- Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)-nya di pagi hari,
- dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin),
- lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Rabbmu ketika mereka sedang tidur,
- maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.
- lalu mereka panggil memanggil di pagi hari:
- “Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya.”
- Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik.
- “Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.”
- Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka (menolongnya).
- Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: “Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan),
- bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)
- Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)
- Mereka mengucapkan: “Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”
- Lalu sebahagian mereka menghadapi sebahagian yang lain seraya cela mencela.
- Mereka berkata: “Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas.”
- Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita.
- Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui. (QS. Al Qalam: 17-33).
Istidraj
: Jebakan Berupa Limpahan Rezeki Karena
Bermaksiat
Apa itu istidraj?
Bisa jadi ada yang mendapatkan
limpahan rezeki namun ia adalah orang yang gemar maksiat. Ia tempuh jalan
kesyirikan –lewat ritual pesugihan- misalnya, dan benar ia cepat kaya.
Ketahuilah bahwa mendapatkan limpahan kekayaan seperti itu bukanlah suatu tanda
kemuliaan, namun itu adalah istidraj. Istidraj artinya suatu
jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan terus
menerus bermaksiat pada Allah.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى
يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ
فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Bila kamu melihat Allah memberi
pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada
dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj
(jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari
jalur lain).
Allah Ta’ala berfirman,
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ
فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua
pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan
apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al
An’am: 44)
Dalam Tafsir Al Jalalain
(hal. 141) disebutkan, “Ketika mereka meninggalkan peringatan yang diberikan
pada mereka, tidak mau mengindahkan peringatan tersebut, Allah buka pada mereka
segala pintu nikmat sebagai bentuk istidraj pada mereka. Sampai mereka berbangga
akan hal itu dengan sombongnya. Kemudian kami siksa mereka dengan tiba-tiba.
Lantas mereka pun terdiam dari segala kebaikan.”
Syaikh As Sa’di menyatakan, “Ketika
mereka melupakan peringatan Allah yang diberikan pada mereka, maka dibukakanlah
berbagi pintu dunia dan kelezatannya, mereka pun lalai. Sampai mereka
bergembira dengan apa yang diberikan pada mereka, akhirnya Allah menyiksa
mereka dengan tiba-tiba. Mereka pun berputus asa dari berbagai kebaikan.
Seperti itu lebih berat siksanya. Mereka terbuai, lalai, dan tenang dengan
keadaan dunia mereka. Namun itu sebenarnya lebih berat hukumannya dan jadi
musibah yang besar.” (Tafsir As Sa’di, hal. 260).
Kisah Pemilik Kebun yang Diberi Nikmat yang Sebenarnya Istidraj
Disebutkan dalam surat Al Qalam
kisah pemilik kebun berikut ini,
إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا
أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ (17) وَلَا
يَسْتَثْنُونَ (18) فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ (19)
فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ (20) فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ (21) أَنِ اغْدُوا عَلَى
حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِينَ (22) فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ
(23) أَنْ لَا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ (24) وَغَدَوْا
عَلَى حَرْدٍ قَادِرِينَ (25) فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ (26)
بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ (27) قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلَا
تُسَبِّحُونَ (28) قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ (29)
فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلَاوَمُونَ (30) قَالُوا يَا وَيْلَنَا
إِنَّا كُنَّا طَاغِينَ (31) عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا
إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُونَ (32) كَذَلِكَ الْعَذَابُ وَلَعَذَابُ
الْآَخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (33)
Syaikh As Sa’di rahimahullah
menerangkan, “Kisah di atas menunjukkan bagaimanakah akhir keadaan orang-orang
yang mendustakan kebaikan. Mereka telah diberi harta, anak, umur yang panjang
serta berbagai nikmat yang mereka inginkan. Semua itu diberikan bukan karena
mereka memang mulia. Namun diberikan sebagai bentuk istidraj tanpa mereka
sadari.“ (Tafsir As Sa’di, hal. 928)
Moga segala nikmat yang Allah beri
pada kita bukanlah istidraj. Marilah kita berusaha menjauhi maksiat dengan
jujur.
Hanya Allah yang memberi taufik dan
hidayah.
Referensi:
Tafsir Al Jalalain, Jalaluddin Al Mahalli dan Jalaluddin As Suyuthi, ta’liq:
Syaikh Shafiyyurahman Al Mubarakfuri, terbitan Darus Salam, cetakan kedua,
tahun 1422 H.
Tafsir As Sa’di (Taisir Al Karimir
Rahman), Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As
Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan kedua, tahun 1433 H.
—
Selesai disusun di Darush Sholihin
Panggang, Gunungkidul, 26 Jumadats Tsaniyyah 1436 H
Penulis: Muhammad Abduh
Tuasikal, ST, MSc
Artikel Rumaysho.Com
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------