Oleh Syaikh Dr. Shalih Fauzanbin Abdullah al Fauzan. (Islam House)
Muqodimah
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta
keluarga dan seluruh sahabatnya.
Firman Allah
ta’ala:
﴿ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي
وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا ﴾ [المائدة:3]
Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu.
Dan firman-Nya:
﴿ إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ ﴾ [ال عمران: 19]
Sesungguhnya agama (yang diridhai)
di sisi Allah hanyalah Islam. (QS. 3:19)
Dan firman-Nya:
﴿
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ اْلأِسْلاَمِ دِينًا
فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلأَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ {85} ﴾ [ال عمران:85]
Barangsiapa mencari agama selain
dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. 3:85)
Dan firman-Nya:
﴿
أَفَغَيْرَ دِينِ اللهِ يَبْغُونَ وَلَهُ
أَسْلَمَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
﴾ [ال عمران: 83]
Maka apakah
mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. (QS. 3:83)
Agama yang
dimaksud di atas adalah agama Islam yang Allah ta’ala mengutus rasul-Nya
Muhammad Shallallahu ‘alaihiwasallam dengannya, ia adalah agama
universal untuk semua umat manusia, universal untuk sepanjang zaman hingga hari kiamat sejak diutusnya nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihiwasallam,dan agama-agama yang ada sebelum
Islam yang dibawa oleh para rasul juga agama-agama yang benar, yaitu agama
Allah ta’ala, akan tetapi agama Islam datang sebagai penggantinya (nasikh).
Semua penghuni bumi harus meyakini dan masuk dalam agama Islam, karena hanya
itulah agama benar yang tersisa.
Adapun
agama-agama sebelumnya maka sungguh telah dinasakh dengan agama ini,
maka siapa yang masih menganut agama terdahulu ia tidak beriman kepada Allah
ta’ala dan para rasul-Nya, dan tidak pula di atas agama yang benar, karena ia
menganut agama yang sudah dinasakh, dan agama yang sudah dinasakh tidak boleh
dianut, dan bukan merupakan ketaatan kepada Allah ta’ala setelah digantinya, ia
hanya ta’at kepada Allah ta’ala sebelum dinasakh.
Adapun bila sudah dinasakh maka
sudah berakhir pengamalannya dan harus kembali kepada agama yang menasakh yaitu
agama Islam, sama saja dalam hal itu agama Yahudi dan Nashrani, atau selain
mereka dari semua orang kafir dan penduduk di muka bumi. Siapa pun tidak punya
pilihan lain selain masuk ke dalam agama ini –yaitu agama Islam- yang
disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihiwasallam tatkala Jibril alaihissalam bertanya kepadanya:
‘Beritakanlah kepadaku tentang Islam? Beliau menjawab:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ
اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ
وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ الْحَرَامَ إِنِ
اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا » [ أخرجه مسلم ]
‘Engkau
bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
puasa Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu.’[1]
Lima perkara
yang lima ini: Dua kalimah syahadah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa
Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah adalah rukun rukun Islam yang
ia berdiri di atasnya, sebagaimana beliau bersabda:
قال رسول
الله صلى الله عليه وسلم: « بُنِيَ الْإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَاإلهَ
إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةَ وَإِيْتَاءِ
الزَّكاَةَ وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ بَيْتِ اللهِ الْحَرَامِ» [ أخرجه البخاري
]
‘Islam
dibangun di atasnya lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah.’[2]
Ada berbagai
macam kewajiban, ada keta’atan, semuanya adalah pelengkap bagi lima perkara
ini, lima perkara ini adalah pondasi yang berdiri di atasnya bangunan Islam, ia
adalah tiang tiangnya yang dibangun di atasnya, dan ketaatan lainnya yang
tersisa berupa kewajiban dan yang disunnahkan adalah pelengkap dan penyempurna
bagi agama ini. Agama ini, semuanya adalah baik, semuanya adalah nikmat, karena
Allah ta’ala menamakannya nikmat:
﴿ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي ﴾ [المائدة: 3]
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamuagamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku Al-Maidah: 3
Allah ta’ala
bersaksi bahwa ia adalah agama yang sempurna, dalam arti: tidak ada kekurangan
padanya, sungguh ia telah mencukupi semua yang dibutuhkan hamba dalam dunia
mereka dan di akhirat mereka yang padanya merupakan kebaikan, keselamatan dan
kebahagiaan mereka di sisi Allah ta’ala. Maka agama ini menjamin bagi orang
yang berpegang dengannya dan berjalan di atasnya, memberi jaminan untuk
mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Adapun orang
yang berpaling darinya dan tidak masuk padanya, atau masuk padanya akan tetapi
menyia-nyiakan sebagiannya dan berpegang dengan sebagiannya. Maka yang tidak
masuk padanya sama sekali berarti ia adalah orang kafir calon penghuni neraka
yang kekal di dalamnya, dan yang masuk padanya akan tetapi mengurangi sesuatu
darinya, maka orang ini agamanya kurang sekadar kekurangan darinya, bisa jadi
tidak ada agama baginya apabila kekurangan itu bertolak belakang dengan dasar agama.
Maka orang yang tidak shalat umpamanya, tidak ada agama padanya, karena ia
menyia-nyiakan pondasi Islam.
Demikian pula
yang menyekutukan Allah ta’ala, tidak ada agama padanya, karena syirik bertolak
belakang dengan Islam dan bertentangan.Demikian pula yang melakukan salah satu
pembatal dari pembatal-pembatal Islam dan sebab-sebab murtad, maka sesungguhya
ia keluar dari agama ini, ia menjadi kafir, murtad, sekalipun ia masih shalat,
puasa dan berhaji, selama ia belum bertaubat dari pembatal agama yang dia
lakukan, sesungguhnya pembatal ini
merusak agamanya, dan ia tetap beramal di luar agama dan di luar petunjuk.
Adapun yang
muncul darinya kesalahan atau kekurangan dalam agamanya akan tetapi tidak
sampai kepada batas murtad, seperti para pelaku maksiat misalnya, maka yang
seperti ini tidak keluar dari agama, akan tetapi agamanya kurang dan bisa
menghadapi hukuman serta bisa masuk neraka. Maka bahaya sangat berat dalam hal
ini.
Namun
pelanggaran itu bisamengeluarkan dari agama, maka sesungguhnya bahayanya
nyata. Karena sesungguhnya manusia terkadang melakukan ibadah dan ia mengira
bahwa ia berada di atas agama, padahal sebenarnya ia tidak berada di atas agama
karena ia terus melakukan salah satu pembatal dari pembatal-pembatal agama
Islam yang dia belum bertaubat darinya, dan termasuk pembatal-pembatal ini
adalah mengolok-olok agama.
Maka manusia
–sekalipun ia shalat, puasa, dan melakukan amal ibadah- jika ia mengolok-olok
agama sekalipun hanya dengan satu kata atau satu kali, maka sesungguhnya ia
sudah keluar dari agama dan ia menjadi murtad. Ia harus bertaubat kepada Allah
ta’ala dan masuk Islam lagi. Dan jika terus dan tidak bertaubat maka
sesungguhnya ia berada di luar agama.
Dalil hal itu
adalah firman Allah ta’ala:
﴿ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ . لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ﴾ [التوية: 65-66]
Katakanlah:"Apakah dengan
Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". (QS. 9:65)
Tidak usah kamu minta maaf, karena
kamu kafir sesudah beriman. (QS. 9:66)
Mereka adalah
satu golongan dari kaum mukminin yang mengolok olok Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para sahabat, serta mengolok olok agama. Maka
turunlah wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
mengabarkan bahwa mereka murtad dari agama Islam disebabkan perkataan mereka.
Lalu mereka datang meminta maaf kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan berkata: Sesungguhnya kami berbicara sambil bercanda, kami tidak
bermaksud mengolok olok agama, kami hanya ingin bercanda dan bermain. Maka
Allah ta’ala berfirman:
﴿ قُلْ أَبِاللهِ
وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ . لاَتَعْتَذِرُوا
قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ﴾ [التوية: 65-66]
Katakanlah:"Apakah dengan
Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". (QS. 9:65)
Tidak usah kamu minta maaf, karena
kamu kafir sesudah beriman. (QS. 9:66)
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------