu system
pelaksanan Riba.
Ada diantara ulama yang membedakan antara mencabut dan
mencukur atau menipiskan bulu alis, yang mana (menurutnya) kalau mencabut
itu diharamkan dan kalau mencukur atau menipiskan
dhukumi makruh (dibenci). Namun Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa an Nam
situ meliputi menipiskan, mencukur dan mencabut bulu alis mata. Pokoknya
sama-sama melakukan perubahan b entuk buylu yang ada di wajah yang tidak
dizinkan Allah, sebab termasuk merubah ciptaan-Nya. .(Fatawa Lajnah Da'imah lil
Buhuts wal Ifta', V/195; dan Majmu` Fatawa war Rasa'il, Syaikh ibnu Utsaimin,
4/133, ath Thaharah).
Ketika Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah Fauzan al Fauzan
ditanya mengenai hokum melentikkan bulu-bulu alis mata, menajamkannya dengan
cara meotong ujung-ujungnya, mencukur atau mencabutnya, beliau menjawab:
Perbuatan itu semua termasuk an namsh yang haram dan
terlaknat pelakunya. Dikhususkan bagi wanita, karena kebanyakan peakunya memang
wanita untuk mempercantic diri (berhias diri). (Zinatul Mar'ah, hal. 87, dalam
al Fatawa al Jami`ah Lil mara'til Muslimah, edisi Indoensia, Darul Haq, jilid
3).
Bagaimana
dengan hukum mengukir gigi ?
Berdasarkan hadits Nabi saw, perbuatan ini haram:
{والـمُتَـفَلِّجَاتُ لِلْـحُسْنِ والـمُغَيِّرَاتُ لِـخَلْقِ الله
ِ}
"Para wanita yang mengikir gigi
untuk berhias dan yang merubah ciptaan Allah"
(Zinatul Mar'ah, hal. 84, al Fatawa al Jami`ah lil
Mar'atil Muslimah).
Namun apabila ada kelainan, dan memang diperlukan untuk
diperbaiki, seperti memendekkan atau meluruskan hingga tidak tampak
terpisah-terpisah, maka hukumnya dibolehkan. (Syaikh Shalih bin Abdullah
Fauzan)
Keempat
: MENCUKUR RAMBUT/BULU BADAN BAGI WANITA
Boleh bagi wanita untuk menghilangkan bulu tubuhnya kecuali
rambut alis dan kepala. Yang melakukannya adalah wanita yang bersangkutan
atau salah seorang mahramnya atau wanita lain yang memang boleh melihat
tubuhnya. (Lajnah Da'imah).
Menghilangkan Rambut Wajah:
Untuk rambut biasa (wajar bagi wanita) tentulah tidak
diperbolehkan menghilangkannya, karena termasuk an Namsh. Namun apabila bulu yang dimaksud
itu bulu yang tidak biasanya (tumbuh
liar), sudah dianggap mengganggu, seperti kumis dan jenggot (bagi wanita),
maka boleh meng hilang kannya. (Bin Baz, Kumpulan Fatwa dan Makalah, 6/402, Al
Fatawa al Jami`ah lil Mar'atil Muslimah).
Tentang menghilangkan bulu-bulu kaki dan tangan,
syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan, "Jika bulu-bulu tersebut lebat, dan
mengganggu, maka b oleh menghilangkannya. Jika biasa-biasa saja, hanya tipis
tidak mengganggu, maka tak boleh menghilangkannya, menurut sebagian `ulama
karena alasan merubah ciptaan Allah. Sebagian lain membolehkannya karena
termasuk yang didiamkan oleh Allah. Rasulullah saw bersabda:
{مَا سَكَتَ الله ُ عَنْهُ
فَهُوَ عَفْوٌ}
'Apa yang telah
Allah diamkan maka hukumnya adalah dimaafkan", maksudnya tidak
diharamkan dan tidak wajib.
Sebagian `Ulama berkata, bulu-bulu (rambut) terbagi
menjadi tiga :
1.
Yang
haram untuk dihilangkan oleh Syaari`. Seperti jenggot untuk laki-laki dan alis
mata bagi wanita dan lelaki.
2.
Yang
diperintahkan untuk dihilangkan oleh Syaari`, seperti : bulu ketiak dan rambut
kemaluan (bagi wanita dan laki-laki),
3.
serta
Yang didiamkan oleh Syaari`. Maka hukumnya termaafkan.
(Majmu` Fatawa war Rasa'il, Syaikh Ibnu Utsaimin).kumis
bagi laki-laki.
Kelima : SOAL WANITA MENCUKUR RAMBUT KEPALANYA
Syaikh Shalih Fauzan mengatakan, jika menyerupai kafir,
maka dihukumi tidak boleh. (Hadits larangan tasyabbuh, dari Ibnu Umar Ra).
Demikian juga apabila mencukurnya seperti gaya laki-laki, cukur pendek sehingga
kedua telinganya tampak jelas.
Apabila tujuannya tidak untuk tasyabbuh (menyerupai kafir
atau laki-laki), namun untuk tujuan lain yang bukan untuk berhias, karena
merasa sulit memeliharanya apabila terlalu panjang, dan menyulitkan baginya,
maka para ulama membolehkannya.
Kalau mau Ikutilah gaya rambut istri-istri nabi Saw,
yaitu gaya "wafrah", rambut memanjang melebihi kedua telinga.
Ini artinya bahwa memendekkan rambut bagi wanita diperbolehkan selama tidak
melebihi batas kedua telinga. Artinya, telinga tetap tertutup, bukan untuk
berhias atau menyerupai kafir atau menyerupai laki. (Sumber Fiqh Ibadah
SMPIT Imam BUukhari Jatinangor, Kls VII, oleh Abu Fahmi)
Wallahu a`lam.
--------------------
Allah berfirman dalam surat an Najm ayat 32:
﴿الَّذِينَ
يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ
وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ﴾(
32. (yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar
dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Luas ampunanNya.
«﴿الَّذِينَ
يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الإثْمِ وَالْفَوَاحِشَ﴾ أي: يفعلون ما أمرهم الله به
من الواجبات، التي يكون تركها من كبائر الذنوب، ويتركون المحرمات الكبار، كالزنا،
وشرب الخمر، وأكل الربا، والقتل، ونحو ذلك من الذنوب العظيمة، ﴿إِلا اللَّمَمَ﴾،
وهي الذنوب الصغار، التي لا يُصرُّ صاحبها عليها، أو التي يلمّ بها العبد، المرة
بعد المرة، على وجه الندرة والقلة، فهذه ليس مجرد الإقدام عليها مخرجاً للعبد من
أن يكون من المحسنين؛ فإن هذه مع الإتيان بالواجبات، وترك المحرمات، تدخل تحت
مغفرة اللَّه التي وسعت كل شيء؛ ولهذا قال: ﴿إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ
الْمَغْفِرَةِ﴾
Maksud
dari firman Nya (yaitu) (orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan
perbuatan keji) adalah mereka yang mengerjakan apa-apa yang Allah perintahkan
yg apabila meninggalkannya maka ia dikenakan dosa besar, dan meninggalkan
keharaman-keharaman besar, seperti zina, meminum khamr, memakan harta Riba,
membunuh jiwa (tanpa haq) dan selainnya yg termasuk dosa-dosa besar,
(selain dari kesalahan-kesalahan kecil), yaitu dosa-dosa kecil yang pelakunya
tidak mengulang-ulanginya, atau dosa kecil yg dicela oleh yg bersangkutan
secara beulang-ulang, walau jarang dan sedikit. Melakukan hal demikian tidak
serta merta mebuat pelakunya termasuk dalam golongan orang-orang yg keluar dari golongan orng-orang yg berbuat baik, sebab melaksanakan kewajiban
dan menjauhi keharaman itu berada di bawah naungan ampuan Allah yg meliputi
segakla sesuatu, karena itulah Allah berfirman (Sesungguhnya Tuhanmu Maha
Luas ampunanNya).
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------